Rabu, Desember 30, 2009

Menjadi Pendeta, Panggilan Allah atau Panggilan Iblis?

Oleh: Pdt. Yakub H.

Nats Alkitab: 2 Korintus 11:3-15.

Ada orang yang berusaha menyesatkan jemaat di Korintus. Seharusnya jemaat bersikap hati-hati terhadap segala pengajaran dan guru-guru palsu yang datang kepada mereka. Guru-guru palsu itu adalah alat Iblis dan mereka datang dengan menyamar sebagai malaikat terang, rasul-rasul dan pekerja-pekerja Kristus. Mereka mengaku bahwa mereka memiliki otoritas Ilahi sebagai pelayan-pelayan Allah. Tetapi sebenarnya mereka adalah guru-guru palsu. Mereka mengaku bahwa mereka adalah pelayan-pelayan kebenaran (ayat 15), sebenarnya mereka adalah penipu yang sangat licik. Bahkan mereka mengaku sebagai rasul kelas atas lebih tinggi kedudukannya daripada Rasul Paulus. Dengan kepandaian mereka berpidato, mereka memperdayakan orang-orang percaya di Korintus dan menyindir Paulus karena tidak becus berpidato. Sebagaimana Hawa diperdaya oleh Iblis, sekarang dia melalui pekerja-pekerjanya, dia mau memperdayakan jemaat di Korintus, demikian pula sekarang dia sedang memperdayakan jemaat-jemaat Tuhan pada masa kini. Dan Rasul Paulus sebagai bapa yang penuh kasih berusaha melindungi jemaat dari guru-guru palsu tersebut dan tidak akan membiarkan jemaat di Korintus disesatkan dari kesetiaannya yang sejati kepada kristus, sama seperti kesetiaan mempelai perempuan kepada suaminya.” (ayat 3).

Namun sayang sekali, jemaat Korintus bersikap terbuka kepada: (Lihat ayat 4).
1) “Yesus yang lain” –Bukan Yesus yang dalam berita Injil.
2). “Roh yang lain”—bukan Roh Kudus.
3) “Injil yang lain” –Kematian Kristus dan iman kepadaNya tidak diberitakan.

Mereka telah diterima baik oleh beberapa orang di dalam jemaat Korintus sehingga jemaat itu dengan mudah menerima ajaran sesat dan rasul-rasul palsu itu.
Salah satu cara Iblis yang paling berbahaya yang mengancam jemaat-jemaat Tuhan adalah Iblis “menyusupkan” guru-guru palsu untuk membelokkan jemaat dari kebenaran. Sehingga jemaat bukan lagi “Tiang penopang dan dasar kebenaran.”

Alangkah baiknya, jika kamu sabar terhadap kebodohanku yang kecil itu. Memang kamu sabar terhadap aku! Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus. Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya (11:1-3).

Mungkin sesuatu yang paling ganas dan merusakkan di dalam dunia ini pada masa kini adalah kecemburuan. Kecemburuan sering digambarkan seperti “Monster bermata hijau.” Cemburu adalah suatu kemarahan, suatu emosi yang kuat yang tidak senang dengan persaingan. Kecemburuan bisa menjadi motivator yang dahsyat untuk bertindak aggressive. Kecemburuan juga menjadi salah satu penyebab terjadinya broken-home, broken hearts dan broken bodies pada masa kini. Sungguh luar biasa, Allah menyatakan diriNya di dalam kitab Keluaran, “..Sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu,” (Kleuaran 20:5). Banyak bagian di dalam Alkitab yang menyatakan bahwa Allah adalah Allah yang cemburu. Kalau cemburu itu jelek, mengapa Allah cemburu?

Di sini Rasul Paulus menyatakan perasaannya dengan “cemburu ilahi.” Kecemburuan Paulus bukanlah kecemburuan yang lazim seperti yang terdapat pada manusia, melainkan kecemburuan ilahi yaitu cemburu yang dari Tuhan. Jadi dengan demikian ada cemburu yang baik dan ada cemburu yang buruk/jelek. Pada saat Anda merasa cemburu dengan seseorang, Anda harus bertanya kepada diri sendiri, “Apakah cemburu saya ini adalah cemburu yang benar atau cemburu yang falsu?” Inilah perbedaannya: Cemburu yang palsu adalah selalu mementingkan diri sendiri—dia hanya peduli dengan perasaannya. Cemburu macam ini sering ingin mendominasi orang lain atau mau kontrol orang lain. Cemburu macam ini ganas, membahayakan. Ingat karena cemburu, Saul bernafsu untuk membunuh Daud. Karena cemburu Saudara-saudara Yusuf merencanakan dan bertindak jahat yang melukai adiknya sendiri. Beberapa hari sebelum saya menulis makalah ini, seorang anak membacok ayah kandungnya sendiri dengan kapak karena cemburu. Kecemburuanlah yang merusak dan menghancurkan tatanan masyarakat kita dan dunia kita pada umumnya.

Tetapi cemburu yang benar adalah cemburu yang baik yang berasal dari Tuhan. Paulus memilki hati Tuhan. Tuhan cemburu terhadap kaum Israel pada waktu mereka mengalihkan kasih mereka dari Tuhan kepada berhala (Yes. 54:5; Hos 2). Paulus seperti seorang bapak, telah mempertunangkan mereka sebagai mempelai perempuan kepada Kristus. Setelah urusan resmi itu, yang masih tinggal ialah si perempuan harus diantar ke rumah si laki-laki. Setelah perjanjian tunangan diikrarkan, si bapak bertanggung jawab untuk melindungi anaknya sampai waktu pernikahan (ayat 3). Paulus mau melindungi jemaat itu dari ajaran palsu. Jangan sampai mereka berzinah secara rohani (Yak. 4:4).

Ancaman yang paling besar terhadap jemaat ialah dari dalam; dari guru-guru palsu yang tidak berpegang kepada kebenaran. Banyak gereja di Indonesia telah mati bukan dari ancaman luar tetapi dari kanker yang mematikannya dari dalam.

Suatu pernyataan realitas yang hebat sekali berkenaan dengan pengampunan dosa. Saya sering menggunakan bagian ini untuk orang-orang yang sedang bergumul untuk percaya kepada Allah bahwa Allah dapat mengampuni dosa mereka yang dulu. Beberapa hari yang lalu saya duduk dengan seseorang yang menceritakan kisahnya. Dia berkata, “Saya tidak percaya Allah dapat mengampuni saya. Saya sudah melakukan perbuatan yang sangat jahat dan begitu menyakitkan orang lain. Saya begitu jahat dan begitu egois.”Saya membacakan ayat ini baginya dan berkata, “Apakah Anda mengerti apa yang Paulus katakan mengenai orang-orang Korintus yang dulunya kotor dan buruk? Allah telah menyucikan mereka supaya mereka menjadi seperti seorang perawan suci dan dia telah mempertunangkan mereka kepada Kristus.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar