Oleh: Dr. Suhento Liauw
---------------------------
Kebanyakan orang Kristen di Indonesia tidak mengenal Kristen Fundamentalis. Yang dikenal adalah kaum Injili, Liberal, Pantekosta, dan Reform atau Protestan. Tahun 70-an di mata sebagian orang Kristen Indonesia, yang alkitabiah adalah yang Injili sedangkan yang Liberal itu salah tanpa pengertian.
Tahun 80-an setelah Stephen Tong mendirikan Reform, sebagian orang
Indonesia yang kurang informasi berpikir yang berbau Reform itulah
yang alkitabiah. Sesungguhnya siapakah Fundamentalis, Liberal,
Injili, dll. itu? Apakah ada perbedaannya jika kita menjadi salah
satu dari mereka? Ikutilah nasehat Yakobus, "tetapi apabila di antara
kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada
Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan
dengan tidak membangkit-bangkit (tidak menegur), maka hal itu akan
diberikan kepadanya (1:5).
Sejak zaman renaissance, setelah kekristenan pernah dikagetkan oleh
kesesatan Gereja Roma Katolik (GRK) yang sangat parah, ada kehausan
akan kebenaran yang alkitabiah. Pada saat itu muncul kelompok
puritant, dan berbagai kelompok yang tendensi theologisnya adalah
menuju ke kebenaran Alkitab yang murni. Semua yang dikatakan Alkitab
diyakini sebagai kebenaran absolut. Inilah KRISTEN FUNDAMENTALIS itu.
Tetapi pada akhir abad ke-19, muncul kelompok yang tidak lagi percaya
bahwa Alkitab adalah kebenaran absolut yang tidak ada salah. Fenomena
yang terhebat adalah terbitnya Alkitab bahasa Yunani Critical Text
oleh Brooke Foss Westcott (Bishop Gereja Anglican) dan John Anthony
Hort pada tahun 1881, yang isinya penuh kesalahan tetapi diyakini
sebagai yang lebih tepat. Menurut pengeditnya kesalahan memang pada
sang penulis (Matius, Paulus dll.), bukan masalah mutu manuskrip yang
mereka jadikan patokan. Sejak saat itu Liberalisme yaitu "sikap tidak
mempercayai Alkitab sebagai kebenaran absolut yang tidak ada salah"
melanda Eropa. Angin itu bertiup kencang dan yang pertama kali
ditumbangkan adalah para theolog Jerman.
Adu argumentasi yang tidak ada habis-habisnya antara kelompok
FUNDAMENTALIS dan LIBERAL terus berlanjut dan makin hari makin
sengit. Tahun 1909, dua orang kaya membiayai sebuah komisi yang
diketuai oleh beberapa orang dan terakhir oleh R.A.Torrey, menyusun
argumentasi mewakili kelompok FUNDAMENTALIS terhadap LIBERAL,
menghasilkan 12 volume buku yang berjudul The Fundamentals. (Buku ini
ada di STT GRAPHE). Pada saat itu oleh kedua orang kaya itu dicetak
300,000 set dan dibagi secara gratis kepada pengkhotbah siapa saja
yang menginginkannya. Peperangan doktrin tentu semakin seru dan bukan
hanya di Eropa dan Amerika melainkan juga hingga di ladang misi.
Tahun 1947, Harold Ockenga, Rektor pertama Fuller Theological
Seminary, mendirikan kelompok yang ia sebut INJILI, katanya untuk
menjembatani kelompok Fundamental dengan Liberal. Sejak saat itu
muncullah kelompok INJILI yang memposisikan diri di tengah-tengah.
Karena posisinya di tengah, maka kadang ia seperti Fundamental dan
kadang ia seperti Liberal (berubah-ubah warna seperti bunglon).
Kelompok Injili ini maju pesat karena didukung oleh Billy Graham yang
pada saat itu sudah sangat tergiur untuk menjadi mashyur. Selain itu
juga didukung oleh Carl F.H. Henry, yang mendirikan majalah
Christianity Today pada tahun 1955. Kelompok ini berkembang terutama
disebabkan oleh sikapnya yang seperti bunglon. Ia bisa diterima oleh
semua kelompok karena fleksibilitasnya yang tinggi.
Sementara itu Gerakan Kharismatik dimulai pada tahun 1886. Seorang
Pendeta Baptis yang bernama Richard G. Spurling dari Cokercreek,
Tennessee, merasa tidak puas dengan organisasi gerejanya sehingga ia
keluar dan berusaha mendirikan gereja sendiri. Setelah ia keluar, ia
memimpin sebuah kebangunan rohani yang disertai bahasa lidah.
Kemudian ia berhasil mendirikan gereja yang disebut Church of God
(Sidang Jemaat Allah). Tahun 1898 Charles F. Parham, yang dipanggil
bapak Gerakan Pentakosta Modern, mendirikan rumah penyembuhan Betel.
Kemudian tahun 1900 dia juga mendirikan Betel Bible College di
Topeka, Kansas. Sekolah Alkitab inilah yang dengan efektif
menyebarkan gerakan kharismatik bersama semua kelompoknya yang
percaya masih ada wahyu tambahan sesudah Alkitab (Wahyu 22:21).
Kesalahan terbesar kelompok ini ialah mengejar Extra Biblical
Authority (otoritas di luar Alkitab), yaitu mimpi, bahasa lidah,
nubuatan dan berbagai fenomenon. Mereka percaya Allah masih
menurunkan wahyu sesudah Wahyu 22:21. Dengan demikian berarti mereka
tidak percaya bahwa Alkitab adalah satu-satunya firman Allah. Mereka
tidak percaya bahwa diluar Alkitab tidak ada firman Allah baik
tertulis maupun lisan.
Kelompok Reform atau Presbyterian adalah kelompok yang dimulai oleh
John Calvin. Kelompok Refrom dan Lutheran bisa dilihat sebagai
kelompok yang sama yaitu kelompok Protestan karena kedua-duanya
melakukan protes dan keluar dari GRK dalam waktu yang hampi
bersamaan, atau setidaknya dalam suasana yang sama. Pada awal
reformasi hampir semua theolog Reform maupun Lutheran berpandangan
fundamental. Tetapi fakta menunjukan bahwa di Eropa dan Amerika
kelompok Lutheran dan Reform adalah yang paling cepat menjadi
Liberal. Boleh dikatakan bahwa Liberalisme itu muncul dari Lutheran
dan Reform. Mengapa?
Penyebab sebegitu lemahnya kelompok Reform dan Lutheran dalam
menghadapi godaan penyesatan itu sangat mungkin karena mereka hanya
mereformasi Doktrin Keselamatan (soteriology) tanpa mereformasi
Doktrin Gereja (Ecclesiology). Padahal kesesatan Doktrin Keselamatan
GRK itu dikarenakan kesesatan Doktrin Gerejanya. Tetapi baik Calvin
maupun Luther sama-sama masih tetap memungut banyak tradisi GRK
misalnya baptisan bayi dan baptisan percik serta sistem tata-ibadah
yang memakai Liturgi.
Baptisan percik sekalipun salah tetapi tidak sebahaya baptisan bayi
(pedo-baptism). Baptisan bayi menyebabkan orang yang belum lahir baru
menjadi anggota gereja sejak bayi dan bertumbuh sebagai anggota
gereja. Kalau semua orang telah menjadi anggota gereja melalui
kelahiran jasmani atau Kristen keturunan, tentu pasti suatu hari
gereja akan dipimpin oleh orang yang belum lahir baru, dan sekolah
theologi akan menghasilkan banyak theolog tanpa lahir baru (theolog
Kristen keturunan).
Sesuai dengan berjalannya waktu, makin hari akan makin banyak theolog
atau pemimpin gereja Reform, Lutheran dan Anglikan (episkopal), atau
yang membaptis bayi, yang menjadi Liberal.
Kelompok Baptis terhitung sebagai kelompok yang memiliki resistensi
tinggi terhadap Liberalisme. Kelihatannya rahasianya adalah tradisi
anna-baptist yang menjadi sokoh-gurunya. Tradisi Anna-baptist telah
berumur dua ribuan tahun. Sejak gereja dirusak dengan sistem Katolik
(universal/Am), sekelompok orang yang tidak rela membiarkan gereja
dirusak dari dalam, memisahkan diri. Mereka mempertahankan kemurnian
kekristenan sambil mengorbankan segala-galanya.
Gereja Roma Katolik sangat membenci mereka karena mereka membaptis
ulang orang dari GRK yang bertobat. Mereka diburu lebih dari memburu
binatang. Dan junmlah mereka yang telah dibunuh tidak sanggup
dihitung. Bahkan pada masa reformasi, mereka juga dibunuh oleh para
reformator, terutama Zwingli. Para reformator menganiaya anna-baptist
itu karena anna-baptist berkata bahwa mereka masih belum benar
sehingga orang Protestan yang mau bergabung dengan anna-baptist
diminta dibaptis ulang. Atas hal ini para reformator bukannya sadar
atas kesalahan mereka, malah tersinggung dan membunuh banyak anna-
baptis. John Bunyan, penulis buku Perjalanan Seorang Musafir,
dipenjarakan oleh gereja Anglikan selama 12 tahun, hingga meninggal,
hanya karena ia mengkhotbahkan pengajaran yang bertentangan dengan
gereja Anglikan, yaitu tidak oleh membaptis bayi dan gereja harus
dipisahkan dari negara. Setelah kebebasan beragama dijamin baik di
Eropa maupun di Amerika, anna-baptist keluar dan mendirikan gereja
yang bernama BAPTIS.
Akhirnya, kelompok gereja Baptislah yang kuat mempertahankan
Fundamentalisme, yaitu sikap mempertahankan Alkitab tanpa kompromi.
Namun demikian pada abad 20 ini banyak juga gereja Baptis yang
terhanyut oleh badai liberalisme. Terlebih lagi di Indonesia, dimana
banyak gereja Baptis kehilangan hakekat inti jati dirinya. Namun
kalau theolog Baptis saja terhanyut, anda bisa bayangkan apa yang
terjadi dengan kelompok lain, terutama yang tidak mereformasi Doktrin
Gerejanya.
Fundamentalis tentu bukan hanya orang Baptis saja. Dari kelompok lain
juga ada, cuma lebih banyak dari kelompok Baptis terutama baptis
yang alkitabiah. Bob Jones, Sr. pendiri Bob Jones University adalah
pendekar Fundamentalis dari gereja Methodis. Dr. Timothy Tow di
singapore adalah Fundamentalis dari gereja Presbytarian, dll.
Menurut hemat saya, tidak ada kelompok Kharismatik yang tergolong ke
dalam fundamentalis karena tidak mungkin benar untuk percaya bahwa
Alkitab satu-satunya firman Allah sambil mempercayai adanya wahyu
tambahan di luar Alkitab. Mereka tidak sadar bahwa dengan mempercayai
adanya nubuatan sesudah Alkitab selesai, itu artinya percaya bahwa
ada firman Allah di luar Alkitab. Biasanya mereka akan dengan lugu
berargumentasi bahwa I Kor.14:1 suruh bernubuat, tanpa menyadari
bahwa pada saat surat itu ditulis Alkitab belum final, atau Wahyu
22:21 belum ditulis.
Di Indonesia, Kristen Fundamentalis hampir tidak pernah dikenal. Dr.
Rod Bell, Sr. (ketua Fundamental Baptist Fellowship) bahkan berkata
kepada Dr. Suhento Liauw, "kalau nama Fundamentalis tidak harum di
negara anda, pakai istilah lain saja." Tetapi Dr. Liauw tetap memakai
istilah Fundamentalis dan mempopulerkan istilah Kristen Fundamentalis
karena percaya bahwa orang-orang di Indonesia sudah cukup pintar dan
pasti dapat membedakan dan tahu bahwa Fundamentalis Kristen itu
adalah yang sangat teguh berpegang pada Alkitab, dan kalau seseorang
sangat teguh berpegang pada Alkitab itu pasti tidak mungkin menculik
orang seperti yang dilakukan Abu Sayaf. Justru karena sangat memegang
teguh Alkitablah kaum Fundamentalis telah dianiaya sepanjang masa
oleh berbagai kelompok yang tersinggung oleh ketegasan mereka.
Sepulang dari USA, Saya memperkenalkan Kristen Fundamentalis yang
berpegang teguh pada Alkitab. Alkitab adalah kebenaran firman Tuhan
yang absolut. Diluar Alkitab tidak ada firman Tuhan baik lisan maupun
tertulis. Orang Kristen lahir baru harus memiliki kerinduan untuk
mematuhi Alkitab apapun resikonya. Inilah seruan Dr. Liauw diantara
begitu banyak prinsip yang diperjuangkan oleh kaum Fundamentalis.
Tidak ada maksud untuk menyinggung pihak manapun, melainkan hanya
dengan tanpa rasa takut mengungkapkan kebenaran. Dan jika kebenaran
itu ternyata membuat sebagian orang tersinggung, yang dapat kami
katakan hanyalah "mohon maaf, yang sebesar-besarnya." Itu adalah
pendapat kami. Apakah mengemukakan pendapat itu sebuah kesalahan?
Apakah ada negara yang melarang orang berpendapat? Kalau memakai akal
sehat, seharusnya tidak ada.
Siapakah Kristen Fundamentalis?
Orang yang hanya percaya kepada Alkitab dan memegang teguh Alkitab
tanpa kompromi, berapapun harga yang harus dibayar untuk itu.***
Artikel Rohani menarik, Isu Teologi, Cinta, Humor dan perenungan. Fundamental-Baptist-Independent-Alkitabiah, Dispensational in theology, Pre-Tribulational Rapture Pre-millennial, Textus Receptus and Masoretic Text (traditional-text based), Baptism by immersion, Six-day literal creation, Literal and Grammatical and Historical in hermeneutics
Kamis, November 13, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Lagi lagi soal fundamentalis! Siapakah yang berhak mengatakan diri atau organisasi gerejanya adalah fundamentalis?
BalasHapusItu cuma hasrat dari seorang saja.
Baru baru ini di Papua, terjadi kekisruhan karena mereka ingin menetapkan kota ....sebagai kota kristen ... prof Ioanes Rahmat entah menyitir atau mendapat info mengatakan bahwa ini terkait dengan kaum kristen fundamentalis..
yang ingin memberlakukan syariat kristen.... apakah GBIA juga begitu?
Kalau diukur ukur dari sejarah gereja, maka gereja baptis atau anabaptis, bukan fundamentalis murni... karena bagi mereka yang menganut tradisi orthodox, mereka mengklaim diri mereka lebih berhak atas nama ini dan bukan "gereja baptis". Sementara Stephen Tong sendiri meski tidak secara formal mengaku diri fundamentalis, namun tersirat dalam kotbah kotbahnya, ada semacam klaim diri juga sebagai fundamentalis meskipun gerejanya adalah reformis.
Begitu pula soal alkitabiah, Stephen Tong juga beropini sama dengan Suhento Liaw , merasa sama sama alkitabiah, meskipun berseberangan karena Stephen Tong menganut paham Calvinis .
Malah saya mendapat kesan meskipun keduanya berbeda, tetapi ngototnya untuk menghantam aliran aliran lain begitu kuat, sehingga keduanya seperti pendekar silat gereja yang bermarga Liaw dan Tong.
Tetapi saya belum tahu apakah Tong juga secara terbuka mengkritik Liaw dan sebaliknya?
Lagi lagi soal fundamentalis! Siapakah yang berhak mengatakan diri atau organisasi gerejanya adalah fundamentalis?
BalasHapusItu cuma hasrat dari seorang saja.
Baru baru ini di Papua, terjadi kekisruhan karena mereka ingin menetapkan kota ....sebagai kota kristen ... prof Ioanes Rahmat entah menyitir atau mendapat info mengatakan bahwa ini terkait dengan kaum kristen fundamentalis..
yang ingin memberlakukan syariat kristen.... apakah GBIA juga begitu?
Kalau diukur ukur dari sejarah gereja, maka gereja baptis atau anabaptis, bukan fundamentalis murni... karena bagi mereka yang menganut tradisi orthodox, mereka mengklaim diri mereka lebih berhak atas nama ini dan bukan "gereja baptis". Sementara Stephen Tong sendiri meski tidak secara formal mengaku diri fundamentalis, namun tersirat dalam kotbah kotbahnya, ada semacam klaim diri juga sebagai fundamentalis meskipun gerejanya adalah reformis.
Begitu pula soal alkitabiah, Stephen Tong juga beropini sama dengan Suhento Liaw , merasa sama sama alkitabiah, meskipun berseberangan karena Stephen Tong menganut paham Calvinis .
Malah saya mendapat kesan meskipun keduanya berbeda, tetapi ngototnya untuk menghantam aliran aliran lain begitu kuat, sehingga keduanya seperti pendekar silat gereja yang bermarga Liaw dan Tong.
Tetapi saya belum tahu apakah Tong juga secara terbuka mengkritik Liaw dan sebaliknya?