Sabtu, Mei 20, 2017

PENYELAMATAN OLEH KARUNIA

PENYELAMATAN  OLEH KARUNIA

OLEH THOMAS SPURGEON, London, England

APAKAH “KARUNIA” ITU?
Pada suatu hari saya bertemu, di atas kapal Australia, seorang kakek yang ramah, dan terpelajar luas dan berpikiran sehat. Ia berhasil  tinggal di tempat2 yang hampir selalu diterangi matahari, karena ia mengikuti matahari mengelilingi dunia tahun demi tahun, dan ia sendiri  begitu riang sehingga para penumpang berteman dengannya, dan meminta informasi darinya. Terjadilah pada suatu diskusi tentang apa itu “karunia”, seseorang berkata “Mari kita menanyakan kepada “Kamus berjalan”, ia pasti tahu. Maka, pergilah mereka menemuinya dengan pertanyaan mereka mengenai arti dari kata teologis “Karunia”. Dengan sangat kecewa mereka kembali, karena yang ia dapat mengatakan hanyalah “Saya mengaku bahwa saya tidak mengerti”. Lalu ia tambahkan sendiri komentar berikutnya yang luar biasa “Saya rasa mereka juga tidak mengerti yang begitu sering membicarakannya”. Seperti dokter mengenai siapa  Pendeta T. Phillips bercerita di dalam khotbahnya pada Kongres Baptis Sedunia, yang mengatakan mengenai Karunia “Kata itu sama sekali tak ada artinya untuk saya”, pelancong yang berpengetahuan luas itu tidak mengerti.  

Beberapa di antara kami sama sekali tidak heran mengenai hal ini, namun kami berpikir bahwa ia seharusnya dapat mengerti bahwa ada kemungkinan bahwa mengenai hal khusus ini, setidaknya,  beberapa orang yang kurang terpelajar dapat lebih memahaminya daripada dia. Nah, kebetulan di kapal yang sama terdapat seorang nelayan Kristiani, yang meskipun ia tidak dapat memberikan sebuah definisi singkat dan cukup mengenai “Karunia”, sangat mengerti artinya, dan akan mengatakan, “Iya, iya pak, itulah dia” dengan hati bergelora dan muka berseri, apabila seseorang menyatakan “Karunia itu adalah pemberian Allah yang gratis, tanpa imbalan, dengan murah hati dianugrahkan kepada yang tak-layak dan berdosa”. Dan apabila Tuan Phillip sendiri berada di atas kapal itu, dan mengadakan khotbahnya di situ dan telah menyatakan bahwa “Karunia adalah sesuatu di dalam Allah yang merupakan inti dari segala aktivitas penyelamatan-Nya, membungkuk dan meraihnya Allah, Allah membungkuk dari ketinggian kerajaanNya, untuk menyentuh dan mengerti kekerdilan dan kemiskinan kita, maka muka kriput akan berbinar kembali dan nelayan yang telah percaya itu akan berkata kepada dirinya sendiri,  “oh, betapa banyaknya aku berhutang setiap hari kepada Karunia Allah”. 

Benar sekali, dunia meskipun kebijaksana, tidak mengenal Allah. Arti sebenarnya dari “Karunia” tersembunyi bagi yang bijaksana dan hati-hati., dan dinyatakan kepada yang tak berpengalaman. “Orang-orang kampung” sering lebih bijaksana mengenai hal-hal dalam dari Allah daripada orang2 terpelajar dan sarjana2. Pelancong kita yang terpelajar berada di bawah sinar matahari terus-menerus, tetapi ia tak dapat berkata dari pengalaman “Allah telah bersinar di hati kita untuk memberi terang pengetahuan mengenai kemuliaan Allah, di hadapan Yesus Kristus.

Dr Dale, bertahun-tahun lalu, mengeluh bahwa kata “Karunia” menjadi tak-terpakai. Sayang, ia digunakan jauh lebih kurang semenjak waktu itu. Pernyataannya sendiri tentang “karunia” layak diingat:
“Karunia” adalah kasih yang melebihi segala yang disebut kasih. Ia adalah kasih yang, setelah segala syarat yang diharuskan oleh hukum, memiliki kekayaan akan kebaikan hati yang tak dapat habis.”

Dan yang ini dari Dr. Maclaren:
“Karunia – apakah itu? Kata itu berarti, pertama, kasih yang  dilakukan terhadap mereka yang berada di bawa yang mengasihi, atau yang layak menerima sesuatu yang lain; kasih yang membungkuk, dan kasih sabar yang mengampuni.  Lalu, ia berarti pemberian2 yang diberikan oleh kasih yang demikian; lalu ia berarti pengaruh pemberian2 itu pada kebaikan watak dan kelakuan ysng terkembang di dalam diri yang menerima.”

Dr. Jowett  menyatakannya secara menyolok:
“Karunia itu adalah energi. Karunia adalah energi-kasih.Karunia adalah energi-kasih yang membebaskan kepada yang tak cantik, dan memberi yang tak-cantik kecantikannya sendiri.”

Mari kita dengarkan apa yang dikatakan Dr Alexander Whyte:
“Karunia berarti kebaikan hati, kemurahan hati, pemaafan. Pada dasarnya karunia dan kasih itu sama, hanya Karunia adalah kasih yang mewujudkan diri dan berjalan pada keadaan tertentu, dan menyesuaikan diri kepada keadaan2 tertentu. Seperti umpamanya, kasih tak memiliki  terbatas atau hukum seperti karunia. Kasih bisa terjadi antara dua orang yang sama, atau ia dapat naik kepada mereka di atas kita, atau mengalir ke bawah kepada yang berada di bawah kita. Tetapi Karunia menurut sifatnya, hanya  berjalan satu arah. KARUNIA SELALU MENGALIR KE BAWAH.

Memang karunia itu adalah kasih, tetapi kasih yang merendahkan diri kepada ciptaan. Kasih seorang raja kepada sesamanya, atau kepada keluarga kerajaannya sendiri itu adalah kasih; namun kasihnya kepada rakyat- nya dinamakan karunia. Oleh karena itu kasih Allah kepada para pendosa selalu disebut KARUNIA di dalam Injil. Memang juga kasih, tetapi kasih kepada ciptaan, dan lagi ciptaan yang tak layak menerima kasih-Nya. Oleh karena itu segalanya yang Ia lakukan bagi kita di dalam Kristus, dan segala hal yang diungkapkan kepada kita mengenai kesediaan-Nya di dalam Injil, dinamakan “Karunia”.

DAPATKAH “KARUNIA” DIDEFINISIKAN?
Betapapun menyenangkan definisi2 itu, namun  kita sadar bahwa separoh-nya saja masih belum dinyatakan. Ah, kekayaan karunia-Nya yang berlimpah. Kepada apakah dapat kita bandingkan kemurahan hati Tuhan, atau dengan perbandingan apa dapat kita membandingkannya. Ia menolak didefinisi, dan ia tak terlukiskan. Sama sekali ta’ mengherankan, karena begitu mulianya. Di dunia ada hal2 tak terlukiskan dengan pena atau kuas manusia – badai, pelangi, air terjun, matahari terbenam, gunung es, serpih salju, butir2 embun, sayap2 yang berpamer di antara bunga2 musim panas. Karena Allah yang membuat mereka, maka manusia tak mampu melukiskannya.  Lalu, siapa dapat mengumumkan Allah itu memiliki apa dan Ia siapa. 

Definisi yang kami kutip dari Dr Jowett cocok dengan nama besarnya, namun ia sendiri mengaku bahwa “Karunia” tak dapat didefinisikan. Maka dengan sangat bagus ia menyatakan:
”Seorang pendeta Salib, yang bekerja dalam kesepian sangat, di antara sebuah masyarakat yang terpencar dan primitif, dan berada di pinggiran sekali hutan-hutan tua sekali, mengirim kepada saya sebuah contoh dari lingkungannya: ialah sebuah sayap seekor burung asli dari lingkungan itu berwarna-warni terang dan ria. Warna dan hidup bermil-mil jauhnya dicontohkan di dalam batas2 sebuah sampul!. Dan apabila kita membuat sebuah kalimat pendek kecil untuk mencakup rahasia Karunia, saya merasa bagaimanapun bagus dan ria kedengarannya, kita hanya akan mendapat sebuah sayap dari seekor burung asli, sedangkan bentangan2 kekayaan yang mengagumkan tetap tak tersentuh dan terungkap. Tidak – tak mungkin kita mendefinisikannya”. 

KEINGINAN AKAN PENYELAMATAN
Tak dapat kita berpura-pura bahwa semua orang ingin diselamatkan.  Maunyalah  kita demikian!  Ketiadaan perasaan berdosa masih merupakan tanda paling berbahaya masa kini, seperti oleh Tn Gladstone dinyatakan demikian pada zamannya. Andaikata ia sekarang masih hidup, kami kira ia akan mengulangi kata2 mengancam itu dengan tekanan lebih berat karena ketiadaan, ketiadaan yang fatal ini, disetujui dan dipelihara oleh beberapa dari mereka yang usaha seriusnya sebenarnya ialah mencegah dan mengutuknya. Memang itu ketiadaan yang fatal, karena jika tiada tersedia rasa berdosa, di mana ada harapan untuk mengingini penyelamatan, untuk suatu permohonan pengampunan, atau  untuk penghargaan seorang Penyelamat. Selama manusia masih membayangkan dirinya untuk pada suatu hari kelak menjadi orang Kristen, sedikit kemungkinannya bahwa mereka akan cukup tak-puas akan dirinya untuk menѐngok ke Yesus, atau,  untuk menganggap dirinya lain daripada kaya dan berlimpah secara materiil dan tak memerlukan sesuatu. Tidak, tidak, semua orang tidak membutuhkan penyelamatan, meskipun kita kadang2 mengira bahwa pada semua orang sebelum proses mengeras selesai, akan muncul suatu kesadaran akan dosa, suatu kekhawatiran mengenai hari depan, suatu keinginan, meskipun sangat lemah dan gelisah untuk berbaikan dengan Allah, dan percaya adanya surga. 

Tambahan pula, terdapat lebih banyak daripada yang kita perkirakan jiwa yang benar2 cemas. Keinginan mendalam sering bersembunyi di bawah jubah ketidakperdulian, dan kadang-kadang  terdapat sebuah patah-hati di dalam dada kurang ajar. Ditambahkan pada, dan sebagian sebagai akibat dari, kurangnya kesadaran dosa ini, terdapat banyak kesalahpengertian mengenai sifat penyelamatan, dan caranya untuk memperolehnya.  Bahkan  mungkin juga orang mempunyai suatu pemahaman benar tentang dosa, dan tentang penyelamatan, tanpa mengerti, atau, pokoknya, tanpa tunduk kepada cara Allah menyelamatkan. Mungkin orang menyadari bahwa untuk diselamatkan dari dosa adalah harus mengatasi kuasanya dan juga melepaskan diri dari hukuman-nya, namun menganggap hal ini tidak mustahil bagi orang2 yang telah jatuh dengan cara penyesalan yang sangat dalam, reformasi radikal, dan kesolehan yang tepat.

KEBAJIKAN/KEBENARAN ITU MUTLAK
Satu hal adalah jelas – kebajikan itu mutlak. Namun, apa sifat dan kualitas kebajikan itu,  dan bagaimana serta  dari mana memperolehnya. Apakah home-made, ataukah harus dari Tuhan dan dari atas? Apakah saya berusaha memperolehnya sendiri, atau apakah menyerahkan diri  kepada kebajikan Tuhan. Apakah penyelamatan didapatmya dari karya2, atau oleh karunia?  Apakah Kristus akan menjadi Pengganti dari pendosa, ataukah pendosa menjadi pengganti Sang Penyelamat?  Apakah altar akan berbau korban, ditetapkan oleh Allah dan disediakan oleh Allah, atau akankah kita lebih suka menghiasnya dengan bunga2 yang menjadi layu dan dengan buah yang menjadi keriput, betapapun indah kelihatannya pada awalnya? Akankah kebaikan pribadi, atau anugrah Allah seperti terungkap di dalam diri Yesus Kristus,yang akan mengantar kita ke dunia di mana segalanya baik? Yang satu adalah tangga yang didirikan oleh kita sendiri dan kita naiki dengan susah payah; yang lain adalah sebuah elevator yang disediakan oleh Allah, yang kita lewati oleh iman penyesalan dan yang dijalankan hanya oleh kuasa Allah. Penyelamatan berdasarkan karya2 adalah pilihan orang Farisi, penyelamatan oleh Karunia adalah harapan si pemungut pajak.

YANG INI ATAU YANG LAIN
Dua prinsip ini pun tidak dapat digabung.  Mereka sama sekali berbeda, bukan, lebih, mereka Beradu yang satu dengan yang lain. Campuran dari keduanya adalah mustahil. “Jika oleh karunia, tidak lagi dia karena karya; jika tidak demikian, karunia bukan lagi karunia”. Orang tidak dapat menerima rahmat sebagai upah jasa. Lapangan ini jangan ditaburi bibit campuran. Lembu rahmat dan keledai jasa jangan dipasang bersama pada satu kuk, memang tak mungkin; mereka terlalu berbeda. Kita tak mungkin menenun kain linen-wool dari karya dan karunia.eperti diutarakan oleh Hart dengan cantiknya:
“Dalam setiap apa yang kita lakukan, kita berbuat dosa. Orang 
          Yahudi   yang terpilih janganlah menggunakan wol disampur dengan  linen”

Jadi, harus memilih satu di antara dua jalan ini menuju ke surga. Pertanyaan besar tetap masih: “Bagaimana manusia dapat pantas menghadap Tuhan” dan kelihatannya bahwa dia sendiri harus kudus sempurna, atau ia harus, dengan suatu cara, memperoleh suatu kesamaan yang dapat ber tahan menghadapi penelitian dari Yang Mahamengetahui, dan lulus cukup baik di hadapan Pengadilan Tinggi Surga.

APA YANG DIKATAKAN KITAB?
Apa komentar Firman Allah mengenai perihal yang maha penting ini? Dinyatakan-Nya dengan sangat jelas bahwa semua telah berbuat dosa, bahwa dosa itu sangatlah berdosa, bahwa pembalasan mengikuti kejahatan seperti Roda-gerobak mengikuti bekas telapak kaki lembu yang menghelanya, bahwa tak seorang dapat membersihkan tangannya atau memperbaharui hatinya sendiri. Juga dikatakan-Nya kepada kita bahwa, Allah dalam kemurahan-Nya yang tak terhingga, telah merencanakan sebuah cara penyelamatan, dan bahwa tak seorangpun kecuali Yesus dapat menolong pendosa yang tak berdaya. Lihatlah korban2 berdarah dan altar berasap dari dispensasi dahulu!  Mereka menceritakan tentang dosa yang harus disingkirkan, dan mereka memberi pertanda tentang sebuah pengorbanan dengan nama yang lebih mulia dan darah yang lebih berharga daripada mereka, satu2-nya pengorbanan yang dapat membuat mereka yang datang kepadanya, sempurna.  Dengarkan Daud seraya ia berseru. “Janganlah mengadili hamba-Mu, karena dalam pandangan-Mu tak akan ada manusia hidup yang dibenarkan”. 

Para nabi pun berkata demikian.
“… dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmahnya, dan kejahatan mereka ia pikul.” (YES.53:11).
Lalu ada ucapan yang luar biasa yang memutuskan belenggu yang men-cengkeram jiwa Luther seraya ia  menaiki tangga kudus di atas lututnya: “Yang benar akan hidup oleh iman”.
Para Rasul memberi kesaksian yang sama. Petrus bercerita tentang Yesus dari Nazareth dan menyatakan:
“Dan keselamatan  tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”. (KIS.4:12).
Paulus menekankan bahwa pembenaran adalah oleh iman semata-mata.
“Sebab tidak seorangpun dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa” (R.M.3:20).

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil uahamu, teta[I pe,berian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (EF.2:8,9)
“Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan  pengharapan kita” (TIT.3:5,6,7). Lihat juga GAL.3:11;  FIL.3:8 dan 9; KIS.13:39 dan TIM. 1:9).

BUKAN JALAN UMUM
Untuk apa kita memerlukan kesaksian lagi. Jelaslah bahwa cara Karya2
tertutup. Melintang di atas jalan sempit terdapat Pohon Kehidupan dan tabel2 Hukum Taurat, dan Allah telah memasang sebuah pengumuman di situ, besar dan terbaca sehingga siapa yang membacanya dapat meng- ambil jalan yang lebih baik – BUKAN JALAN UMUM!. 

Telah diberikan “Atas Perintah”, dan stempel merah Raja di atasnya; oleh karena itu ia akan berdiri tegak untuk selamanya. Instruksi2 Levitikus, pengakuan2 Davidik, pernyataan2 Profetis dan  Apostolik semuanya adalah suara Tuhan – suara yang mematahkan pohon2 sedar Lebanon dan menggunduli hutan – menyatakan bahwa penyelamatan hanyalah oleh Karunia saja. 

PUTUSAN SEJARAH
Sejarah manusia adalah sejarah dosa.  Ia adalah sebuah laporan panjang  dan seram tentang kejatuhan dan kegagalan. Adam telah mempunyai kesempatan yang paling baik. Kala itu hukum terpisah-pisah dan tidak lengkap. Hanya terdapat satu perintah untuk sebuah ujian. Namun itupun masih satu terlalu banyak bagi  orang tua pertama kita.  Kemudian, dunia yang tersapu banjir segera terkotori lagi. Kemudian lagi, di Israel dating sebuah hukum, kudus dan adil dan baik. 

Apakah mereka menurut? Biarlah tengkorak2 yang tersebar di hutan belantara menjadi saksi. Adakah hidup sempurna di dalam seluruh catatan sejarah Waktu?  Orang2 Farisi nomor satu sebagai religionis professional, namun Yasus berkata, “kecuali jika kebajikanmu melebihi kebajikan jurutulis dan Farisi kamu tak akan masuk ke dalam kerajaan surga”.  Mereka seolah-olah melancong di dalam sebuah kereta api ekspres, dan sudah barang tentu, kelas satu, namun kereta apinya salah!. Saul dari Tarsus adalah seorang Farisi dari para Farisi, dan ingat, dia bukan seorang munafik, tetapi, dia pun berada di atas rel yang salah, sampai dia pindah kereta di stasion Damaskus. Di sana, dia melepaskan segala kepercayaan kepada daging, dan lalu ia berseru:
“Apa yang merupakan untung bagiku, itu kuhitung sebagai rugi bagi Kristus. Ya, sangatlah demikian, dan aku anggap rugi segala hal bagi ke- sempurnaan pengetahuan Kristus Yesus Tuhanku , untuk siapa aku telah kehilangan segala hal, dan menganggapnya tidak lebih dari kotoran sapi agar aku dapat memperoleh Kristus, dan berada di dalam-Nya, karena tidak mempunyai kebenaranku sendiri, yang adalah dari hukum, tetapi yang melalui iman dalam Kristus, kebenaran yang milik Allah oleh iman” 

ANUGRAH, BUKAN tanda suka
Pengalaman pribadi juga membuktikan demikian . Kebaikan kita tak pernah dapat memuaskan seperti anugrah Allah. Dia yang tak jauh dari kerajaan, masih bertanya, “Apa kekuranganku?” Orang bisa saja mencoba meninggikan diri dengan cara “hauling at his boots” menarik sepatu botnya ke atas, dan mengharapkan memperoleh surga dengan perbuatan2 di bawah hukum. Soalnya ialah bahwa watak manusia yang telah jatuh tidak dapat mengikuti dengan sempurna hukum Allah yang sempurna. Adalah baik untuk hal ini dimengerti dan diakui dengan rendah hati; mungkin dapat merupakan fajar bagi hal2 yang lebih baik, seperti juga halnya dengan seseorang mengenai siapa saya dengar, yang telah dibawa kepada Kristus oleh digunakan oleh Roh kata2 sbb.  “Hati adalah pembohong melebihi segala hal dan sangatlah jahat” Siapa dapat menghasilkan sesuatu yang bersih dari sesuatu yang kotor?  

Gulliver bercerita tentang sesorang yang selama delapan tahun mencoba membuat sinar matahari dari ketimun. Sinar2 itu akan dimasukkan ke dalam botol2 yang disegel secara kedap udara, dan kemudian dikeluarkan untuk  menghangatkan udara pada cuaca buruk. Ini memang suatu ketololan, tetapi lebih menggelikan lagi untuk mengharapkan memperoleh kebenaran dari sebuah hati yang busuk. “Mereka yang berada di dalam daging tidak dapat menyenangkan Allah”. Itu merupakan nasehat bagus yang diberikan kepada seorang pencari “Engkau tak akan pernah mengenal damai sebelum kau berhenti melihat dirimu sendiri, dan melepaskan semua milikmu”. Iblis hitam ketidakbenaran telah mengalahkan  ribuan, tetapi iblis putih kebenaran-diri-sendiri telah mengalahkan puluhan ribu. 

Penyelamatan adalah karena  Karunia, bukan karena kebaikan hati.  Suarakan kebenaran ini secara lantang, karena merupakan kabar gembira, untuk semua kecuali para Farisi.  Mereka memang lebih memilih Injil lain, yang bukan yang lain, dan yang modern yang sama tuanya seperti korban oleh Cain. Motto mereka adalah, “Percaya dirimu sendiri”, namun bagi mereka yang telah melihat dirinya sendiri seperti Tuhan mellihat mereka, bagi mereka yang tidak dapat mengangkat dirinya sendiri, yang telah   terkunci di bawah dosa, dan telah,  dihukum, oh, bagi orang2 ini hal ini sebetulnya merupakan kabar baik. Jika penyelamatan adalah oleh Anugrah, yang tanpa kebaikan dirinya dapat diselamatkan, yang tersesat dapat mencoba pulang, yang paling jahat  dapat disucikan, Yah, dan terdapat perasaan dimana lebih bersalah lebih baik. 

Lalu terdapat lebih sedikit  kekhawatiran masuknya kepercayaan lain, serta kemuliaan yang diperoleh dari  Anugrah Allah lebih besar.  Saya merasa bahwa apabila penyelamatan dikarenakan karya2, maka tak satupun dapat diselamatkan. Sama yakinnya saya bahwa apabila penyelamatan adalah oleh Anugrah, tak perlu ada yang hilang karena ia maha kuasa, dan sangat gembira untukl  diuji sepenuhnya. Saya telah membaca suatu hari kalimat ini di dalam sebuah jendela toko pedagang keliling: “Tak ada barang pecah yang tak dapat diperbaiki, lebih hancur lebih disukai oleh kami”. Dalam hati saya berpikir: “Demikian pula halnya dengan Anugrah  Allah, dan selama hidupku akan aku katakan ini kepada pendosa”. Mengenai orang Farisi yang congkak,  “Semoga Allah beri dia kesempatan untuk mengerang”.

APA KATA KAYU SALIB?
Anugrah dan penebusan bergandengan. Dr. Adolph Saphir mengatakan dengan baik sekali:
“Dunia tidak mengetahui apa itu karunia. Karunia bukanlah iba, karunia bukanlah menuruti atau pelonggaran, anugrah bukan pula penderitaan-lama. Anugerah adalah sifat Allah yang sama tak terselaminya seperti kuasa-Nya, seperti kebajikan-Nya. Anugrah mewujudkan diri dalam kebenaran, Anugrah memiliki kebenaran yang didasarkan kepada pertobatan dan penyerahan, dan seluruh Injil dialuri oleh benang emas anugrah dan benang merah-tua pertobatan yang bersama-sama mengungkapkan kepada kita, manusia, sebuah kebenaran yang turun dari surga”.

Fakta bahwa Kristus telah wafat, sebuah pengorbanan untuk benebus dosa, benar2 menjawab persoalan apakah penyelamatan itu benar atau tidak oleh Anugrah. “Jika kebenaran adalah karena hukum, maka Kristus  sia-sialah wafatnya. “Pengorbanan itu akan sia-sia apabila manusia dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Mereka yang mengira bahwa mereka dapat diselamatkan dengan karya2 manusiawi meniadakan anugrah Allah. Pem- berian yang tak dapat diperikan hebatnya tidak akan pernah didermakan, pengorbanan penggantian tak akan pernah ditawarkan, seandainya ada cara lain.  Kalvari mengatakan, dengan sangat jelasnya “Penyelamatan adalah dari Allah”  Enyahlah kau, pedagang-jasa, dari Salib, dimana “pedang Keadilan dilindungi oleh sarung Anugrah yang bertatahkan batu permata“. Penebusan dosa, dan kesalehan serta perbuatan2 masih tak kurang dari kesombongan dibandingkan dengan  “penderitaan yang tak di- ketahui” yang diderita olah Domba Allah yang tak bernoda.  Tak mungkinlah bagi kebenaran-sendiri untuk berkembang di lereng2 bukit bernama Kalvari.
“Ah jangan membawa harga; anugrah Allah adalah gratis Bagi Paulus, bagi Magdalena, bagi aku! 

SEMUANYA KARENA KARUNIA
Maka, penyelamatan mau tak mau harus semuanya dari Karunia. Kesesatan manusia begitu tuntas, sedangkan keadilan Allah begitu kukuhnya, surga begitu kudusnya, sehingga apapun kurang dari kasih yang Mahakuasa, tidak dapat mengangkat si pendosa, memperbesar hukum yang telah ia rusak, dan membersihkannya hingga cukup bersih untuk diam di dalam Terang.  Gagasan untuk menyelamatkan para pendosa adalah dari Allah, lahir di dalam sudut2 rahasia hati-Nya yang penuh dengan kasih mulia.  “Karunialah yang pertama-tama membuat jalan untuk menyelamatkan manusia yang suka membrontak”. Pelaksanaan rencana luar biasa hebatnya ini mengungkapkan arunia Allah; Ia mengirim Anak-Nya untuk menjadi Penyelamat dunia. Ia menyerahkan-Nya ke- pada kita semua. Ia mengakui-Nya sebagai Putera-Nya terkasih dalam ke-  nistaan-Nya, tetapi Ia mninggalkan-Nya pada kayu Salib, oleh karena Dia telah dib uat berdosa bagi kita. Tambahan pula,  Ia telah mengembalikan , dari dunia orang mati Dia, Tuhan Yesus kita, Pengembala domba agung, dan mendudukkan-Nya di sisi kanan Raja di Surga.  Lalu terjadi pelimpahan Roh Kudus untuk meyakinkan dunia akan dosa, dan akan kebenaran serta akan penghukuman. Demikianlah anugrah ke manapun kita menuju.

“MELALUI IMAN”
Suatu karya Karunia juga telah terjadi pada setiap hati yang percaya.  Kita diselamatkan tidak hanya karena Kristus wafat. Berita baik itu hanya akan merupakan hujan di atas Sahara, seandainya Karunia itu tidak mendorong orang kepada penyesalan dan doa dan iman.

“Karunia telah mengajar jiwaku untuk berdoa,
Dan membuat airmataku mengalir.”

Penyelamatan oleh karunia dimiliki oleh iman. Karunia adalah sumbernya, tetapi iman adalah penyalurnya. Karunia adalah tali-penyelamatnya, namun iman adalah tangan yang menggenggamnya, Dan, sepenuhnya dan akhirnya untuk meniadakan setiap kesombongan, dinyatakan bahwa penyelamatan dan iman kedua-duanya adalah pemberian dari Allah. “Dan itu bukan dari kamu sendiri, ia adalah pemberian dari Allah”. Bahwa penyelamatan itu adalah pemberian Allah jelaslah. “Pemberian Allah itu adalah hidup abadi melalui Kristus”. “Pemberian Cuma-Cuma”; “Pemberian itu karunia”; “Pemberian kebenaran”, ucapan2 ini menentukan fakta bahwa penyelamatan itu sendiri adalah sebuah pemberian Ilahi kepada manusia. “Penyelamatan” kata C.H. Spurgeon pada kongregasi besar, “adalah sega- lanya bagi ketiadaan!  Kristus gratis!, Pengampunan gratis, Surga gratis!”. Terima kasih kepada Tuhan untuk penyelamatan yang diberi gratis!
Tetapi apakah iman juga pemberian Allah? Memang demikian, meski hanya karena ia adalah salah satu kemampuan hati manusia yang paling berharga. Apakah yang kita miliki yang bukan pemberian? Tetapi kepercayaan kepada Kristus dalam arti yang sangat istimewa, adalah sebuah pemberian Ilahi.  “Bukan bahwa sesuatu yang diberikan kepada kita  adalah berbeda dari kepercayaan yang mutlak seperti terjadi dalam hal-hal lain, tetapi bahwa kepercayaan demikian dipimpin secara ilahiah dan diarahkan kepada tujuan yang benar. Perwujudan2 karunia dari kebutuhan jiwa, serta dari kemuliaan Allah, menguasai kehendak untuk menaruh kepercayaan pada tujuan itu”. Untuk percaya adalah wajar, namun percaya pada Kristus lebih dari diri sendiri, atau upacara2 adalah sesuatu yang gaib, adalah pemberian Allah. Tambahan pula, iman untuk layak disebut demikian, tak boleh bermata-kering, dan siapakah dapat meluluhkan hati dan mengubah batu menjadi sebuah air mancur kecuali Allah pemegang segala Karunia?

“Karunia yang membuat aku menyadari dosaku,
Telah mengajar aku untuk percaya:
Lalu, seraya percaya, kutemukan damai       
    Dan sekarang aku hidup, aku hidup”.

Juga jangan dikira bahwa Karunia telah selesai dengan kita setelah kita percaya. Panggilan hebat Karunia yang membangunkan kita hanyalah permulaan hal-hal baik. Karunia menyertai kita sampai akhir.  Ia tidak akan melepaskan kita. Ia merupakan bintang pagi dan sore iman Kristiani. Ia meletakkan kita di atas jalannya, menolong kita selama perjalanan dan mengantar kita hingga akhir perjalanan.

“JANGAN SAMPAI ADA YANG MENYOMBONGKAN DIRI”

Adalah sulit untuk membayangkan dengan cara lain apa keselamatan  dapat diperoleh, tetap dengan kehormatan Allah. Andaikan, untuk sekejap, bahwa penyelamatan  oleh perbuatan kita mungkin terlaksana sebagai suatu alternatif. Kesombongan yang selama ini dicegah, akan diundang masuk. Manusia akan sombong membayangkannya. Betapa bangganya ia akan maksud2 dan harapan2nya. Dengan diberi sebuah tugas demikian ia akan memulai dengan permainan band dan kibaran bendera. Dari mula akan ada pujian dan seruan. Celakalah! Manusia yang sombong; ini hanya dapat berakhir dengan musibah.Kau sedang membangung di atas pasir. Ini bukanlah dari Allah, dan oleh karenanya pasti berakhir dengan nihil. Roh Ilahi merendahkan manusia agar mencapai keyakinan dan penyesalan yang mendalam; Dia tidak pernah mengarahkan kepada kebenaran-sendiri dan kesombongan; seperti dikatakan oleh Hart di dalam bait berikut:
“Dia tak pernah mengarahkan manusia
               Untuk berkata : ‘Untunglah aku, aku begitu baik”
Tetapi  ia menengok  ke arah lain –
   Kepada Yesus dan Darah-Nya”.

Lebih lama akan lebih menjadi sombongnya. Bagaimana pencapaiannya yang paling kecil dapat membahagiakannya. Betapa bangganya ia dibuat oleh kemajuan yang sangat kecil. Tidak ada kebutuhan untuk berhutang kepada Allah. Kelahiran-baru, darah yang pensucikan, Roh yang membuat orang menjadi Kristiani – untuk apa itu semua? Orang yang berhasil dengan kekuatan sendiri, kata mereka, menyembah penciptanya, dan orang yang menganggap dirinya sendiri yang benar memuja penyelamatnya, yaitu dirinya sendiri. Sementara orang Farisi membual tentang apa yang ia perbuat, seorang pemungut pajak berduka tentang apa dia adanya. Oleh karena hatinya mengutuknya, ia mengutuk hatinya; ia tidak dapat melihat ke atas, karena ia telah melihat ke dalam, namun karena ia memohon ampun ia dibenarkan. Demikianlah yang dikehendaki Allah oleh karena Ia telah bergirman: “KemuliaanKu tidak akan Kuberikan kepada orang lain”.

Ia akan membual jika sempurma. Apabila damai dan kebahagiaan yang sebenarnya andaikata dapat dating kepadanya, ia akan membual lagi. “Aku telah membersihkan hatiku, dan telah mencuci tanganku dalam kemurnian” akan ia serukan. Tidak akan ada ruang bagi Allah dan bagi tuntutan kera- jaan-Nya akan seluruh pemujaan penyelamatan kita. Tidak akan ada suara lonceng manis dari Santo Penyelamat, “Aku telah mengampuni engkau, ----Aku telah mengampuni engkau--- Aku telah mengampuni seluruh hutangmu itu”, sebaliknya kita akan ditulikan oleh suara serak trompet tiap manusia sendiri yang meraung-raung tentang, ada yang berani mengatakan, Allah, yang berada di dalam kita semua.   

Aku tahu aku lebih memilih musik yang mana. Semenjak pertama kali aku mendengar suara pengampunan itu seperti lonceng berbunyi pada sore hari, jiwaku telah menolak segala rayuan lain. Teruslah berbunyi, teruslah berbunyi, lonceng2 manis!

Lagi, lagi – is akan membual di surga.Coba bayangkan! Surga seperti apa adanya, penuh dengan pujian sempurna kepada Allah. Tiap lagunya meng- hormati Bapak, Putera atau Roh Kudus. “Bagi Dia yang mengasihi kita dan menyucikan kita dari dosa di dalam darah-Nya sendiri, dan telah menjadikan Kita raja2 dan pendeta2 bagi Tuhan dan Bapak-Nya, bagi Dia kemuliaan dan kekuasaan untuk selama-lamanya”. Itulah nyanyan di angkasa, refrain manis dari lagu abadi.  “Layaklah Domba”, berseru mereka dan sekali lagi mengucap: “Haleluya!”.

Tetapi andaikata penyelamatan terjadi berdasarkan perbuatan dan bukan karena karunia, lagu2nya akan memuja manusia. Tiap lagu akan memuji kawannya atau dia sendiri dan kekekalan akan diisi dengan menceritakan sifat2 baik dan kemenangan pribadi. Betapa membosankan kekakalan yang demikian!.

Yah, lebih baiklah keadaan sekarang, dengan Domba Allah di tengah singgasana dan semua harpa di selaraskan kepada pemujian Yesus. Di situ tidak akan terdapat pengaguman-diri dan, karenanya tidak terdapat perbandingan dan persaingan, kecuali memang, kita bersaing satu dengan yang lain siapa yang dapat memuja Allah yang tertinggi. Motto setiap kita akan berbunyi “Barangsiapa mulia, biarlah ia  memuliakan Tuhan”. Seperti dikatakan oleh McCheyne, kita akan mengenakan keindahan yang bukan milik kita”. Itulah keindahannya!.

Jadi, penyelamatan itu adalah dari  Karunia, dan hanya dari Karunia. Allah tidak ingin manusia manapun bembual, dan pasti ia akan membual, andai- kata ia diselamatkan – biarpun hanya sebagian – oleh pekerjaan dengan tangannya sendiri. Memang diakui bahwa ini adalah sebuah doktrin yang merendahkan. Kita tidak heran bahwa ia tidak popular. Kebenaran jarang popular.  “Kebenaran tidak disambut, bagaimanapun kudusnya”. Namun, tidakkah baik untuk direndahkan? Kita tidak cenderung untuk menyukai ajaran yang memperkecil  Allah, ataupun membesarkan manusia. Telah dikatakan dengan baik dan benar bahwa:

“manusia yang telah direnggut dari ketidakmampuan dan keputusasahan oleh karunia tanpa pamrih, tidak akan pernah melupakan untuk berkelakuan sebagai seorang yang telah diampuni” (T. Phillips).

Ia tidak akan lupa untuk mengingat kembali batu karang dari mana ia telah dipahat, dan lubang dari mana ia telah digali.  Gipsy Smith tetap memelihara pagar tanaman di kaki kebun Cambridgenya supaya ia dapat melihat bebas pemandangan The Common, di mana tenda  ayahnya di- dirikan, dan kemana ia sering pergi ketika ia menjadi  seorang penjual-kayu muda (Ia menjual jepitan pakaian, ingatkah anda). Kita mengasihinya karena hal itu. Diangkat hingga terhormat dan berguna oleh Karunia, ia memberi pujiannya kepada Tuhan. Karunia Ilahi membuat manusia ramah.

Kegiatan baik dan kemurahan hati sama sekali tidak ditiadakan dari hidup orang percaya. Itu adalah hasil  dari penyelamatan  gratis. Bukti dari iman yang menyelamatkan, pernyataan hati yang bertrima kasih.  Pendosa yang telah diselamatkan oleh Karunia membalas penyelamatan yang telah terjadi di dalam dirinya. Ia telah menjadi budak jaminan Penyelamatnya. Ia tidak dapat merasa puas dalam anugrah Tuhan , ia harus juga memuliakan kemenangan-Nya. Sama halnya dengan penghuni kota Bath, yang mencatat penghargaan mereka terhadap air mereka yang menyembuhkan, di atas lempeng2 sbb:

“Air penyembuh ini telah mengalir semenjak waktu yang tak teringat 
dengan tanpa berkurang khasiatnya, tak berkurang kehangatannya,
tak berkurang volumenya; ia menjelaskan asal-usulnya, pertang-
gungjawabkan kemajuannya dan menuntut terimakasih kota Bath”.

Analoginya hampir sempurna. Anugrah Tuhan dapat juga disamakan dengan air mengalir, dengan cucuran air hangat dan menyehatkan, cucuran yang tak pernah menjadi dingin atau berhenti. Tambahan lagi, “ia bertanggungjawab  atas asal-usul dan kemajuan kita”, yakni kita berhutang kepadanya untuk keadaan spiritual kita dan kesejahteraan kita. Dan mengenai terima kasih – yaah, “Aliran karunia tak pernah berhenti mengundang lagu2 pujaan keras-keras”. 

Marilah menyuarakan Karunia Allah, biarpun tidak diterima dengan senang hati. “Jika orang2 tidak menyukai doktrin Karunia” kata C.H. Spurgeon, “beri mereka lebih banyak lagi”.  Bukan apa yang mereka mau, tetapi apa yang mereka butuhkan yaitu yang harus kita berikan. Jikalau zamannya adalah mencari-kesenangan, tak percaya, puas-dengan-diri- sendiri, justru lebih banyak diperlukan kesaksian mengenai sifat2 dosa, pandangan Tuhan terhadapnya dan syarat2 Tuhan memberi keselamatan. Kita harus lebih membidik hati dan nuraninya. Kita harus berusaha membangkitkan dan bahkan membuatnya takut, seraya kita dengan cara manis membujuknya ke arah Sang Penengah. Injil secara bulat dengan cara yang sama perlakukan dosa yang merajalela, dan Karunia yang lebih lagi merajalela. 

Benarlah Dr. Watts bernyanyi dengan sungguh2 ketika ia menggambarkan para tertebus menceritakan pengalaman mereka dengan Karunia:

“Lalu semua benih yang terpilih
  Akan berkumpul di sekitar tahta
Akan berkati kejadian karunia-Nya
  Dan mengabarkan kemenangan2-Nya yang gemilang.

Bagi saya adalah sama apa yang oleh penyair ini disebutkan “setetes surga”, untuk melihat rencana Allah bagi penyelamatanku, dan mencoba untuk menjalankannya. Terhadap kapal2 kokoh yang telah mengangkut saya menyeberangi lautan saya selalu merasa berterima kasih. Betapa lebihnya aku mengasihi kapal Karunia yang telah membawaku sejauh ini di perjalananku menuju Surga Mulia. Pernah aku diberi tawaran langka untuk melihat-lihat kapal di mana aku menjadi penumpang, sebelum perjalanan itu berakhir. Setelah hampir tiga bulan berlayar di atas sebuah kapal, kami dihampiri oleh sebuah kapal penarik di pelabuhan yang nakhodanya pasti berharap mendapat tugas untuk menarik kita masuk ke pelabuhan. Namun, terdapat angin menguntungkan yang meskipun hanya lemah, menjanjikan akan bertahan. Maka jasanya ditolaklah. Ingin mendapatkan beberapa keping uang, nakhodanya menjalankan kapalnya di samping kapal dan mengangkut penumpang2 yang ingin memandang dari sebuah geladak lain kapal yang telah membawa mereka sejauh lebih kurang limabelas ribu mil.  

Anda boleh pastikan bahwa saya adalah salah satu di antaranya. Adalah suatu rasa menyenangkan  menarik diri dari rumah kami yang mengapung, untuk memperhatikan garis2nya yang luwes, tiang2 kapalnya yang menjulang tinggi, yards nya yang meruncing, layar2nya yang mengembang, ombak putih yang bergumul di depan kapal, serta ombak hijau yang bergulung di belakangnya. Dari titk-pandang kami yang baru hal-hal yang telah menjadi biasa kembali menjadi menarik. Di sana ada roda pengemudi di mana kami pernah melihat enam orang pelaut diikatkan pada waktu ada badai, dan ada rumah kompas, dengan kompas yang terlindungi yang terus menerus dipantau semenjak kami berangkat, dan lalu ada gubuk–peta dengan segudang kearifan, dan di sebelah sana terdapat sauh2 dengan ujungnya yang sangat besar, dan di atas semua itu tali-temali yang untuk mata orang awam kelihatan kacau balau.  

Bahkan asap yang keluar dari dapur menggugah respek kami mengingat banyaknya santapan yang telah dilahap oleh nafsu-makan kami yang telah dipertajam oleh hawa segar Lautan Selatan. Dan di sebelah sana  terdapat jendela kecil kabin kami sendiri! Betapa banyak pemandangan indah telah dilihat melalui lubang intip sempit itu, dan betapa manis tidur yang telah dinikmati di bawahnya, “diayun di atas  buaian lautan dalam”.  Ah, alang-kah hebatnya pemandangan itu, kapal yang terlengkapi penuh, dan begitu lama merupakan hunian-laut kami, yang, melawan angin-balik dan arus-balik serta badai yang mengerikan dan tenang yang menggiurkan, telah menjelajahi setengah bola dunia dan telah membawa para penumpang yang tak terhitung banyaknya dan muatan yang berharga melalui bermil-mil laut yang tak tertelusuri, dengan selamat. Apakah Anda heran bahwa kami menyoraki kapal yang gagah itu dan komandannya yang tangkas, dan awak kapal, berulang kali? Hari inipun saya  mendengar echo dari hura2 itu Herankah Anda bahwa kami mengucap terima kasih untuk perjalanan yang sejahtera oleh kehendak Allah, dan tak lama kemudian melangkah mening- galkan kapal-penarik kembali ke kapal tanpa merasa ragu bahwa yang tersisa dari perjalanan akan segera berakhir dengan Berhasil.

Biar saya gunakan kejadian ini. Kapal baik itu adalah KARUNIA GRATIS, dan saya telah mengajak para pembacaku naik kapal penarikku untuk memberi mereka kesempatan melihat-lihat cara dengan mana mereka telah sampai demikian dekat – (seberapa dekatnya tidak kita ketahui) kepada Pelabuhan yang ada di bawah bukit. Kita telah berlayar mengelilinginya dan telah menceritakan tentang tiang2 kapalnya yang menjulang tinggi dan memperhatikan pagar yang mengelilingi kapal. Kita telah melihat nafas Allah menghembusi layar2nya dengan diterangi oleh senyum kasih-Nya. Kita telah melihat benang merah-terang di dalam semua tali-temalinya, serta bendera merah-tua berkibar pada tiang depan. 

Kita telah melihat di buritan roda kedaulatan Allah dengan mana kapal besar itu diarahkan ke manapun dikehendaki Sang Pemimpin dan di haluan terdapat jangkar-darurat bagi para pendosa: “Barang siapa datang kepada-Ku tidak akan Kutolak”. Ruang peta adalah Firman Tuhan, sedangkan kompas adalah Roh, dan terdapat kamar2 gudang yang terisi penuh, serta ruang2 umum yang luas, dan ruangan2 yang tak-,boleh-dilupakan di mana Dia telah memberikan yang dikasihiNya hal2 berharga di dalam tidur dan pemandangan2 yang telah dilihatnya di kedalaman. Melalui  tekanan oleh badai dan daerah2 angin mati yang suram; melalui ber-mil2 rerumputan yang menjerat, dan melewati banyak gunung es yang mengerikan dan berbahaya, dengan kecepatan yang bervariasi dan route yang berliku-liku, serta cuaca yang berubah-ubah, KARUNIA GRATIS telah membawa kita sampai di sini. 

Mungkin kita masih harus melalui beberapa mil lagi. Bahkan kita mungkin turun dan naik lagi sebentar, di dekat pintu masuk pelabuhan, namun jika Allah berkenan, kita akhirnya bebas untuk masuk. Kita telah mengelilingi kapal, dan saya himbau seluruh penumpang untuk memuliakannya dalam nama Tuhan dan untuk keras2 memuji-Nya  yang memiliki dan mengemudikannya. Segala hormat dan berkat bagi Allah Pemberi Karunia dan bagi Kerunia Allah! Sepuluh ribu, ribu terima kasih kepada Yesus! Dan bagi Roh Kudus pujian yang sama!

--o0o---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar