Senin, April 21, 2008

Keesaan Allah (Pentateuch dan Sejarah)

1.”Dengarlah, hai orang Israel”
Ulangan 6:1-19

Kitab Ulangan mencatat khotbah penuh ilham yang Musa sampaikan di akhir hidupnya. Setelah kematiannya, bangsa Israel harus memasuki Kanaan dan menetap di sana sebagai bangsa yang merdeka di tengah lingkungan yang kafir. Tujuan utama dari khotbahnya adalah untuk mempersiapkan bangsa Israel menghadapi pengalaman yg baru itu.
Dalam pasal 6 ayat 4-9 ada bagian yg begitu penting artinya bagi sepanjang sejarah Isarel melebihi arti bagian-bagian PL. Kata-kata pembukaannya, ”Dengarlah, hai orang Israel” mengisyaratkan bahwa bagian ini menuntut perhatian khusus (bandingkan Ul 4:1; 9:1; 20:3; 27:9) dan memang bangsa Israel telah memberikan perhatiannya. Bagian ini bersama Ul 11:13-21 dan Bil 15:37-41, diucapkan dua kali setiap hari oleh semua orang Israel yg taat. Kitab Talmud juga diawali dengan kata-kata yg sama. Pernyataan pertamanya mewakili pengakuan iman yg umum diterima dalam Yudaisme. Pernyataan ini disebut Shema, yaitu kata Ibrani pertama dalam pernyataan itu. Kita menerjemahkan pernyataan dasar ini sebagai suatu proklamasi bahwa YHWH (nama pribadi Allah, yg dalam bagian ini disebut sebagai TUHAN) dan hanya Dia yg boleh diperlakukan sebagai Allah dan bangsa pilihan-Nya, Israel. Bagian sebelumnya menjelaskan kepada kita alasananya, ”Tuhanlah Allah, tidak ada yg lain kecuali Dia.” (Ulangan 4:35, 39).
Pernyataan iman yg sederhana ini diikuti dengan sebuah panggilan yg terus digemakan dalam Kitab Ulangan ini, mis Ul 4:29; 10:12; 11:13; 26:16; 30:2,6,10, yang menyerukan ibadah sepenuh hati kepada Dia. Dia adalah Allah yg cemburu (6:14), kecemburuan yg keluar dari kasih-Nya yg kudus yg menuntut kasih yg tidak terbagi dari orang-orang yg dikasihinya. Ia tidak akan mau membagi tahta-Nya maupun tempat-Nya dengan siapa pun yg lain dalam ibadah umat-Nya. Bila kita mengasihi Allah maka dengan senang hati kita mau melaksanakan kehendak-Nya dengan taat (1-3, 17: Yoh 14:15, 21-24; 1 Yoh 5:3) dan mendidik anak-anak kita dalam jalan-jalan-Nya (2,7).

”Oh betapa aku gentar kepada-Mu, Allah yg hidup,dengan kegentaran teramat dalam, teramat mesra, Dan memuja Engkau dengan harap yg gentar, dan air mata pertobatan!
Namun Kau izinkanku juga tuk mengasihi-Mu,Oh Tuhan, yg penuh kuasa, Karena Engkau telah menjenguk dan meminta dariku Kasih dari hatiku yg hina ini ”
(Frederick William Faber)

sumber: TRITUNGGAL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar