Jumat, April 12, 2013

GEREJA-GEREJA PEMBAPTIS BAYI

Sebenarnya ada banyak orang yang menyadari bahwa Gereja Roma Katolik menyimpang dari Alkitab. John Wycliffe, William Tyndale adalah orang-orang terdahulu yang menyadari bahwa Gereja Roma Katolik (GRK) menyimpang jauh dari Alkitab. Mereka berdua telah mencoba menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris namun kemudian mereka berhasil dieliminasi oleh Gereja Katolik.

Nasib Pemrotes Pendahulu
John Wycliffe berhasil menerjemahkan Alkitab ke bahasa Inggris. Karena dia adalah rektor Oxford University, maka banyak dosen maupun mahasiswa yang menyetujui pandangannya. Raja Inggris hampir memihak kepadanya. Namun karena diultimatum oleh Paus, jika tidak datang mencium kakinya maka akan dikerahkan pasukan dari Spanyol, Portugis, Jerman atau seluruh Eropa untuk menyerang Inggris, maka raja Inggris merendahkan diri untuk mencium kaki Paus.

Sesudah itu seluruh pengikut Wycliffe ditangkap dan mereka dibakar hidup-hidup. John Wycliffe keburu sudah meninggal, namun pihak Roma tidak puas karena tidak berhasil menyiksa Wycliffe akhirnya mereka menggali kuburnya membakar tulang-tulangnya, dan menebar debu ke berbagai penjuru Inggris.

Luther Lebih Beruntung
Tanggal 31 Oktober 1517, Martin Luther memakukan poin-poin kesalahan GRK yang berjumlah 95 dalil di pintu gerbang Castle Church of Wittenberg Tentu segera seluruh kota menjadi geger dan perbincangan melanda seluruh kota Martin Luther beruntung karena satu tahun sebelumnya Desiderius Erasmus telah menerbitkan Alkitab sekalipun dalam bahasa Yunani, masyarakat saat itu dapat membacanya karena masa itu bahasa Yunani seperti bahasa Inggris zaman sekarang.

GRK kebakaran jenggot dan ingin membunuh Luther. Tetapi karena masyarakat memeriksa dalil Luther dan menyocokkannya dengan Alkitab, serta mendapatkan bahwa Luther benar, maka GRK tidak bisa berbuat banyak. Makin hari makin banyak masyarakat yang memihak kepada Luther terlebih setelah Luther dalam persembunyiannya berhasil menerjemahkan Alkitab ke bahasa Jerman sehingga sebagian besar rakyat Jerman memihak kepada Luther.

Alkitab bahasa Jerman yang diterjemahkan Luther, dan terbit tahun 1519, sangat menarik karena kata baptisnya memakai kata selam. Pada saat awal, Luther tidak setuju pada baptisan bayi. Tetapi ketika ia terhimpit, dan memerlukan perlindungan raja Jerman, akhirnya gereja Lutheran digabungkan dengan Kerajaan Jerman, dan gereja Lutheran/Protestan menjadi gereja negara. Untuk itu prinsip agama/gereja negara diterapkan yaitu anggota gereja adalah warga negara dan warga negara adalah anggota gereja, sehingga diperlukan pembaptisan bayi karena bayi adalah warga negara.

John Calvin Mendirikan Reformed/Presbyterian
Pada saat Luther memprotes GRK, Calvin baru berumur 8 tahun. Sampai tahun 1530, Calvin yang adalah seorang pengacara, masih seorang penganut Katolik yang setia. Dan tahun 1534 dia masih merekomendasikan dua orang wanita untuk menjadi suster Katolik. Tiba-tiba tahun 1536 ia menerbitkan buku yang berjudul The Institutes of Christian Religion. Isi dari buku tersebut hari ini disebut pengajaran Calvinisme atau theologi predestinasi, yang intinya mengajarkan bahwa Allah dalam sebuah dekrit di dalam kekekalan menetapkan segala sesuatu. Jadi menurut Calvin, Allah di dalam kekekalan telah menetapkan segala sesuatu termasuk pikiran dan tindakan manusia.

Ketika ditanya, kalau begitu berarti Allah yang menetapkan Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa? John Calvin menjawab dengan tegas, ya. Pengikut John Calvin di Indonesia, Bapak Budi Asali, M.Div. dalam perdebatan sehari di GITS, menegaskan bahwa Allah telah menetapkan semua kejahatan di muka bumi. Ketika dr. Andrew Liauw, M.Th. membukakan Yeremia 19:5, bahwa Allah menyatakan Ia tidak pernah merencanakan kejahatan, bahkan kejahatan tidak pernah timbul di dalam hati Allah, Bapak Budi Asali agak kagok memberi jawaban.

Selesai acara debat, para hadirin ada yang berkomentar, kalau Allahnya orang-orang Reformed itu menetapkan semua kejahatan di bumi, berarti Allahnya orang Reformed berbeda dengan Allah kita yang penuh kasih. Perdebatan berlangsung dari jam 08.00 hingga jam 16.00 sore, dan pembaca bisa mendapatkan DVD-nya yang keseluruhannya ada 6 DVD. Perhatikan, jika keseluruhan DVD-nya adalah 5, maka sangat mungkin itu telah diedit ulang oleh pihak tertentu. Tentu kalau melalui Graphe anda akan mendapatkan yang asli dan yang penuh.

Sama seperti Gereja Roma Katolik dan Lutheran (Protestan), gereja-gereja yang didirikan oleh John Calvin adalah pembaptis bayi. Kalau pembaptis bayi, maka sudah pasti akan membaptis dengan cara percik. Gereja Inggris Raya Gereja Anglikan, atau Episkopal dimulai pada saat pernikahan Henry VIII dengan Catherine dari Aragon pada tahun 1534. Karena pihak Vatikan tidak setuju pada pernikahan tersebut, maka Kerajaan Inggris menyatakan tidak tunduk dan berpisah dari pihak Vatikan sehingga muncullah Gereja Anglikan yang terpisah dari Gereja Roma Katolik.

Pada prinsipnya pengajaran Gereja Anglikan sama dengan GRK karena munculnya Gereja Inggris ini bukan karena perbedaan pengajaran, melainkan karena keributan tentang pernikahan. Segala sesuatunya sama kecuali bahwa Gereja Inggris tidak lagi mengakui kekuasaan Vatikan atasnya. Kalau GRK itu Paus sebagai kepala gerejanya, maka Gereja Inggris yang menjadi kepala gereja adalah raja atau ratu Inggris.

Hal yang positif terjadi dari Gereja Inggris ini hanya pada zaman King James VI (1566–1625), dimana ia memerintahkan penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Inggris, dan dikerjakan oleh lebih dari 50 ahli bahasa, dan selesai tahun 1611. Usaha ini menghasilkan Alkitab yang paling baik dalam bahasa Inggris. Kekurangannya hanya pada kata baptism yang sebenarnya tidak diterjemahkan, melainkan diganti hurufnya dari huruf Yunani ke huruf Latin. Pada tahun 1619 muncul gerakan Puritans yaitu gerakan dari dalam gereja Inggris yang terpengaruh doktrin calvinisme untuk membersihkan Gereja Inggris dari dalam. Kelompok yang menamakan diri Puritans ini melihat Gereja Inggris kurang bersih dari pengaruh Gereja Roma Katolik.

Wesley Memulai Methodis
John Wesley memulai Holy Club di Oxford bersama adiknya. Mereka mengadakan pertemuan mingguan, dan mereka mengajarkan hidup yang kudus dan tertata rapi secara sistematis. Siswa-siswa yang lain mengolok-olok Club mereka dengan sebutan methodis terhadap tata cara hidup mereka. Tetapi Wesley malah menjadikan nama olok-olok itu sebagai gerakan mereka. Dari situlah terbitnya gerakan Methodis di dalam Gereja Inggris. Sampai akhir hidup Wesley tahun 1791 Methodis belum merupakan denominasi terpisah dari Gereja Inggris.

John Wesley sendiri lebih berpihak kepada theologi Arminius, tetapi setelah kematiannya banyak pengikutnya bergeser ke theologi Calvinis. George Whitefield, Howell Harris, dan Selina Hastings, Countess dari Huntingdon adalah tokoh-tokoh yang disebut Calvinistic Methodists. Di kemudian hari setelah Methodis terpisah menjadi denominasi tersendiri akhirnya ada Methodis Arminianis dan Calvinis.

Tidak dipungkiri bahwa gerakan pengiriman misi penginjilan keluar sangat luar biasa dilakukan kelompok Methodis. Dan Methodis tercatat adalah gereja yang pertama melakukan pelayanan terhadap Sekolah Minggu anak-anak.

Namun Mereka Pembaptis Bayi
Hal yang paling disayangkan dari gereja-gereja tersebut di atas ialah bahwa mereka tidak sanggup melihat pembaptisan bayi adalah kesalahan fatal yang merusak gereja secara jangka panjang. Tidak kita sangkali bahwa Martin Luther itu tulus, demikian juga John Wesley. Tetapi karena mereka tidak mereformasi masalah baptisan bayi, maka itu membawa pengaruh besar bagi anggota jemaat mereka beberapa generasi ke depan.

Berita Injil yang benar menyatakan bahwa semua manusia telah jatuh ke dalam dosa. Karena dosa maka manusia tidak bisa menghampiri Allah yang maha kudus. Dosa hanya dapat diselesaikan dengan satu cara yaitu penghukuman. Karena itu Allah berjanji mengirim Juruselamat yang akan menanggung dosa manusia. Sebelum Sang Juruselamat datang, manusia diajarkan ibadah simbolik untuk menggambarkan Sang Juruselamat dan proses penyelamatanNya.

Untuk mendapatkan kepastian masuk Sorga, orang-orang yang hidup sebelum penyaliban Kristus harus bertobat dan percaya kepada Juruselamat yang akan datang untuk menggantikan mereka menerima hukuman dosa. Dan setiap orang yang hidup sesudah penyaliban Kristus yang ingin mendapatkan kepastian masuk Sorga harus bertobat dan percaya kepada Juruselamat yang sudah datang menanggung segala dosa mereka.

Kematian Yesus Kristus di kayu salib telah menyelesaikan dosa Adam (Rom. 5:18-19) sehingga semua bayi yang meninggal sebelum akil balik, biar bayi siapapun, pasti akan masuk Sorga. Bayi tidak membutuhkan pembaptisan untuk masuk Sorga. Dan orang yang sedang sakit keras di Rumah Sakit tidak membutuhkan pembaptisan untuk mendapatkan kepastian masuk Sorga. Yang dibutuhkan oleh orang yang sedang sekarat itu adalah Injil yang benar.

Sama sekali tidak membutuhkan baptisan untuk masuk Sorga. Baptisan dibutuhkan bagi yang akan menjadi murid. Dan baptisan adalah sebuah tanda pertobatan dan untuk menggambarkan Injil yang telah menyelamatkan orang itu. Domba yang disembelih di atas mezbah adalah gambaran Injil yang di depan, sedangkan baptisan adalah gambaran Injil yang di belakang.

Yesus Kristus minta dibaptis untuk menggenapkan seluruh kehendak Allah, yaitu menggambarkan Injil yang akan dijalani-Nya. Ia menggambarkan kematian, penguburan dan kebangkitan Dirinya Sendiri melalui baptisan yang dijalaniNya. “Jadikan sekalian bangsa muridKu dan baptiskanlah mereka” adalah jelas bahwa pembaptisan dibutuhkan untuk menjadi murid bukan untuk masuk Sorga.

Pengajaran bahwa masuk Sorga memerlukan pembaptisan adalah penyimpangan yang dihembuskan iblis ke dalam gereja. Orang yang mempercayai konsep masuk Sorga melalui pembaptisan, itu sama dengan menambahi Injil dengan pembaptisan. Orang yang berbuat demikian justru akan masuk Neraka. Gereja Roma Katolik yang mengajarkan keselamatan melalui baptisan adalah induk dari semua gereja sesat. Kemudian kelompok gereja yang keluar dari GRK ternyata masih terjebak dalam perangkap iblis. Mereka bersemangat untuk memperbaiki GRK dengan membangun denominasi baru. Tetapi mereka tidak sanggup keluar dari momok pembaptisan bayi. Akhirnya pembaptisan bayi menjadi jerat bagi mereka. Karena pembaptisan bayi maka generasi berikut penerus gereja mereka tidak mengalami kelahiran kembali di dalam Kristus. Setelah beberapa generasi akhirnya di gereja pembaptis bayi penuh dengan orang Kristen yang tidak lahir baru. Ini adalah sebuah celaka bagi gereja.

Ketika ditanyakan kepada pemimpin gereja pembaptis bayi, apakah alasan mereka membaptis bayi, jawaban yang kita dapatkan sangat tidak memuaskan. Mengapakah seorang bayi perlu dibaptis? Mereka tidak bisa menjawab. Dan kalau menjawab pun biasa sangat tidak memuaskan. Dan biasanya gereja pembaptis bayi akan melaksanakan pembaptisan dengan cara pemercikan. Dan biasanya juga gereja pembaptis bayi akan membaptiskan orang-orang yang sedang sakit. Satu kesalahan yang kemudian membuahkan kesalahan berikut. Oleh sebab itu kita simpulkan bahwa semua gereja yang melakukan pembaptisan bayi dan orang sakit, secara prinsip ada masalah pada doktrin keselamatan (soteriology) mereka.

Gereja pembaptis bayi dan orang sakit, tidak mengerti Injil Keselamatan yang alkitabiah. Gereja demikian sesungguhnya kemasukan faham iblis bahwa keselamatan memerlukan usaha manusia, atau upacara gereja yaitu pembaptisan.

Perintah untuk membaptis setiap orang yang akan menjadi murid, dapat dilihat sebagai syarat untuk menjadi anggota jemaat karena bergabung ke dalam sebuah jemaat adalah sebuah komitmen untuk menjadi murid. Di dalam jemaat lokal diselenggarakan proses belajar dan mengajar. Dan bukan hanya proses belajar, bahkan sebagai sebuah institusi yang baik, yang sesungguhnya adalah tubuh Tuhan, di jemaat lokal juga ada tindakan pendisiplinan. Pembaptisan adalah pintu masuk ke dalam jemaat lokal, stasiun berkumpulnya orang-orang yang telah lahir baru dan yang sedang menunggu penjemputan dari Sorga.

Yang Cinta Kebenaran Tidak Marah, Bahkan Membayar Harga Kebenaran
Sebagian pemimpin dan anggota jemaat gereja pembaptis bayi marah dengan diungkitnya kasus pembaptisan. Sebagian mereka berkata, “Topik ini sudah berabad-abad dibicarakan dan tidak pernah selesai.” Kita menjawab, “Memang betul sudah dibicarakan, dan tidak akan selesai. Karena selagi masih ada iblis maka penyesatan akan tetap ada sepanjang masa.”

Ketika topik-topik demikian dibahas, kita berharap Tuhan akan memimpin dan orang-orang yang tulus akan menemukan kebenaran. Sesungguhnya masalah doktrin bukan sekedar masalah rohani, tetapi itu juga menyangkut harga diri orang yang memegangnya, dan juga menyangkut mangkok nasi yang hidup di dalamnya.

Tercatat dalam sejarah, Adoniram Judson, misionari yang tulus dari Congregation Church, ketika ia menyadari bahwa baptisan seharusnya ke-pada orang yang telah menyatakan iman, dan dengan cara selam, ia segera memberi dirinya dibaptis ulang. The Judsons arrived in Calcutta on June 17, 1812. While aboard ship on route to India, he did a focused study on the theology of baptism. He came to the position that believer's baptism was theologically valid and should be done as a matter of obedience to the command of Jesus (Matthew 28:19–20). On September 6, 1812, he switched to the Baptist denomination along with his wife and they were baptized by immersion in Calcutta by an English missionary associate of William Carey named William Ward. (http://en.wikipedia.org/wiki/Adoniram_Judson)

Gottlob Brückner (1783-1857) adalah misionari pertama ke Indonesia. Dialah orang pertama yang menerjemahkan Alkitab ke bahasa Jawa. Ia tiba di Indonesia tahun 1814 sebagai misionari Gereja Inggris atas undangan gubernur Sir Thomas Stamford Bingley Raffles. Tetapi pada tahun 1816, setelah bertemu dengan misionari Baptis, William Robinson, akhirnya Bruckner memberi dirinya dibaptis dengan selam di Semarang. Satu minggu kemudian dia dipecat, dan ia harus hidup dengan sangat susah karena semua supportnya dihentikan. Ternyata, tercatat dalam sejarah ada banyak orang yang tulus, yang berani membayar harga untuk kebenaran. Namun juga banyak yang sekalipun tahu bahwa baptisan bayi itu salah, mereka tetap melakukannya, mungkin karena masalah gengsi dan semangkok nasi. Kiranya Roh Kudus bekerja dan menguatkan orang-orang yang tulus, yang mencari kebenaran, serta yang berani membayar harga untuk kebenaran. Anda orangnya?***

Sumber: Suhento Liauw, Th.D dalam Jurnal Teologi PEDANG ROH 74 Edisi Jan-Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar