Kamis, Juni 08, 2017

TABUR TUAI DUNIA SEKULER

Tabur tuai tentu bukan hanya berlaku untuk orang yang di dalam Tuhan, tetapi karena Tuhan menciptakan manusia dengan akal budi, dan memberinya kehendak bebas, maka hukum tabur tuai berlaku untuk semua manusia. Ketika satu keluarga, agama apapun juga bahkan tak beragama, mendidik anak-anaknya dengan baik, maka kedua orang tua akan menuai kebaikan dari anak di hari tua mereka. Ketika sekelompok masyarakat melestarikan adat yang positif, sopan-santun dan penuh hormat menghormati, maka masyarakat demikian pasti ada damai dan bermartabat tinggi.

Sebaliknya jika sekelompok masyarakat melestarikan sebuah kebiasaan buruk menjadi adat, bahkan kebiasaan itu mengikat semua keturunan, maka mereka akan semakin berputar ke bawah.

Memilih Pekerjaan & Pasangan Hidup
Pepatah Tiongkok kuno berbunyi, hal yang paling ditakuti seorang pria ialah salah memilih pekerjaan, sedangkan hal yang paling ditakuti wanita ialah salah memilih suami. Laki-laki yang salah memilih pekerjaan membawa pengaruh seumur hidupnya, demikian juga dengan wanita yang salah memilih suami.

Anak tidak bisa memilih orang tua, dan orang tua juga tidak bisa memilih anak. Dan anak tidak bisa mendidik orang tua tetapi sebaliknya orang tua bisa mendidik anak. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan anak yang baik, tentu oleh orang tua yang baik, akan membawa efek pada proses pemilihan pekerjaan dan teman hidup.

Ketika seseorang memutuskan untuk menghidupi kehidupan sebagai seorang tentara, seorang insinyur, seorang pengacara, seorang tukang kayu, ini hampir sama dengan seseorang menabur atau menanam pohon. Jika seorang anak tidak mau bersusah-susah sekolah, dia mau cepat bebas, dan tamat SMP langsung kerja, itu seperti seorang yang memilih menanam kacang panjang yang lebih cepat menghasilkan uang daripada menanam pohon durian, atau cengkeh yang lebih sulit dan tunggunya lama untuk menikmati hasilnya. Keputusan yang tergesa-gesa, dan sikap memilih sesuatu yang gampang dan enak dari pada yang sulit dan berat, itu pasti akan mempengaruhi buah yang dituai. Untuk menjadi seorang yang berhasil, seseorang membutuhkan ketekunan, sama seperti seorang petani yang tekun membajak dan menanam.

Terlebih lagi ketika seseorang memilih teman hidup, ini bahkan lebih dari menanam pohon biasa, karena efeknya adalah sepanjang hidup. Salah memilih teman hidup bisa seperti menanam semak dan duri yang jika tidak hati-hati akan terkena tusukan duri. Sebaliknya mendapatkan pasangan yang baik bisa seperti menanam kebun bunga, dan buah-buahan.

Memilih Tempat Tinggal
Banyak orang kurang menyadari bahwa tempat tinggal membawa pengaruh yang sangat besar terhadap hidup mereka, bahkan hidup keturunan mereka. Orang-orang di sekitar kita dan suasana di sekitar kita pasti akan membawa pengaruh baik positif atau pun negatif terhadap hidup kita bahkan terhadap anak-cucu kita.

Bahkan jika kita perluas cakupan, maka sesungguhnya bagi perantau, ketika ia memilih ke negara mana, akan membawa efek pada hidupnya, dan lebih lagi terhadap hidup anak-cucunya. Ayah dari kakek saya pada zaman Belanda datang ke Hindia Belanda, dan memberi efek kami sehingga kami hari ini menjadi orang Indonesia. Tentu demikian juga dengan suku-suku lain yang lebih dulu bertualang ke kepulauan khatulistiwa ini.

Zaman sekarang, siapa yang tinggal dekat gereja alkitabiah bukan dia sendiri yang akan mendapat efek kebenaran, melainkan juga anak cucunya. Sebaliknya mungkin ada orang yang tertarik untuk bekerja di Arab Saudi karena gaji besar, bahkan pindah ke sana, maka juga pasti akan mengefek ke anak cucunya.

Memilih Pemimpin atau Arah Politik
Pemilihan arah politik sesungguhnya bagi sebuah bangsa akan sangat membawa pengaruh. Biasanya keputusan demikian diambil oleh para pemimpin bangsa. Kini, setelah mata dunia terbuka, hampir tidak ada yang menolak konsep demokrasi. Tetapi periode sesudah Perang Dunia II sampai tahun tujuh puluhan, pada masa perang dingin, karena sebagian pemimpin bangsa merasa sistem komunisme adalah sistem yang baik, telah menyengsarakan banyak orang. Rusia yang menjadi pelopor komunisme, menggiring negara-negara Eropa Timur, dan diikuti China yang menggiring negara-negara Asia Tenggara, memilih komunisme. Tahun delapan puluhan Unisoviet bangkrut dan bubar, dan China setelah kematian diktator Mao, juga berubah karena sadar bahwa komunisme adalah kesalahan.

Mereka yang memilih komunisme akhirnya menuai buah yang sangat pahit. Rakyat Korea Utara sekalipun merasa buahnya sangat pahit di mulut mereka, namun tidak bisa memuntahkannya. Generasi Korut sekarang sangat menderita adalah karena menuai buah pahit yang ditanam oleh ayah atau kakek mereka tahun lima puluhan, saat perang Korea. Saat itu rakyat Korut sangat bersemangat memperjuankan komunisme, bahkan
dengan segenap jiwa raga mereka. 

Ketika edisi Pedang Roh ini ditulis, rakyat Jakarta sedang memilih gubernur dan wakilnya. Karena peraturan
bahwa gubernur definit harus terpilih di atas 50%, dan pada putaran pertama yang dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 2017, dari tiga pasangan gubernur dan wakil gubernur tidak ada yang mencapai di atas 50%, maka akan memasuki putaran ke dua yang akan dilaksanakan pada tanggal 19 April 2017.

Sudah pasti apa yang ditabur oleh rakyat Jakarta akan dituai di hari-hari ke depan. Memang pemilihan gubernur dan wakilnya pengaruhnya tidak sebesar pemilihan presiden dan wakilnya. Pengaruh pemimpin sebuah negara tentu sangat ditentukan oleh wewenang yang dimilikinya. Semakin berwenang seorang pemimpin, keputusannya akan semakin berpengaruh pada rakyatnya.

Pengaruh yang paling besar dari keputusan pemimpin bangsa ialah mengenai masalah agama atau iman. Ketika George Washington memilih iman Baptis, akhirnya menghasilkan Amerika Serikat yang bebas dan makmur. Suasana pasti akan berbeda jika George Washington memilih agama yang memicu pengikutnya memikul bom untuk membunuh orang yang tidak seiman mereka.

Kini, mari amati China, agama apakah yang pemimpin China akan pilih untuk bebas disebarkan di tengah-tengah rakyat China. Keputusan pemimpin China akan menghasilkan buah pada masa yang akan datang. Negara itu akan damai, makmur dan indah, atau penuh dengan pertentangan dan kehancuran? Kelihatannya pemimpin Eropa sedang menanam pohon yang salah. Tanpa disadari oleh generasi sekarang, generasi berikut
kelihatannya akan menuai semak duri yang bisa menusuk mereka.***

Sumber: Dr. Suhento Liauw, Th.D dalam Buletin Pedang Roh Edisi XCI Tahun XXII April-Mei-Juni 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar