MASA MUDA JOHN CALVIN
John Calvin adalah seorang Perancis, yang nama kecilnya Jean Cauvin, terlahir pada tanggal 10 Juli 1509 di Picardy, Noyon, Perancis, sekitar enam puluh mil utara Paris. Namanya kemudian dilatinkan menjadi Joannes Calvinus, dan diinggriskan menjadi John Calvin. Hidupnya termasuk pendek yaitu hanya 54 tahun, karena ia meninggal pada 27 Mei 1564. Ayahnya bernama Gerald Calvin, seorang notaris yang bekerja pada keuskupan untuk urusan bisnis di catedral kota mereka. John adalah salah satu anak laki dari kelima anak laki, dua meninggal selagi bayi. Dan ibunya meninggal selagi John berumur tiga tahun, kemudian ayahnya menikah dengan seorang janda yang memiliki dua orang putri dan seorang putra yang meninggal selagi bayi.
Mereka adalah umat Katolik yang taat. Karena masalah finansial ayahnya dikeluarkan dari gereja dan kemudian meninggal pada tahun 1531, dan pada tahun yang sama kakak lakinya Charles dikeluarkan dari gereja atas tuduhan mengajarkan bidat. Adik lakinya, Antoine, dan seorang adik perempuan tiri mengikutinya, namun satu adik perempuan tiri yang lain tetap teguh di Katolik. Pada umur 12 tahun John diangkat sebagai pembantu semacam pekerjaan Chaplain di catedral Noyon. Pada masa itu sudah biasa gereja mengangkat anak remaja untuk jabatan gereja.
Kemudian John Calvin dikirim ke Paris untuk belajar bahasa Latin, karena pendidikan tinggi umumnya dalam bahasa Latin. Ia kemudian ke University of Paris di College de Montague, tempat yang sama dimana Ignatius Loyola (pendiri Jesuit) belajar beberapa tahun kemudian. Setelah mendapat gelar Master, kemudian John transfer ke University of Orleans untuk belajar hukum yang pada saat itu adalah bidang yang banyak mendatangkan uang. Kemudian ia memasuki University of Bouges dan di sinilah ia belajar bahasa Yunani dan Ibrani. Di sini ia menulis bukunya yang pertama De Clementia.
PERTOBATAN JOHN CALVIN
Tidak banyak diketahui tentang pertobatan John Calvin. Dari banyak tulisannya hanya satu kali saja hal itu disinggung. Satu-satunya keterangan tentang pertobatannya hanya di kata pengantar komenteri tentang Mazmr yang ditulis tahun 1557 (L.M. Vance, The Other Side of Calvinism, p.78). Orang-orang mendengar tentang pertobatan Calvin hanya melalui orang-orang yang pernah dekat dengannya, seperti dosen bahasa Latinnya, Mathurin Cordier. John Calvin ternyata pernah membaca buku Martin Luther, namun yang paling banyak dibacanya adalah tulisan Agustinus.
Calvin terkesan dengan theologi (filsafat) Agustinus, terutama dari bukunya yang berjudul The City of God. Sekalipun menurut kesaksiannya ia bertobat pada saat ia sedang belajar hukum, namun Calvin tidak meletakkan jabatannya di gereja Katolik hingga 4 Mei 1534. Pada tahun 1533, sekitar dua tahun sebelum ia menerbitkan buku terkenalnya The Institutes of Christian Religion, ia merekomendasikan dua orang wanita menjadi biarawati di biara Katolik. Pada tahun 1534 ia menulis buku theologi yang berjudul Psychopannychia, yang baru diterbitkan pada tahun 1542. Dan pada tahun 1536 Calvin menerbitkan buku The Institutes of Christian Religion Banyak pihak meragukan keseriusan pertobatan Calvin. Karena sekitar dua tahun sebelum ia menerbitkan bukunya yang sangat terkenal ia masih merekomendasi orang untuk menjadi biarawati Katolik. Ada yang berpikir bahwa keberpihakan Calvin pada kelompok Protestan disebabkan karena ayahnya yang dikucilkan gereja Katolik dan kakak laki-lakinya yang juga dikucilkan. Pemahaman theologinya juga tidak terlalu luas melainkan hanya berpedomankan pada tulisan Agustinus sehingga banyak pihak yang melihat bahwa Calvin jiplak habis seluruh pemikiran Agustinus. Sedangkan penerimaan doktrin dinilai oleh banyak kalangan sepenuhnya bukan karena doktrin itu benar, melainkan karena pada saat itu masyarakat memang sangat haus akan pemikiran-pemikiran yang berlawanan dengan gereja Katolik, dan juga oleh pemaksaan yang dilakukan oleh Calvin yang dimulai dari warga kota Geneva.
