Rabu, November 02, 2011

Kehidupan dan Tindakan John Calvin

MASA MUDA JOHN CALVIN
John Calvin adalah seorang Perancis, yang nama  kecilnya  Jean  Cauvin,  terlahir  pada tanggal  10  Juli  1509  di  Picardy,  Noyon, Perancis, sekitar enam puluh mil utara Paris. Namanya  kemudian  dilatinkan  menjadi Joannes  Calvinus,  dan  diinggriskan menjadi John Calvin. Hidupnya termasuk pendek yaitu hanya 54 tahun, karena ia meninggal pada 27 Mei 1564. Ayahnya bernama Gerald Calvin, seorang notaris yang bekerja pada keuskupan untuk urusan bisnis di catedral kota mereka. John  adalah  salah  satu  anak  laki  dari kelima anak  laki, dua meninggal selagi bayi. Dan  ibunya meninggal  selagi  John  berumur tiga tahun, kemudian ayahnya menikah dengan seorang  janda yang memiliki dua orang putri dan  seorang  putra  yang meninggal selagi bayi.

Mereka  adalah  umat Katolik  yang  taat. Karena masalah  finansial  ayahnya dikeluarkan dari gereja dan kemudian meninggal pada tahun 1531, dan pada tahun yang  sama  kakak  lakinya Charles dikeluarkan  dari gereja atas tuduhan mengajarkan bidat. Adik lakinya, Antoine, dan seorang  adik  perempuan tiri  mengikutinya,  namun satu  adik  perempuan  tiri yang  lain  tetap  teguh  di Katolik. Pada umur 12  tahun John diangkat sebagai pembantu  semacam  pekerjaan  Chaplain  di catedral  Noyon.  Pada  masa  itu  sudah  biasa gereja mengangkat anak remaja untuk jabatan gereja.

Kemudian  John  Calvin  dikirim  ke  Paris untuk belajar bahasa Latin, karena pendidikan tinggi  umumnya  dalam  bahasa  Latin. Ia kemudian ke University of Paris di College de Montague, tempat yang sama dimana Ignatius Loyola (pendiri Jesuit) belajar beberapa tahun kemudian. Setelah  mendapat  gelar Master, kemudian  John  transfer  ke  University  of Orleans untuk belajar hukum yang pada saat itu adalah bidang yang banyak mendatangkan uang.   Kemudian  ia memasuki University of Bouges dan di sinilah  ia belajar bahasa Yunani dan  Ibrani. Di  sini  ia menulis bukunya yang pertama De Clementia.

PERTOBATAN JOHN CALVIN
Tidak banyak diketahui  tentang pertobatan John  Calvin.  Dari  banyak  tulisannya  hanya satu kali saja hal itu disinggung. Satu-satunya keterangan  tentang  pertobatannya  hanya  di kata pengantar komenteri tentang Mazmr yang ditulis  tahun 1557    (L.M. Vance, The Other Side  of  Calvinism,  p.78). Orang-orang mendengar  tentang  pertobatan  Calvin  hanya melalui  orang-orang  yang  pernah  dekat dengannya,  seperti  dosen  bahasa  Latinnya, Mathurin  Cordier.  John Calvin  ternyata  pernah membaca  buku  Martin Luther,  namun  yang paling banyak dibacanya adalah tulisan Agustinus.

Calvin  terkesan  dengan theologi (filsafat) Agustinus, terutama dari bukunya  yang  berjudul The City of God. Sekalipun  menurut kesaksiannya  ia bertobat pada  saat  ia  sedang belajar  hukum,  namun Calvin  tidak meletakkan jabatannya  di  gereja Katolik hingga 4 Mei 1534.  Pada tahun 1533, sekitar dua  tahun sebelum  ia menerbitkan buku terkenalnya  The  Institutes  of  Christian Religion,  ia  merekomendasikan  dua  orang wanita  menjadi  biarawati  di  biara  Katolik. Pada  tahun  1534  ia  menulis  buku  theologi yang  berjudul  Psychopannychia,  yang  baru diterbitkan pada tahun 1542. Dan pada tahun 1536 Calvin menerbitkan buku The Institutes of Christian Religion Banyak pihak meragukan keseriusan pertobatan  Calvin.  Karena  sekitar  dua  tahun sebelum ia menerbitkan bukunya yang sangat terkenal ia masih merekomendasi orang untuk menjadi biarawati Katolik. Ada yang berpikir bahwa  keberpihakan  Calvin  pada  kelompok Protestan  disebabkan  karena  ayahnya  yang dikucilkan  gereja  Katolik  dan  kakak  laki-lakinya yang juga dikucilkan.  Pemahaman theologinya juga tidak terlalu luas  melainkan  hanya  berpedomankan  pada tulisan Agustinus sehingga banyak pihak yang melihat  bahwa  Calvin  jiplak  habis  seluruh pemikiran Agustinus.  Sedangkan penerimaan doktrin  dinilai  oleh  banyak  kalangan sepenuhnya  bukan  karena  doktrin  itu  benar, melainkan  karena  pada  saat  itu  masyarakat memang  sangat  haus  akan  pemikiran-pemikiran  yang  berlawanan  dengan  gereja Katolik,  dan  juga  oleh  pemaksaan  yang dilakukan oleh Calvin yang dimulai dari warga kota Geneva.

PENGUASA KOTA GENEVA
Dua orang temannya, Guillaume Farel dan Peter  Viret,  adalah  orang  yang  berperan menempatkan  Calvin  hingga  menjadi penguasa kota Geneva.  Ketika Calvin tiba di Geneva, kota itu baru melepaskan dirinya dari kuk kekuasaan Roma pada Juli 1636. Dan kota Geneva menempati posisi yang sangat strategis karena sebagai perlintasan perdagangan.

Penolakan  penduduk  kota  Geneva terhadap Roma  tidak  berarti  seluruh  penduduknya  adalah  orang  Kristen  sejati,  karena banyak  di  antaranya,  bahkan  mayoritasnya melakukan itu atas alasan politik belaka. Kota Geneva akhirnya menjadi kacau karena  tidak lagi  berada  di  bawah  kontrol  Roma,  namun juga  belum  menemukan  bentuknya  yang mantap. Di  saat  seperti  inilah  teman  Calvin memintanya datang untuk memimpin gereja di Geneva.

Karena tadinya masyarakat sudah terbiasa dengan gereja-negara, maka sekalipun tidak di bawah Roma Katolik, mereka  tetap menginginkan  kondisi  seperti  semula.    John Calvin masuk  pada  saat  yang  tepat  untuk menggantikan  kekosongan  hati  dan  kondisi masyarakat.

Akhirnya Calvin menerapkan aturan yang sangat keras terhadap penduduk kota Geneva. Masyarakat dipaksa untuk mengikuti kebaktian minggu,  yang  tidak  kebaktian  akan  dipenjarakan atau   diusir dari kota Geneva.   Seorang penata  rambut dipenjarakan hanya karena  telah menata rambut seorang pengantin yang dinilai oleh gereja agak spektakuler. Dua Ana-Baptis segera  diusir  dari  kota  Geneva  tidak  lama setelah Calvin mengambil alih kekuasaan kota Geneva  hanya  karena  pandangan  theologi mereka  berbeda  dari  pandangan  Calvin. Bahkan  seseorang  akan  masuk  penjara  jika mengeluarkan  bunyi  pada  saat  sedang mengikuti  kebaktian.  Akhirnya  banyak pemimpin kota yang  tadinya mendukung usaha reform (pembaruan) Calvin menjadi kecewa. Namun  mereka  tidak  bisa  menyetop  John Calvin  lagi.  Bahkan  beberapa  kali  terjadi usaha pembunuhan terhadap Calvin.

Akhirnya  John  Calvin  menjadi  diktator kota Geneva. Hampir tidak ada hal yang tidak diatur  oleh  Calvin,  bahkan  berapa  piring makanan  seseorang  boleh  sekali makan  pun ditetapkan. Pada tahun 1545 dua puluh orang dibakar hidup-hidup atas tuduhan melakukan sihir atau bertenung. Dari tahun 1542 hingga 1546 lima puluh delapan dieksekusi dan tujuh puluh enam orang diusir dari kota Geneva. Seorang  yang  bernama  Jacques  Gruet, penentang  ajaran  Calvin  ditangkap.  Seluruh rumahnya digeledah dan hanya menemukan secarik kertas yang berisi  tulisan yang mempertanyakan kemalangan nasib penduduk kota Geneva yang mau makan dan mau menari pun perlu diatur oleh Calvin. Sebulan penuh Gruet disiksa hingga akhirnya ia mengaku salah, dan kemudian  ia  dihukum  mati  dengan  tuduhan menghujat firman Allah.

Michael Servetus adalah kasus yang sangat besar  karena  jelas  ia  adalah  orang  baik.  Ia seorang yang belajar hukum dan pengobatan bahkan mengajar  astrologi.  Ia  seorang  yang sangat  terpelajar dan berpkir dengan  cerdas. Setelah mengkritik pengajaran Calvin melalui surat, dan suatu hari ia melewati kota Geneva. Ia berani mampir ke kota Geneva pasti karena ia  tidak  menyangka  Calvin  sekejam  itu  dan tega  membunuh  orang  hanya  karena mengkritiknya.

Tetapi  akhirnya  Servetus  ditangkap  dan disidang.  Tentu  semuanya  diatur  oleh  John Calvin karena Servetus tidak bersalah kepada siapapun  selain  mengirim  surat  yang  berisi kritikan  terhadap doktrin Calvin. Sangat  tragis, Servetus diputuskan dibakar hidup-hidup, di Champel. Kata  terakhir  yang  diserukan  oleh Servetus ialah, “Oh Jesus, Son of the Eternal God, have pity on me.”

Tidaklah  heran  kalau  banyak  orang menyimpulkan bahwa sesungguhnya John Calvin tidak dilahirkan kembali, karena  jika di dalamnya  ada  Roh  Kudus,  ia  tidak  mungkin melakukan hal demikian dengan tanpa merasa bersalah.  Ia  telah  membunuh  banyak  orang yang  menentang  theologinya.  Peristiwa pertobatannya  tidak  jelas,  dan  sekitar  dua tahun  sebelum  menerbitkan  buku  The Institutes  ia memasukkan orang untuk menjadi biarawati. Dan theologinya bukan memajukan kekristenan,  melainkan  telah  menahan  laju penginjilan, gereja-gereja kehilangan semangat untuk menginjil dan hancur perlahan-lahan.

PARA PENGIKUTNYA
Sebagian  pengikutnya  juga  mewarisi sikapnya.  Tentu  tergantung  pada  seberapa kekaguman  mereka  terhadap  John  Calvin. Yang semakin kagum biasanya akan semakin mirip  tindakannya  dengan  Calvin.  Cuma  di zaman modern  ini  tidak ada orang yang bisa bertindak  seperti  dia  yang  menjadi  diktator terhadap penduduk sebuah kota. Dia memang terhipnotis  oleh  buku  Agustinus  yang  mau membangun  sebuah  kota  yang  dijalankan sesuai dengan keinginannya, The City of God.

Di seluruh Eropa, sejauh Calvinisme merambatkan  pengajarannya,  sejauh  itu  pula penganiayaan  terhadap  iman  yang  berbeda dengan  gereja-negara.  John  Bunyan,  pengarang  novel  terkenal  The Pilgrim’s Progress dipenjarakan  oleh  gereja  Inggris  selama  12 tahun. Dan ia meninggal di penjara beberapa bulan  sebelum  Inggris  dinyatakan  sebagai negara  yang  bebas  beragama,  atau  berkeyakinan.

Untunglah  hari  ini  kita  hidup  di  zaman modern,  zaman yang  telah memberi peluang dan  kebebasan  serta  menjamin  hak  asasi manusia.    Kalau  hari  ini  anda  mendengar pemberitaan  doktrin  sebuah  agama  atau kepercayaan dengan kekerasan, bisakah anda yakin  bahwa  itu  berasal  dari Allah  pencipta langit  dan  bumi  yang  maha  kasih?  Bisakah anda  percaya  bahwa  orang  yang membunuh setiap  orang  yang menentang  pengajarannya adalah  orang  Kristen  yang  telah  dilahirkan kembali di dalam Kristus?

John Calvin tidak mungkin lahir baru jika ia  tidak percaya bahwa manusia harus bertobat dan  beriman  bahwa  Yesus  Kristus  telah dihukumkan   di   kayu   salib   demi menggantikannya dan ia mengaminkan bahwa hidupnya yang sedang dihidupi adalah hidup untuk  Kristus.  Karena  hanya  dengan  cara inilah seseorang dilahirkan kembali.   Jika John Calvin  dan  pengikutnya  hanya  berharap, mudah-mudahan  akan  termasuk  ke  dalam kelompok orang beruntung yang telah dipilih Allah  sejak kekekalan  secara unconditional, maka akan celaka.

Terus  terang  saya  takut  bertemu  John Calvin di Sorga, karena saya tidak setuju pada doktrinnya, dan  jika saya hidup pada zamannya dan  tinggal  di  kota Geneva maka  saya  pasti salah  satu  yang  dimusuhinya  dan  yang  akan dibakarnya hidup-hidup. Buku The Institutes di tangan kirinya dan api yang siap membakar di tangan kanannya.

Dan ketahuilah, jika hari ini ada di antara pembaca yang  menjadi pengikut John Calvin, itu  adalah  sebuah  pilihan  bukan  karena dipredestinasikan  atau  ditakdirkan. Sesungguhnya pembaca memiliki kebebasan penuh untuk menjadi pengikutnya atau untuk tidak mengikutinya. Renungkanlah ***

2 komentar:

  1. Mengutip dari Pedang Roh Edisi 47
    Pedang Roh Edisi 47 nya sendiri ga ada sumbernya.
    Mau jadi apa?

    BalasHapus
  2. John Calvin bahkan tidak punya waktu untuk dirinya sendiri. Yang dia kerjakan hanyalah mengunjungi jemaat, memberikan kelas PA, dan malam harinya banyak dipakai menulis. Bagaimana bisa dia dapat dikatakan menghambat kekristenan jika ia telah mengerjakan hal begitu rupa?
    John Calvin berhasil mensarikan alkitab dengan 5 pokok yang TULIP yang ditunjukkannya.
    Lagipula apa hak manusia mengatakan bahwa dirinya punya kehendak atas dirinya sendiri??? manusia sesungguhnya tidak memiliki hak asasi. hak manusia hanyalah neraka. murni neraka karena naturnya yang sudah tercemar di hadapan Allah.
    Justru keadilan Allah ditunjukkan melalui pemilihannya atas orang-orang yang dikasihiNya.

    BalasHapus