Kamis, November 05, 2009

JEHOVAH, bukan YAHWEH


Alkitab Bahasa Asli P.L.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa kitab P.L. orang Kristen itu berasal dari kitab suci orang Yahudi. Pada waktu kejatuhanYerusalem ke tangan Babilon, kelihatannya kitab-kitab P.L. yang sudah ada pada saat itu diselamatkan oleh nabi Yeremia. Nabi Yeremia yang tahu persis apa yang akan terjadi menyadari bahwa kitab suci jauh lebih berharga dari apapun. Nebukadnezar yang tahu bahwa Yeremia menubuatkan kejatuhan Yerusalem sangat menghormati Yeremia. Bahkan ia membiarkan Yeremia memilih apakah ia mau tinggal di Yerusalem atau mau ikut ke Babel, dan akhirnya Yeremia memilih tinggal di Yerusalem (Yer.39:11-14, 40:4-5). 

Sekembali dari pembuangan, orang Yahudi mengalami kebangunan rohani. Mereka bukan hanya pergi ke Yerusalem tiga kali setahun, bahkan mendirikan sinagoge di seluruh Israel. Keberadaan sinagoge itu bukan hanya untuk kegiatan keagamaan, bahkan bermanfaat sebagai sekolahan membaca bagi anak-anak. Keadaan ini menyebabkan dibutuhkannya kitab-kitab P.L. karena itu adalah bahan bacaan satu-satunya. Keadaan ini juga sekaligus melestarikan kanon kitab P.L. karena jumlahnya menjadi semakin banyak sehingga kalau yang satu rusak, masih ada yang lain. Kini terkumpul sekitar 200,000 (dua ratus ribu) naskah kuno dalam bentuk fragment dalam bahasa Ibrani dan Aramik.  

Dengan cara demikian Allah memelihara firmanNya, yaitu agar orang-orang di kemudian hari dapat memperbandingkannya. Ada orang bertanya, “apakah kitab P.L. yang ada di tangan kita masih asli?” Jawabannya, “tentu, karena ada kurang lebih dua ratus ribu fragment yang terkumpul dan dibanding-bandingkan.  

Ketika Alexander Agung mengalahkan dunia pada abad ketiga sebelum kedatangan Kristus, bahasa Yunani menjadi bahasa internasional. Satu abad kemudian, yaitu abad kedua sebelum kedatangan Kristus, generasi muda Yahudi perantauan menjadi lebih fasih berbahasa Yunani sehingga penerjemahan kitab P.L. ke dalam bahasa Yunani dirasakan sangat diperlukan. Kemudian sebuah kitab terjemahan dihasilkan oleh 72 orang penerjemah, dan disebut Septuaginta yang artinya tujuh puluh, yaitu angka genap dari jumlah penerjemahnya.  

Akhirnya pada masa kehadiran Tuhan Yesus, kitab P.L. yang beredar ada dua macam, yaitu yang berbahasa Ibrani dan berbahasa Yunani (Septuaginta). Selain terdiri dari dua macam bahasa, juga ada versi yang dipakai di sinagoge dan versi yang dipakai oleh pribadi di rumah. Versi sinagoge disalin ulang dengan sangat teliti. Jika ditemukan empat kesalahan, maka dianggap rusak dan segera dimusnahkan. [Gleason L. Archer, The Zondervan Pictorial Encyclopedia of the Bible (Grand Rapid: Zondervan Publishing House, 1982) Vol.v, p.684] Mereka tidak menghendaki kehadiran salinan yang ada kesalahan agar jangan sampai makin hari makin banyak salinan yang salah. 

Kemudian pada tahun A.D. 70 terjadi penghancuran kota Yerusalem beserta Bait Allah. Orang Israel terkocar-kacir dan tersebar ke mana-mana. Mereka kehilangan identitas sebagai bangsa. Setelah melalui sebuah periode waktu yang agak panjang sebagian orang Israel menyadari bahwa mereka perlu berbuat sesuatu agar identitas bangsa mereka tidak hilang sama sekali. Mereka menyadari bahwa kitab P.L. adalah tumpuan jati diri orang Yahudi serta merupakan pusat integritas keluarga Yahudi. Jika masih ada kanon kitab P.L. yang terus-menerus dibacakan di sinagoge dan dalam keluarga masing-masing, maka keyahudian mereka pasti tidak akan hilang.  

bPada periode A.D.70-900, sekelompok orang Yahudi yang disebut Baly ha-Masoret (master of tradition atau guru adat-istiadat) berusaha mengumpulkan salinan-salinan untuk memantapkan eksistensi kitab P.L. Perlu diketahui bahwa yang kemungkinan terbakar adalah yang ada di kota Yerusalem, tetapi masih ada banyak salinan yang tersimpan di sinagoge-sinagoge yang bisa dijadikan patokan. Alasan yang mendorong mereka melakukan pekerjaan itu ialah agar identitas keyahudian anak-cucu mereka tidak pudar. Dengan tersimpan utuhnya kitab PL maka itu bisa menjadi landasan bagi eksistensi keyahudian mereka.  

Jadi Baly ha-Masoret itu berusaha mengumpulkan salinan-salinan dan berusaha membubuhkan huruf hidup (vokal) agar generasi yang kurang fasih berbahasa Ibrani bisa belajar membaca. Hasilnya bukan saja iman Yudaisme mereka tetap terpelihara, bahkan bahasa Ibrani tetap lestari sementara bahasa Mesir, Persia dan lain-lain musnah terkikis waktu.

Dalam melaksanakan tugas yang sangat berat itu para Baly ha-masoret dibantu oleh ahli tatabahasa (grammar) yang dalam bahasa Ibrani disebut nag danim. Para Baly ha-Masoret dan nag danim, yaitu orang-orang Yahudi yang masih sangat fasih bahkan ahli dalam bahasa Ibrani itu, menolong memasang huruf hidup dan tanda baca ke dalam teks yang tadinya hanya terdiri dari huruf mati dan tanpa tanda baca. Merekalah yang paling tahu bunyi tiap-tiap kata termasuk huruf hidup yang menyertai YHVH, bukan theolog Jerman yang beratus bahkan beribu tahun kemudian. Hasil karya mereka disebut Masoretic Text (Teks Masoretik), dipakai oleh kaum Yahudi sekarang maupun orang-orang Kristen terutama kelompok Kristen Fundamentalis. Dalam Masoretic Text ini nama Sang Pencipta ditulis (hwhy) yang kalau dibaca bunyinya Jehovah/Yehowah (dalam bhs Ibrani J bisa juga dibaca Y dan V bisa dibaca W), bukan Yahweh.  

Dari Mana Datangnya Yahweh?
Kemudian sejumlah theolog Jerman mulai memikirkan keaslian ucapan Yehowah. Mereka mengembangkan teori bahwa huruf hidupnya diambil dari kata adonai. Dan juga dikembangkan teori bahwa ada catatan bahasa Yunani tentang nama Allah orang Yahudi itu IαΩ (iao).

Dari iao atau Yao dicocokkan dengan kata halleluyah sehingga theolog Liberal modern sangat yakin bahwa ucapannya menjadi Yahweh. Johann Ludwig Ewald, (16 September 1747) adalah termasuk theolog awal yang mendukung teori tersebut. Heinrick Andreas Christoph Havernick pada tahun 1839 memperkenalkan bacaan Yahweh di dalam berbagai tulisannya. [McClintock, John & Strong, James. Cyclopedia of Biblical, Theological, and Ecclesiastical Literature. Grand Rapids: Baker Book House, 1981, Vol.iv. pp.809-810]

Kesimpulan Kebenaran
Dengan tidak bermaksud mendukung kelompok Saksi Jehovah, kita setuju bahwa Masoretic Text adalah teks yang benar, yang paling akurat. Para Baly ha-Masoret dan Nag Danim adalah orang-orang yang tahu persis kandungan huruf hidup yang menyertai empat konsonan (JHVH / YHWH) yang dipakai Sang Pencipta sebagai sebutan kemuliaanNya sehingga sebutannya yang benar adalah Yehowah atau Jehovah. Dari kesimpulan theologi mereka yang menyesatkan (Liberal) sulit untuk menerima bahwa asumsi mereka tentang bunyi huruf hidup yang menyertai empat konsonan tersebut bisa benar. 

Masoretic Text (MT) kitab PL dan Textus Receptus (TR) kitab PB adalah fondasi kekristenan, dan merupakan otoritas tertinggi. Semua Alkitab terjemahan harus disesuaikan pada Teks PL dan PB yang kita yakini adalah firman Allah yang dipelihara olehNya yaitu Masoretic Text (MT) kitab PL dan Textus Receptus (TR) kitab PB.***

2 komentar:

  1. Sebenarnya Teks Masoret (TM) itu tidak hanya satu. Setidaknya ditemukan dua TM yang terkenal, yaitu Codex Leningrad (CL) dan Codex Aleppo (CA).

    Yang dimaksud oleh tulisan di atas rupanya adalah CL, yang menjadi acuan dibuatnya Biblia Hebraica Stuttgartensia (BHS) dan juga menjadi acuan King James Version (KJV).

    Dalam CL, nama YHWH itu tidak muncul dalam satu bentuk, tapi dalam beberapa bentuk:

    1. YEHOWAH (seperti di artikel di atas)
    2. YEHWAH (misalnya dlm Hak. 16)
    3. YEHOWIH (misalnya dlm Hak. 16)
    4. YEHWIH (misalnya dlm Kej. 15)
    5. YEHOWIH (misalnya dlm 1Raj. 2)

    dst

    Kaum Masoret menggunakan 7 bentuk vokal untuk penulisan YHWH

    BalasHapus
  2. Terimakasih atas komentar Ev. Yosi di blog saya dedewijaya.blogspot.com soal Naskah Salinan Textus Receptus. Berikut ini saya berikan pdf buku yang menjelaskan mengapa Kristen Fundamental dan Injili Konservatif menerima Naskah Masoretic Text (MT) dan Textus Receptus (TR) sebagai TANPA SALAH SEDIKITPUN alias diperlihara TUHAN (Verbal Plenary Preservation) dan bukan hanya Verbal Plenary Inspiration.

    Kelompok Kristen Fundamental tertentu dalam hal ini GBIA Graphe tidak setuju dengan KS-ILT Edisi 2 yg diproduksi dg muatan Teologis tertentu, terutama GBIA Graphe sangat tidak setuju pemakaian kata "YAHWEH" dalam Perjanjian Baru yang NOTABENE adalah bahasa Yunani.

    Sedangkan saya pribadi mengapresiasi terjemahan KS-ILT dengan tidak memusingkan pemakaian kata YAHWEH, namun lebih karena KS-ILT Edisi 2 mengacu pada Naskah Salinan MT dan TR yang kami percaya sbg Naskah Salinan yg dipelihara Tuhan tanpa salah sedikitpun.

    Saya tahu ada beberapa Variasi dalam Majority Text dimana Textus Receptus termasuk dalam MAJORITY TEXT (bisa dibaca dalam pdf attachment), khusus untuk PB (Perjanjian Baru) dalam software E-Sword 8 or 9 ada Terjemahan ALT (Analytical Literal Translation) yg bersumber pada MAJORITY TEXT untuk PB saja. Ada Berbagai alasan dalam pdf tersebut yg bisa direnungkan mengapa kami percaya TR tanpa salah sedikitpun.

    Patut diketahui jika TR dibanding dengan CT (Critical Text dari Editor Weshcott-Hort) maka dapat dipastikan bahwa CT sangat jelek (dalam hal Alkitab LAI, LAI dominan ambil CT untuk PB dg memperhatikan juga beberapa variasi dari TR, coba download dan lihat Tabel Perbandingan di SINI yaitu Alkitab LAI, KS-ILT Edisi 2, KJV dan NIV)

    Textus Receptus dibanding dengan Majority Text dapat diperhatikan dalam ALT di E-Sword 8 or 9, cari versi terjemahan inggris ALT.

    Mengapa memilih TR? setidaknya ada 37 bukti Historis yg mendukung TR sbg teks Alkitab bhs asli untuk PB, baca pdf attachment mulai dari hal 33.

    Saya berharap kualitas terbaik dari Terjemahan Alkitab untuk bhs Indonesia dg harapan sumber naskah yang menjadi acuan adalah Naskah MT (Masoretic Text) dan TR (Textus Receptus).
    Variasi naskah2 misal Majority Text tuk PB dan variasi dari PL silahkan saja dituliskan dalam bentuk catatan kaki dalam Alkitab LAI atau KS-ILT. ini lebih baik rasanya.

    Cukup banyak para teolog dan ahli bhs yg concern dg Terjemahan Alkitab yg LITERAL atau STATIC bukan Dinamis, seperti BIS atau Alkitab LAI. mulai dari Alm. Jay P Green, Sr, pembuat terjemahan JGLT, KJ3, MKJV, dll, ada juga si pembuat ALT, dan banyak buku berbhs inggris mengapa KJV krn masalah utama di Naskah Salinan yg jadi BASIS terjemahan itulah yg PENTING. KJV naskah acuannya berbeda dg versi2 alkitab bhs inggris modern spt NASB, NIV, dll yg PB nya hampir semua versi Alkitab berbhs Inggris mengacu pada Naskah yg banyak corrupt yaitu Critical Text (CT)-nya Weshcott-Hort (WH).

    Selamat merenungkan.

    BalasHapus