PENGUASA KOTA GENEVA
Dua orang temannya, Guillaume Farel dan Peter Viret, adalah orang yang berperan menempatkan Calvin hingga menjadi penguasa kota Geneva. Ketika Calvin tiba di Geneva, kota itu baru melepaskan dirinya dari kuk kekuasaan Roma pada Juli 1636. Dan kota Geneva menempati posisi yang sangat strategis karena sebagai perlintasan perdagangan.
Penolakan penduduk kota Geneva terhadap Roma tidak berarti seluruh penduduknya adalah orang Kristen sejati, karena banyak di antaranya, bahkan mayoritasnya melakukan itu atas alasan politik belaka. Kota Geneva akhirnya menjadi kacau karena tidak lagi berada di bawah kontrol Roma, namun juga belum menemukan bentuknya yang mantap. Di saat seperti inilah teman Calvin memintanya datang untuk memimpin gereja di Geneva.
Karena tadinya masyarakat sudah terbiasa dengan gereja-negara, maka sekalipun tidak di bawah Roma Katolik, mereka tetap menginginkan kondisi seperti semula. John Calvin masuk pada saat yang tepat untuk menggantikan kekosongan hati dan kondisi masyarakat.
Akhirnya Calvin menerapkan aturan yang sangat keras terhadap penduduk kota Geneva. Masyarakat dipaksa untuk mengikuti kebaktian minggu, yang tidak kebaktian akan dipenjarakan atau diusir dari kota Geneva. Seorang penata rambut dipenjarakan hanya karena telah menata rambut seorang pengantin yang dinilai oleh gereja agak spektakuler. Dua Ana-Baptis segera diusir dari kota Geneva tidak lama setelah Calvin mengambil alih kekuasaan kota Geneva hanya karena pandangan theologi mereka berbeda dari pandangan Calvin. Bahkan seseorang akan masuk penjara jika mengeluarkan bunyi pada saat sedang mengikuti kebaktian. Akhirnya banyak pemimpin kota yang tadinya mendukung usaha reform (pembaruan) Calvin menjadi kecewa. Namun mereka tidak bisa menyetop John Calvin lagi. Bahkan beberapa kali terjadi usaha pembunuhan terhadap Calvin.
Akhirnya John Calvin menjadi diktator kota Geneva. Hampir tidak ada hal yang tidak diatur oleh Calvin, bahkan berapa piring makanan seseorang boleh sekali makan pun ditetapkan. Pada tahun 1545 dua puluh orang dibakar hidup-hidup atas tuduhan melakukan sihir atau bertenung. Dari tahun 1542 hingga 1546 lima puluh delapan dieksekusi dan tujuh puluh enam orang diusir dari kota Geneva. Seorang yang bernama Jacques Gruet, penentang ajaran Calvin ditangkap. Seluruh rumahnya digeledah dan hanya menemukan secarik kertas yang berisi tulisan yang mempertanyakan kemalangan nasib penduduk kota Geneva yang mau makan dan mau menari pun perlu diatur oleh Calvin. Sebulan penuh Gruet disiksa hingga akhirnya ia mengaku salah, dan kemudian ia dihukum mati dengan tuduhan menghujat firman Allah.
Michael Servetus adalah kasus yang sangat besar karena jelas ia adalah orang baik. Ia seorang yang belajar hukum dan pengobatan bahkan mengajar astrologi. Ia seorang yang sangat terpelajar dan berpkir dengan cerdas. Setelah mengkritik pengajaran Calvin melalui surat, dan suatu hari ia melewati kota Geneva. Ia berani mampir ke kota Geneva pasti karena ia tidak menyangka Calvin sekejam itu dan tega membunuh orang hanya karena mengkritiknya.
Tetapi akhirnya Servetus ditangkap dan disidang. Tentu semuanya diatur oleh John Calvin karena Servetus tidak bersalah kepada siapapun selain mengirim surat yang berisi kritikan terhadap doktrin Calvin. Sangat tragis, Servetus diputuskan dibakar hidup-hidup, di Champel. Kata terakhir yang diserukan oleh Servetus ialah, “Oh Jesus, Son of the Eternal God, have pity on me.”
Tidaklah heran kalau banyak orang menyimpulkan bahwa sesungguhnya John Calvin tidak dilahirkan kembali, karena jika di dalamnya ada Roh Kudus, ia tidak mungkin melakukan hal demikian dengan tanpa merasa bersalah. Ia telah membunuh banyak orang yang menentang theologinya. Peristiwa pertobatannya tidak jelas, dan sekitar dua tahun sebelum menerbitkan buku The Institutes ia memasukkan orang untuk menjadi biarawati. Dan theologinya bukan memajukan kekristenan, melainkan telah menahan laju penginjilan, gereja-gereja kehilangan semangat untuk menginjil dan hancur perlahan-lahan.
PARA PENGIKUTNYA
Sebagian pengikutnya juga mewarisi sikapnya. Tentu tergantung pada seberapa kekaguman mereka terhadap John Calvin. Yang semakin kagum biasanya akan semakin mirip tindakannya dengan Calvin. Cuma di zaman modern ini tidak ada orang yang bisa bertindak seperti dia yang menjadi diktator terhadap penduduk sebuah kota. Dia memang terhipnotis oleh buku Agustinus yang mau membangun sebuah kota yang dijalankan sesuai dengan keinginannya, The City of God.
Di seluruh Eropa, sejauh Calvinisme merambatkan pengajarannya, sejauh itu pula penganiayaan terhadap iman yang berbeda dengan gereja-negara. John Bunyan, pengarang novel terkenal The Pilgrim’s Progress dipenjarakan oleh gereja Inggris selama 12 tahun. Dan ia meninggal di penjara beberapa bulan sebelum Inggris dinyatakan sebagai negara yang bebas beragama, atau berkeyakinan.
Untunglah hari ini kita hidup di zaman modern, zaman yang telah memberi peluang dan kebebasan serta menjamin hak asasi manusia. Kalau hari ini anda mendengar pemberitaan doktrin sebuah agama atau kepercayaan dengan kekerasan, bisakah anda yakin bahwa itu berasal dari Allah pencipta langit dan bumi yang maha kasih? Bisakah anda percaya bahwa orang yang membunuh setiap orang yang menentang pengajarannya adalah orang Kristen yang telah dilahirkan kembali di dalam Kristus?
John Calvin tidak mungkin lahir baru jika ia tidak percaya bahwa manusia harus bertobat dan beriman bahwa Yesus Kristus telah dihukumkan di kayu salib demi menggantikannya dan ia mengaminkan bahwa hidupnya yang sedang dihidupi adalah hidup untuk Kristus. Karena hanya dengan cara inilah seseorang dilahirkan kembali. Jika John Calvin dan pengikutnya hanya berharap, mudah-mudahan akan termasuk ke dalam kelompok orang beruntung yang telah dipilih Allah sejak kekekalan secara unconditional, maka akan celaka.
Terus terang saya takut bertemu John Calvin di Sorga, karena saya tidak setuju pada doktrinnya, dan jika saya hidup pada zamannya dan tinggal di kota Geneva maka saya pasti salah satu yang dimusuhinya dan yang akan dibakarnya hidup-hidup. Buku The Institutes di tangan kirinya dan api yang siap membakar di tangan kanannya.
Dan ketahuilah, jika hari ini ada di antara pembaca yang menjadi pengikut John Calvin, itu adalah sebuah pilihan bukan karena dipredestinasikan atau ditakdirkan. Sesungguhnya pembaca memiliki kebebasan penuh untuk menjadi pengikutnya atau untuk tidak mengikutinya. Renungkanlah ***
Mengutip dari Pedang Roh Edisi 47
BalasHapusPedang Roh Edisi 47 nya sendiri ga ada sumbernya.
Mau jadi apa?
John Calvin bahkan tidak punya waktu untuk dirinya sendiri. Yang dia kerjakan hanyalah mengunjungi jemaat, memberikan kelas PA, dan malam harinya banyak dipakai menulis. Bagaimana bisa dia dapat dikatakan menghambat kekristenan jika ia telah mengerjakan hal begitu rupa?
BalasHapusJohn Calvin berhasil mensarikan alkitab dengan 5 pokok yang TULIP yang ditunjukkannya.
Lagipula apa hak manusia mengatakan bahwa dirinya punya kehendak atas dirinya sendiri??? manusia sesungguhnya tidak memiliki hak asasi. hak manusia hanyalah neraka. murni neraka karena naturnya yang sudah tercemar di hadapan Allah.
Justru keadilan Allah ditunjukkan melalui pemilihannya atas orang-orang yang dikasihiNya.