Sabtu, September 05, 2009

KONGRES KRISTEN FUNDAMENTAL KE-11 “MERCU DI TENGAH BADAI”

Mari bekerja s’karang, Malam segra Tiba, Haripun masih Pagi, Janganlah lengah

Tak Lama lagi Waktu, Hari segra Siang, Mari bekerja S’karang, Nanti Habis Trang

Mari Bekerja S’karang, Di hari Trang Bend’rang, Saat beristirahat, Pasti kan Datang

Tiap detik gunakan, Agar Tuhan senang,Mari bekerja Skarang, Nanti Habis Trang

Mari bekerja Skarang, Malam Telah Dekat, Hari Segra Berakhir, Kerjalah Giat

Rajinlah Isi Waktu, Hari telah petang, Mari Bekerja Skarang, Nanti Habis Trang

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, setiap tanggal 17 Agustus sekaligus memperingati Dirgahayu HUT RI selalu diadakan Kongres Kristen Fundamental bertempat di Graphe International Theological Seminary (GITS) yang dulunya bernama STT Graphe, di Jl. Danau Agung 2 No. 5-7 Sunter, Jakarta Utara. Pada tahun ini, Kongres diselenggarakan selama 4 hari dari tanggal 17-20 Agustus 2009. Kongres yang mengambil tema “Lighthouses in the Midst of Storm” (Mercusuar di Tengah Badai) dihadiri lebih kurang 200 peserta baik dari GBIA (Gereja Baptis Independen Alkitabiah) Graphe selaku tuan rumah, beberapa GBIA yang lain baik di Jabodetabek, ataupun dari luar Jakarta, hamba-hamba Tuhan baik Gembala, Penginjil, Guru Injil, juga beberapa simpatisan peserta Kongres dari berbagai kota, antara lain: Semarang, Jogjakarta, Kalbar, Kal-Tim, Papua, Medan, Lampung, dll.

Bertempat di aula baru Kebaktian GBIA Graphe yang berkapasitas 368 kursi, Kongres di hari pertama, cukup penuh dihadiri peserta, juga bertepatan dengan hari Libur HUT RI yang ke-64. Diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya karya seorang Kristen bernama Wage Rudolf Supratman, para peserta Kongres bersyukur kepada Tuhan untuk kemerdekaan yang ke-64 tahun yang masih bisa dirasakan bangsa kita.

Pada sesi I, Suhento Liauw, Th.D membuka Kongres dengan tema khotbah: Mengapa Saya Menjadi Seorang Kristen Fundamental? Dr. Suhento mengisahkan sedikit tentang bagaimana Berkat Tuhan atas GBIA Graphe sehingga Jemaat Graphe bisa menempati Aula Kebaktian yang baru, juga bisa mempunyai Grandpiano. GBIA Graphe mendirikan GITS sebagai STT dengan jumlah mahasiswa/I lebih kurang 30 orang dan juga mempunyai Panti Asuhan KARENA KASIH dengan jumlah anak 28 orang dan mengelola Radio Kristen 24 jam Radio Berita Klasik (RBK saluran AM 828) yang menjangkau Jabodetabek dan Lampung demi mewartakan Injil Kebenaran kepada siapa saja, baik atau tidak baik waktunya. Tuhan bekerja pada waktunya (Pkh 3:11).

Dr. Liauw menjelaskan GITS didirikan untuk melaksanakan Amanat Agung dalam Mengajarkan Segala yang telah dipesankan Tuhan kepada Murid-muridNya dari Program Diploma 1 sampai Strata Tiga/Doktor. Sudah cukup banyak lulusan/alumni GITS yang membuka Gereja Lokal baru ataupun yang melayani di gereja yang mengutusnya. Tercatat seorang bapak yang berusia 70-80an menjadi mahasiswa GITS karena mencintai KEBENARAN dan sangat ingin diperlengkapi dengan Kebenaran Alkitabiah.

Tunas-Tunas Jemaat GBIA (Gereja Baptis Independen Alkitabiah) diharapkan mendirikan Tunas-Tunas Jemaat yang suatu hari Nanti akan Menjadi Jemaat/Gereja Dewasa yang Independen/Mandiri dan Sanggup bertunas.

Pelayanan lain yang sudah dikenal khalayak ramai yaitu Buletin PEDANG ROH demi penginjilan keluar dan mengajarkan Doktrin yang Benar, yang disebarkan sebanyak 5000 eksemplar ke pribadi dan gereja yang tertarik, dan dapat didownload di website graphe (www.graphe-ministry.org).

Dalam sesi yang memotivasi dan membakar semangat peserta ini, Beliau mengungkapkan 4 alasan Mengapa saya Menjadi Seorang Kristen Fundamental (Yosua 24:14-15, Kis 26:19), yaitu:

1.Saya tidak bisa tidak menjadi Kristen Fundamental setelah mengerti Keselamatan adalah karena saya sungguh-sungguh sudah diselamatkan. Yesus Kristus telah dihukumkan menggantikan saya, maka saya hidup bagi-Nya.

2.Setelah diselamatkan, saya mempunyai kerinduan untuk menyenangkan hati Tuhan.

3.Saya menelusuri hidup tokoh-tokoh Alkitab seperti: Nuh, Abraham, Paulus, dll yang adalah seorang Kristen Fundamental pada zamannya.

4.Saya melihat dan mengagumi Kristen Fundamental dalam sejarah dunia yaitu Kaum Anabaptis seperti: Felix Mann, Menno Simon, John Bunyan.

Dr. Liauw mengisahkan ketika beliau studi S3 di USA (tahun 92-95) untuk mengambil D.R.E. (Doctor of Religious Education), beliau sempat mengikuti Kongres Fundamentalis di Tabernacle Baptis. Hal ini jugalah yang mendorong beliau sekembalinya dari USA pada tahun 1995 untuk ditahun-tahun kemudian mengadakan acara Kongres Kristen Fundamental (Kongres Fundamentalis).

Pada sesi II, tampil sebagai pembicara, Dr. Steven Einstain Liauw, Pembantu Rektor bidang Akademis GITS yang juga merupakan putra sulung Dr. Suhento Liauw, dengan tema Mengapa Mendirikan Gereja Kristen Fundamental? (Kis 13:47, Ul 6:6-9, Rm 12:2, I Tim 1:3). Ada 4 alasan utama yang disampaikan Dr. Steven E. Liauw mengapa kita harus mendirikan Gereja Kristen Fundamental:

1.Dalam Gereja Fundamental itulah diajarkan Konsep Keluarga Alkitabiah

2.Gereja Fundamental mengajarkan standar-standar kehidupan. Dua kata yang membedakan Gereja Fundamental dengan gereja-gereja lain adalah: Militansi (Sangat Militan atau bersemangat, mau berjuang untuk Kebenaran) dan Separasi (Doktrin Pemisahan yang tegas baik pribadi dan jemaat, namun bukan isolasi), menerapkan standar yang tinggi ditengah dunia yang kompromi terhadap Kebenaran. Separasi diterapkan, ketika dunia melanggar Prinsip Forman Tuhan.

3.Gereja Fundamental menyediakan persekutuan dengan gereja dan keluarga-keluarga seiman. Pada zaman ini, Katolik dan Injili direncanakan akan dipersatukan kembali dalam ECT (Evangelical and Catholic Together).

4.Gereja Fundamental mengedepankan penginjilan. Hampir disemua Gereja Fundamental mempunyai persembahan Misi untuk pengutusan penginjil.

Hari mulai siang dengan kondisi AC yang tidak begitu dingin, namun tetap para peserta saling menyemangati satu sama lain, pada saat ini, tampil ke depan, Ev. John Sung yang menggebrak para peserta yang hadir dengan tema khotbah: Seorang Kristen Fundamental Idealis (Ibrani 11:36-38). Ev. John Sung yang merupakan murid mula-mula Dr. Suhento, menceritakan hal-hal yang ideal menurut orang dunia: Kebebasan Finansial atau Financial Freedom (Lukas 12), Seberapa banyak waktu yang bias dinikmati (Time Freedom), dan mempunyai Keluarga yang harmonis. Namun bagi seorang Kristen Fundamental ukuran yang Ideal adalah seberapa banyak kita menyenangkan hati Tuhan, rela mengorbankan jiwa dan raganya, menjaga doktrin-doktrin Alkitab, juga mendirikan Gereja yang benar dengan cara yang benar. John Sung juga mengingatkan tantangan Fundamentalis diantaranya bahaya kesombongan, Tipuan/pencobaan Iblis, serta meletakkan ambisi lebih tinggi dari iman (Mzm 119:1-2, Rm 10:2, 12:3, 14:8, Yeremia 9:23-24). Di dalam peperangan tidak ada keadilan, namun Tuhan mengasihi prajurit-prajuritnya dan suatu saat Tuhan akan menjemput para hambaNya yang setia dan memberi UPAH.

Pada pukul 13.30-17.00 diadakan Wisuda mahasiswa GITS ke-13 dan Sidang Penahbisan. Ada 4 wisudawan diantaranya: dr. Andrew M. Liauw, S.Ked dengan tesis M. Div: Musik Duniawi dalam Kekristenan, Andarsono, B.Th yang membuka jemaat di Sungai Pinyuh, Kalbar, Hermanto Bago, B.B.S (Bachelor of Biblical Study), juga Suwandi/Thoi Tjhiang Diploma II yang melanjutkan pelayanan di GBIA Kanaan. Firman Tuhan disampaikan oleh Gbl. Firman Legowo, Gembala GBIA Filadelphia di Bandar Lampung. Pembacaan sejarah GITS dilakukan oleh Dosen Ev. Arifan T. Kusuma, S.Th. Acara kemudian dilanjutkan dengan penahbisan para Gembala Jemaat yaitu Ev. Alki Tombuku, BBS sebagai Gembala Jemaat GBIA Depok, Ev. Hansen Heydemans, MBS sebagai Gembala Jemaat GBIA Petra (Cengkareng), Ev. John Sung, S.Th sebagai Gembala Jemaat GBIA John the Baptist di Pontianak, Ev. Joko Hadi Rinekso, S.Th sebagai Gembala Jemaat GBIA Candipuro (Lampung Selatan), Ev. Kurnia Kristanto, S.Th sebagai Gembala Jemaat GBIA Kebenaran di Bekasi Timur, dan Ev. Steven Einstain Liauw, DRE sebagai Gembala GBIA Graphe dengan tanggungjawab sebagai Wakil Gembala.

Mereka semua menerima lencana simbol sebagai Gembala. Semua Gembala, Penginjil, dan Diaken yang pernah ditahbiskan, menumpangkan tangan atas mereka sebagai tanda restu/persetujuan/approve bagi mereka semua mewakili jemaat di tempat mereka yang tidak memungkinkan untuk hadir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar