Rabu, Juni 13, 2018

PAULUS BERKOMPROMI

Penyakit yang bernama Kompromi ini sungguh mengerikan bagi pengkhotbah dan pengajar kebenaran. Bukan hanya Billy Graham, bahkan Rasul Paulus pun pernah melakukan kompromi oleh tekanan Kelompok
Yakobus di Yerusalem. Dan demi menghindarkan contoh yang tidak baik maka Tuhan melakukan intervensi,
Paulus harus ditangkap.

Ayat 20 Mendengar itu mereka memuliakan Allah. Lalu mereka berkata kepada Paulus: "Saudara, lihatlah, beribu-ribu orang Yahudi telah menjadi percaya dan mereka semua rajin memelihara hukum Taurat. 21 Tetapi mereka mendengar tentang engkau, bahwa engkau mengajar semua orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa-bangsa lain untuk melepaskan hukum Musa, sebab engkau mengatakan, supaya mereka jangan menyunatkan anak-anaknya dan jangan hidup menurut adat istiadat kita. 22 Jadi bagaimana sekarang? Tentu mereka akan mendengar, bahwa engkau telah datang ke mari. 23 Sebab itu, lakukanlah apa yang kami katakan ini: Di antara kami ada empat orang yang bernazar. 24 Bawalah mereka bersama-sama dengan engkau, lakukanlah pentahiran dirimu bersama-sama dengan mereka dan tanggunglah biaya mereka, sehingga mereka dapat mencukurkan rambutnya; maka semua orang akan tahu, bahwa segala kabar yang mereka dengar tentang engkau sama sekali tidak benar, melainkan bahwa engkau tetap memelihara hukum Taurat.
25 Tetapi mengenai bangsa-bangsa lain, yang telah menjadi percaya, sudah kami tuliskan keputusan-keputusan kami, yaitu mereka harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan." 26 Pada hari berikutnya Paulus membawa orang-orang itu serta dengan dia, dan ia mentahirkan diri bersama-sama dengan mereka, lalu masuk ke Bait Allah untuk memberitahukan, bilamana pentahiran akan selesai dan persembahan akan dipersembahkan untuk mereka masing-masing. 27 Ketika masa tujuh hari itu sudah hampir berakhir, orang-orang Yahudi yang datang dari Asia, melihat Paulus di dalam Bait Allah, lalu mereka menghasut rakyat dan menangkap dia, 28 sambil berteriak: "Hai orang-orang Israel, tolong! Inilah orang yang di mana-mana mengajar semua orang untuk menentang bangsa kita dan menentang hukum Taurat dan tempat ini! Dan sekarang ia membawa orang-orang Yunani pula ke dalam Bait Allah dan menajiskan tempat suci ini!" 29 Sebab mereka telah melihat Trofimus dari Efesus sebelumnya bersama-sama dengan Paulus di kota, dan mereka menyangka, bahwa Paulus telah membawa dia ke dalam Bait Allah. 30 Maka gemparlah seluruh kota, dan rakyat datang berkerumun, lalu menangkap Paulus dan menyeretnya keluar dari Bait Allah dan seketika itu juga semua pintu gerbang Bait Allah itu ditutup. (Kis.21:20-30 ITB)

Perlukah Mengadakan Pentahiran?
Setelah membaca catatan Lukas, apakah yang terpikir oleh pembaca? Perlukah seseorang yang sudah bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat melakukan pentahiran? Sama sekali tidak perlu! Karena darah Yesus Kristus telah mentahirkan setiap orang yang telah bertobat dan telah menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, maka ia sudah tahir. Orang yang telah lahir baru tidak memerlukan upacara pentahiran di Bait Allah lagi.

Seandainya diperlukan tindakan pentahiran, maka berarti masih diperlukan Bait Allah lengkap dengan segala upacaranya. Kelihatannya inilah alasan Tuhan mengirim Jenderal Titus untuk menghancurkan Yerusalem dan Bait Allah. Sebab jika Bait Allah tetap berdiri, mustahil kekristenan bisa benar dan murni secara doktrinal. Kita membaca bahwa penganiayaan di Yerusalem berhenti, dan ribuan orang Yahudi telah percaya bahwa Yesus Kristus adalah Mesias yang dinubuatkan oleh para nabi. Berhentinya penganiayaan kemungkinan karena orang Kristen berkompromi sehingga orang Yahudi merasa tidak perlu lagi menentang mereka. Orang Kristen tetap melakukan sunat, dan melakukan pentahiran di Bait Allah, sehingga orang Yahudi yang dikuasai iblis merasa mereka menang, karena mereka berhasil membuat orang Kristen mengkompromikan doktrin mereka.

Tindakan Paulus Salah
Banyak theolog tidak berani berpikir tindakan Rasul Paulus itu salah, karena dia seorang rasul. Tetapi bagaimanapun juga, jika dinalarkan maka sangat gampang menyimpulkan bahwa tindakan pergi ke Bait Allah melakukan upacara pentahiran itu salah. Kita menjadi tahir oleh darah Yesus Kristus, tidak melalui upacara pentahiran di Bait Allah.

Tetapi tidak ada orang yang perlu merendahkan Rasul Paulus, karena saat itu adalah masa peralihan. Para Rasul perlu mendapatkan pewahyuan langsung dari Tuhan untuk memimpin mereka kepada pengertian baru atas segala hal yang pernah mereka pelajari sebelumnya. Seperti tindakan Petrus di Kisah Para Rasul pasal 10 yang tidak mau makan makanan yang telah dihalalkan Tuhan. Dan juga tindakan Petrus yang ditegur Paulus di Antiokhia yang tidak mau makan semeja dengan orang-orang non-Yahudi.

Kekristenan saat dimulai itu seperti adonan yang tercampur konsep Ibadah Perjanjian Lama yang bersifat Simbolistik, Ritualistik, Jasmaniah. Saat itu Tuhan sedang merubah sistem ibadah Perjanjian Lama ke sistem ibadah Perjanjian Baru yang bersifat Hakekat, Rohaniah dalam Kebenaran. Tuhan ingin memisahkan adonan baruNya agar murni tidak tercampur. Anggur baruNya tidak boleh ditaruh di kirbat yang usang.

Tuhan membiarkan Rasul Paulus mengalami peristiwa yang pasti baginya sangat memalukan, agar kita semua
mendapatkan pelajaran. Betapa bahayanya keadaan murid-muridNya sepanjang zaman terhadap masalah kompromi, semua pengajar firman harus super waspada. Sedikit saja tidak konsentrasi, orang sekaliber Rasul Paulus, bisa hampir mengkompromikan kebenaran. Saya katakan hampir karena sebelum selesai Tuhan intervensi, Paulus ditangkap. Dalam perjalanan waktu sambil merubah sistem ibadah, Tuhan menuntun para rasul dengan wahyu untuk mengajar secara lisan, dan mengilhami mereka untuk menuliskan standar pengajaran kekeristenan sepanjang masa, dan setelah dikanonkan kini di tangan kita ada pengajaran yang baku, tanpa kesalahan. Selanjutnya semua murid Tuhan sepanjang masa, sampai Tuhan datang menjemput atau masing-masing pergi duluan kepada Tuhan, HARUS MENGIKUTI semua yang sudah tertulis di dalam Alkitab.

Penyebab Kompromi
Banyak theolog heran, mengapa Paulus bisa mengikuti keinginan Yakobus, padahal Yakobus ini bukan rasul, dia adalah saudara sekandung yang dilahirkan dari rahim Maria. Kelihatannya untuk merubah pandangan para murid pertama bahkan para Rasul agar meninggalkan konsep Ibadah Perjanjian Lama tidak mudah. Demi meneduhkan suasana penganiayaan kelihatannya Yakobus telah terlebih dulu berkompromi. Mungkin Yakobus adalah seorang yang sangat jago Publik Relationshipnya (PR).

Ketika Rasul Yakobus dipenggal Herodes, dan Petrus dilepaskan dari penjara serta harus melarikan diri. Saat situasi kekristenan sedang kacau, tampil Yakobus sebagaiseorang yang jago loby pejabat-pejabat. Meloby pakai apa? Suap uang, kelihatannya bukan. Kelihatannya dilakukan kompromi, yang mungkin dimulai dengan prinsip yang sangat ringan dulu. Dan penyakit yang namanya kompromi semakin hari akan semakin parah. Lihatlah hasilnya.

12 Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat. 13 Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka. (Gal 2:12-13 ITB)

Selain tekanan penganiayaan, penyebab kompromi lain ialah ketenaran, dan semua orang tahu bahwa di dalam ketenaran terdapat berbagai pujian dan sanjungan dan tentu juga diikuti dengan kelimpahan materi. Semua ini dialami oleh orang-orang Kristen sejati sepanjang masa, oleh sebab itu para martir anabaptis dapat
dipandang sebagai manusia langka di planet ini. Mereka tidak tunduk berkompromi sekalipun dianiaya sampai di luar batas kemanusiaan, dan tidak tumbang oleh godaan ketenaran, pujian sanjungan serta kelimpahan materi.

Para Rasul, tentu termasuk Petrus dan Paulus akhirnya melalui perjalanan waktu, dan wahyu yang mereka terima dari Tuhan sambil mengajar secara lisan, terlebih ketika diilhamkan tulisan, dan yang tentu setelah tertulis mereka membacanya berulang-ulang, sehingga bukan hanya penerima tulisan yang semakin mengerti melainkan sang penulis juga semakin mengerti. Ingat, ketika tulisan para Rasul beredar, mereka sendiri tahu persis pengajaran yang mereka sampaikan secara tertulis. Dan mereka juga ingat akan pengajaran yang mereka sampaikan secara lisan. Ditambah lagi dengan pengalaman memalukan seperti yang terjadi pada Petrus di Antiokhia, dan Paulus di Yerusalem, selanjutnya mereka sangat sadar tentang bahaya kompromi. Tidak ada manusia yang kebal dari dosa dan kompromi. Itulah sebabnya Tuhan tidak memakai manusia sebagai standar kebenaran untuk waktu yang lama. Tuhan mengalihkan standar kebenaran dari para Rasul yang dijagaNya secara ketat menjadi tulisan mereka yang diilhamiNya, sehingga ketika para Rasul dipanggil pulang maka tulisan mereka yang Tuhan ilhami menjadi standar kebenaran. Oleh sebab itu zaman setelah Alkitab selesai adalah zaman kebenaran lebih terjamin dan terjaga karena bukan ditaruh di diri manusia tetapi di dalam tulisan.

Bukti bahwa mereka tobat dari sikap kompromi ialah selanjutnya mereka tidak melakukan kompromi lagi walau apapun resiko yang harus mereka hadapi. Petrus tidak kompromi lagi sekalipun di bawah tekanan penganiayaan yang hebat hingga disalibkan secara terbalik kepala sebelah bawah. Dan Paulus harus menerima kepalanya dipanggal. Mereka telah dipakai Tuhan menuliskan pengajaran yang diilhamkan Tuhan, dan mereka telah mempertahankan pengajaran itu dengan tidak berkompromi sekalipun mereka harus mempertahankannya dengan nyawa mereka.

Pelajaran Bagi Murid Sepanjang Masa
Kekristenan tidak mungkin murni, dan kebenaran tidak mungkin dipertahankan untuk jangka waktu lama, jika murid-murid Tuhan sepanjang masa tidak belajar tentang bahaya berkompromi. Sekalipun berganti-ganti taktik, boleh dikatakan bahwa semua usaha iblis untuk menghancurkan kekristenan ialah agar murid-murid Tuhan mengkompromikan doktrin mereka dan mengkompromikan sikap mereka terhadap prinsip-prinsip hidup mereka.

Doktrin dan prinsip hidup yang didasarkan pada doktrin adalah hal yang seperti sepasang sepatu. Memiliki doktrin yang sangat benar alkitabiah namun tidak memiliki prinsip hidup yang sejalan dengan doktrin tersebut
itu sama dengan memakai sepatu sebelah saja. Tentang dua hal ini tentu yang memimpin di depan ialah doktrin yang terlebih dulu harus benar dan kemudian diikuti dengan prinsip hidup yang didasarkan pada doktrin yang benar itu. Para anabaptis terlebih dulu mendapatkan pengajaran alkitabiah, dan kemudian memegang teguh ajaran itu dengan berprinsip hidup sesuai dengan ajaran ini. Oleh sebab itu adalah sesuatu yang mustahil bagi seseorang yang belum memiliki doktrin yang benar alkitabiah bisa menghidupi suatu kehidupan yang alkitabiah.

Orang Budha mungkin ada kasih, dan kasih mereka terlihat sangat besar. Namun karena doktrin mereka tidak sesuai Alkitab, mereka tidak mungkin hidup jujur dan suci sesuai standar Tuhan. Dalam pengajaran Sidarta Gouwtama maupun Kong Fu Tse tidak ada ajaran satu laki-laki hanya punya satu istri oleh sebab itu bagi mereka yang sudah kaya sering kali memiliki istri ke dua bahkan ke tiga. Bahkan di dalam kekristenan, mengikuti doktrin yang berbeda bisa menghasilkan sikap hidup yang berbeda. Misalnya mengapakah John Calvin membunuh Servetus dan pengikutnya selalu membenarkan tindakan itu? Semuanya disebabkan oleh doktrin yang mereka yakini. Mengapakah orang muda rela dibotak kepalanya dan tidak menikah, itu karena ia meyakini ajaran tertentu. 

Maksud saya, pembaca harus dapat membedakan prinsip hidup yang didasarkan pada doktrin kekristenan alkitabiah dengan yang didasarkan pada berbagai ajaran lain. Prinsip hidup kekristenan yang didasarkan pada Alkitab sifatnya menyeluruh dan satu prinsip dengan yang lain saling kait-mengait. Ketika seorang laki-laki mengasihi seorang wanita sebagai istrinya sepenuh hati, tidak mungkin itu bisa dibagi menjadi dua, apalagi jadi tiga. Betapa eratnya hubungan antara doktrin dengan kehidupan yang dijalankan sesuai dengan doktrin itu. 

Meneladani para Rasul dan Anabaptis yang telah mempertahankan ajaran (doktrin) yang benar hingga akhir hidup mereka, maka setiap orang Kristen lahir baru harus pertama mengejar kebenaran, dan kedua menjalani kehidupan yang sesuai dengan kebenaran doktrin yang dipegang.

Doktrin itu bagaikan manual book atau semacam petunjuk operasi sebuah alat elektronik. Alat elektronik itu akan bekerja dengan baik dan awet jika dioperasikan sesuai petunjuk dari manual booknya. Intinya, setiap orang Kristen apalagi pengkhotbah yang ingin tetap setia kepada Tuhan sampai akhir hidupnya, harus waspada terhadap godaan kompromi. Hendaknya setiap orang yang ingin setia sampai akhir selalu sadar bahwa kompromi akan menyebabkan perjuangan yang sudah cukup lama dan yang telah diperjuangkan amat
sangat, menjadi mubazir.

Di kitab Raja-raja 13 ada cerita tentang seorang Abdi Allah yang menolak setengah istana Yerobeam, karena telah diperintahkan kepadanya untuk tidak makan dan minum di kota Bethel melainkan harus keluar dari kota itu. Tetapi kemudian muncul nabi tua yang membujuknya, akhirnya dia singgah di rumah nabi tua itu, yang membujuknya dengan wahyu palsu. Dan kita tahu bahwa cerita akhirnya Abdi Allah itu mati diterkam singa. Abdi Allah itu mati karena berkompromi terhadap firman Tuhan. Dia seharusnya tahu bahwa firman Tuhan tidak mungkin bertentangan. Bahaya terbesar godaan kompromi bagi seorang pengkhotbah biasanya bukan dari tekanan hidup, atau godaan materi, melainkan nasihat pengkhotbah lain yang duluan tidak setia. Ketidaksetiaan biasanya mendorong untuk mengumpulkan kawan yang tidak setia. Pengajar kebenaran yang tangguh, seharusnya bukan jatuh dalam bujukan kompromi, melainkan sebaliknya berhasil membalikkan teman yang akan berkompromi bahkan yang sudah berkompromi.**

Sumber: Dr. Suhento Liauw, Th.D dalam Buletin PEDANG ROH 95 APRIL-JUNI 2018

Pahlawan Iman adalah orang Yang Beridir Teguh Atas Iman Pada Doktrin Alkitabiah Tanpa Kompromi Sekalipun Dianiaya Sampai Nafas Terakhirnya. Karena Anugerah Tuhan Yang Sangat Besar, Sesungguhnya Tidak Ada pengorbanan Kita Yang Terlalu Besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar