Selasa, Juli 03, 2012

Alkitab Kebenaran Absolut

Pilatus, seorang pejabat tinggi yang mewakili pemerintahan Romawi, mengalami kebingungan akan kebenaran. Ia bertanya kepada Tuhan Yesus, “Apakah kebenaran itu?” (Yoh18:38).

Sesungguhnya banyak orang dalam kondisi seperti Pilatus. Yang berani rendah hati dan bertanya tentu tidak banyak. Apalagi yang tercatat dalam sejarah seperti Pilatus. Banyak orang ingin bertanya seperti Pilatus, namun mereka tidak tahu harus ber tanya kepada siapa. Pilatus sudah bertanya pada pribadi yang tepat. Tidak banyak orang memiliki kesempatan seperti dia, bisa berhadapan dengan kebenaran itu sendiri dan mengajukan pertanyaan. Sayang sekali, ia tidak menginginkan jawabannya, karena Alkitab mencatat bahwa setelah ia bertanya, ia langsung berjalan keluar.

Kebingungan Melanda Manusia
Pada Edisi-71 yang lalu Pedang Roh mengambil tema Belilah Kebenaran. Mungkin ada pembaca yang bertanya-tanya seperti Pilatus, sehingga sekalipun ia ingin membeli kebenaran namun masih tidak tahu apa itu kebenaran. Faktanya penulis sering temukan orang-orang yang sedang kebingungan tentang kebenaran.
Mereka berkhotbah atau mengajar, namun ketika mereka berhadapan dengan pendapat yang berbeda bahkan yang bertentangan dengan kesimpulan mereka, mereka tidak berani menyatakan bahwa pendapat yang berbeda atau bertentangan itu salah. Seandainya ia yakin isi khotbahnya adalah kebenaran, maka konsekuensinya ialah setiap pendapat yang berbeda apalagi yang bertentangan dengan pendapatnya otomatis bukan kebenaran atau salah bagi dia. Tetapi jika yang bersangkutan malah berkata bahwa tidak boleh menyatakan pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya itu salah, maka sesungguhnya dapat disimpulkan bahwa yang bersangkutan belum yakin bahwa kesimpulan yang sedang disampaikannya adalah yang paling benar.

Ketika seseorang yakin bahwa dua tambah dua adalah empat maka semua kesimpulan selain empat baginya adalah salah. Secara kerohanian dapat dicontohkan demikian, jika seseorang yakin bahwa Yohanes Pembaptis, dan semua rasul-rasul membaptiskan orang dengan cara memerciki orang-orang dengan air, maka konsekuensinya adalah, baginya semua bentuk baptisan lain, baik diselamkan ke dalam air maupun dikibarkan bendera adalah salah. Jika seseorang tidak berani menyatakan salah atas kesimpulan orang lain bahwa dua tambah dua adalah lima, maka sesungguh- nya orang tersebut belum tahu kebenaran tentang dua tambah dua. Dapat disimpulkan bahwa yang bersangkutan belum bisa berhitung dengan benar sehingga ia tidak berani pasti apakah dua tambah dua itu empat atau lima.

Pernahkah pembaca mendengar orang berkata, “jangan menyatakan pengajaran orang lain salah.” Adalah sesuatu yang sulit diterima akal sehat jika seorang guru yang mengajar sebuah pelajaran di sebuah kelas, memberi nilai pada kertas ulangan semua muridnya dengan nilai seratus, padahal jawaban berbeda. Ketika ditanya oleh murid yang kritis, yang melihat jawaban temannya yang berbeda dari jawabannya yang juga sama-sama dapat nilai seratus, guru tersebut misalnya tersenyum dan berkata, saya tidak boleh menyatakan hasil kerja murid saya, salah. Murid yang kritis tersebut pasti akan bertambah heran dan bertanya, “jadi pak, apapun jawabannya semuanya akan dapat nilai seratus?” Seandainya guru tersebut tersenyum dan mengangguk-angguk, maka murid tersebut pasti akan sangat heran bahkan tidak tertutup kemungkinan ia menyimpulkan bahwa gurunya sebenarnya tidak menguasai pelajaran tersebut atau bahkan perlu ke psikiater.

Kebingungan Melanda Ilmuwan
Manusia duniawi memang dalam kebingungan akan kebenaran. Iblis bekerja dalam segala bidang kehidupan manusia. Dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari jamahan iblis. Serangan kelompok pendukung teori Evolusi telah menyebabkan berkembang pesatnya kelompok Liberal yang tidak lagi percaya kepada Alkitab. Mereka melihat Alkitab bukan lagi kebenaran absolut melainkan kebenaran relatif. Bahkan mereka maju lebih jauh lagi ke dalam ketidakpercayaan hingga meyakini Alkitab hanya salah satu kebenaran. Serangan yang bertubi-tubi dari kalangan akademik evolusionis telah mempengaruhi para theolog dan pemimpin gereja sehingga semakin condong pada posisi merelativisasi kebenaran Alkitab. Pada awalnya sikap demikian hanya sebatas pada hal-hal yang tidak inti misalnya tentang baptisan, wanita sebagai pemimpin gereja. Tetapi lama kelamaan iblis mendorong mereka untuk merelatifkan kebenaran yang lebih utama misalnya peranan baptisan dalam keselamatan, jabatan kerasulan masa kini dan lain sebagainya. Dan puncaknya, setelah kondisi memungkinkan maka iblis langsung menikam tepat pada jantung kekristenan, yaitu bahwa keselamatan dalam Yesus hanyalah salah satu kebenaran bukan satu-satunya.

Kebingungan Melanda Theolog Dan Pengkhotbah
Iblis melancarkan berbagai serangan, baik melalui ilmu pengetahuan maupun media. Dari segala bidang ilmu pengetahuan, iblis selalu menyisipkan pesannya. Seekor ikan paus terdampar di sebuah pantai, Channel TV National Geography menayangkan pernyataan seorang ilmuwan anatomi ikan paus yang berkata bahwa mereka mau mengautopsi untuk melihat bagaimana proses evolusi terjadi dari binatang kecil hingga menjadi seekor paus yang puluhan ton itu.

Serangan melalui media baik yang bersifat suara (radio), visual (TV) maupun cetak, telah menggembirakan iblis karena ia bisa melihat ada proses kecenderungan merelatifkan kebenaran Alkitab yang sedang terjadi. Iblis berjuang keras agar manusia meragukan statemen-statemen Alkitab.

Sejumlah theolog dan pengkhotbah kelihatannya telah sangat terpengaruh. Kebenaran Alkitab tentang Sorga dan Neraka telah sangat mereka ragukan. Jika tidak ada Sorga atau manusia tidak akan masuk Sorga dan tidak ada Neraka, maka kebenaran-kebanran lain yang diserukan Alkitab tentu lebih tidak perlu diperhatikan lagi.

Pembaca bisa bayangkan, jika topik- topik yang sangat utama telah diragukan maka topik-topik kecil lainnya pasti akan menjadi sangat tidak berarti sama sekali. Kalau Sorga dan Neraka saja belum tentu ada, bayangkan betapa bodohnya untuk mempertahankan topik tentang wanita yang tidak boleh menjabat sebagai Gembala seperti yang ditulis dalam I Tim.2:11-12 dan 3:4. Sama sekali tidak mengherankan kalau kemudian iblis menggiring para theolog masuk ke dalam topik yang lebih utama. Apakah keselamatan oleh Yesus Kristus itu sesuatu yang relatif atau absolut?

Kebenaran Alkitab itu Absolut?
Akhirnya orang Kristen akan dipojokkan pada pertanyaan, apakah kebenaran Alkitab itu kebenaran yang absolut atau relatif? Bahkan bertanya seperti Pilatus, apakah kebenaran itu? Kalau kebenaran Alkitab itu bukan kebenaran absolut, adakah di muka bumi ini kebenaran yang absolut? Jawaban atas pertanyaan ini sangat tergantung pada jawaban dari beberapa pertanyaan berikut, yaitu apakah ada Allah Pencipta langit dan bumi? Kalau jawabannya adalah tidak ada Allah, maka Alkitab sudah pasti bukan kebenaran yang absolut, bahkan bisa jadi sama sekali bukan kebenaran. Tetapi jika jawabannya adalah ada Allah Pencipta langit dan bumi, maka sudah pasti firman dari Allah Pencipta langit dan bumi adalah kebenaran absolut.

Kalau ada Allah Pencipta langit dan bumi, maka sebagaimana Ia telah menciptakan alam semesta yang sangat hebat ini, dan juga manusia yang bisa berpikir, berbicara bahkan yang bisa menciptakan benda- benda dalam batas tertentu, pasti Ia adalah Allah yang sanggup berfirman dan firman- Nya pasti kebenaran yang absolut.

Di muka bumi ini hanya ada satu kitab yaitu Alkitab yang layak dan pantas disebut firman dari Allah Pencipta langit dan bumi. Alkitab adalah satu-satunya kitab yang tidak ada salah karena berasal dari Allah yang maha benar. Alkitab juga satu-satunya kitab yang mengajarkan standar moral tertinggi karena berasal dari Allah yang maha suci. Bahkan lebih hebat lagi, Alkitab adalah satu-satunya kitab di muka bumi ini yang berisikan nubuatan sejati karena ia berasal dari Allah yang maha tahu.

Orang Kristen yang tidak mempercayai kebenaran Alkitab sebagai kebenaran absolut telah bertindak tidak logis. Karena jika seseorang mempercayai eksistensi Allah Pencipta langit dan bumi, logisnya ia harus percaya juga ada firman dari Allah Sang Pencipta itu. Dan jika Sang Pencipta adalah sedemikian sempurnanya, tentu tidak logis untuk meragukan kebenaran firmanNya. Tindakan meragukan kebenaran Alkitab sama dengan meragukan eksistensi Sang Pencipta yang maha benar dan maha berhikmat.

Kadang kita harus sampai kepada kesimpulan bahwa kaum atheis evolusionis jauh lebih konsisten daripada orang Kristen yang “kepalangtanggung” dalam beriman. Di satu sisi mereka percaya eksistensi Allah Pencipta langit dan bumi yang maha hebat, namun di sisi lain mereka meragukan kebenaran firmanNya.

Alkitab Bukan Kebenaran Absolut Maka Tidak Ada Allah
Masuk akalkah jika ada Allah Pencipta bintang-bintang dan galaksi-galaksi, bumi yang berpenghuni dengan segala makhluk, namun tidak ada firmanNya bagi mahkluk yang bisa berpikir dan membaca? Masuk akalkah jika ada mahkluk roh, hantu, iblis dengan berbagai aktivitas magis, namun tidak ada Allah yang melampaui daya tangkap manusia? Mengapa para atheis dan evolusionis percaya eksistensi mahkluk roh dan tidak pernah bertanya mahkluk roh itu hasil evolusi dari tingkatan mahkluk yang mana?

Ketika kita percaya eksistensi Sang Pencipta yang maha besar dan maha hebat, maka akal budi kita tidak mungkin membantah bahwa Allah sendiri adalah kebenaran. Allah Pencipta sendiri yang tahu segala sesuatu. Ia tahu segala sesuatu dari awal hingga akhir, dan ia tahu inti dari segala sesuatu yang diciptakanNya. Ia tahu tiap-tiap molekul, tiap-tiap atom. Dan Ia tahu segala yang tersembunyi, pikiran manusia yang belum diungkapkan, bahkan Ia tahu segala yang akan terjadi hingga akhir dari segala sesuatu. Jadi, Allah sendiri adalah kebenaran yang paling absolut.

Lalu, ketika Allah Pencipta langit dan bumi menghampakan diri menjadi manusia. Ia ditanya oleh muridNya tentang jalan ke Sorga. Ia menjawabnya, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.” Tidak ada satu orang pun yang boleh berkata bahwa Ia adalah kebenaran selain Allah sendiri. Dan tidak ada satu hal pun yang boleh disebut kebenaran di muka bumi ini selain firman dari Allah yang benar yaitu Sang Kebenaran itu sendiri. Jadi, Pilatus sedang berhadapan dengan Sang Kebenaran dan bertanya, “apakah kebenaran itu?” Kalau ia tunggu sebentar, maka Yesus Kristus pasti akan menjawabnya, “Akulah Kebenaran itu,” seperti jawabNya kepada Thomas. Sayang Pilatus tidak menunggu jawaban Tuhan. Jawaban Tuhan kini ada pada kita. Alkitab adalah kebenaran, karena Alkitab adalah firman dari Allah yang maha benar. Alkitab adalah kebenaran yang absolut.***



Baca juga:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar