Baik William Robinson, James Riely, maupun Thomas Twort, yang datang ke Nusantara tahun 1813, semuanya mengajarkan bahwa Alkitab adalah satu-satunya firman Tuhan, atau Alkitab adalah kanon tertutup. Mereka mengajarkan bahwa setelah Alkitab selesai ditulis oleh penulis terakhir yaitu Rasul Yohanes di pulau Patmos sekitar akhir abad pertama, maka selanjutnya tidak ada lagi proses pewahyuan. Tentu tidak mungkin ada orang yang membatasi Allah melainkan Allah yang membatasi anak-anak-Nya agar mereka tidak percaya kepada sembarangan wahyu.
Kami sering bertemu dengan orang Kristen yang ketika ditanya, “apakah mereka percaya Alkitab satu-satunya firman Allah?” Mereka segera menjawab, “percaya dong.” Tetapi kemudian kami bertanya lagi, “kalau begitu Anda tidak percaya pada nubuatan dan bahasa lidah yang sekarang merajalela di gereja-gereja?” Lalu mereka biasanya menjawab, “percaya, karena Allah maha kuasa dan tidak terbatas, Ia bisa saja berbicara kepada pengkhotbah itu sesuai dengan kehendakNya.” Lihatkah pembaca bahwa ada kontradiksi di dalam jawaban mereka? Di satu pihak mereka percaya bahwa proses pewahyuan telah berhenti sejak kitab Wahyu selesai dituliskan, artinya Alkitab kita adalah sebuah kanon tertutup. Namun di pihak lain mereka tetap percaya bahwa Allah masih turunkan wahyu sehingga masih ada nubuatan dan bahasa lidah dari Allah.
Semua gereja sebelum tahun 1905, percaya bahwa proses pewahyuan sudah selesai, bahwa Allah tidak menurunkan wahyu lagi sesudah Wahyu 22:21, dan bahwa Alkitab adalah kanon tertutup serta satu-satunya firman Allah. Tetapi pada tahun 1884, Richard G. Spurling merindukan fenomena gereja abad Pertama, dan pada tahun 1886 menyelenggarakan acara untuk menuntut tingkat kerohanian seperti gereja mula-mula. Kemudian Charles Parham pada tahun 1897 mengklaim mendapatkan karunia untuk menyembuhkan. Dan puncaknya pada tahun 1905 William J. Seymor, seorang mantan budak, menyelenggarakan kebaktian pencurahan Roh Kudus dengan melompat-lompat sampai lantai rumah roboh. Kemudian mereka membeli gedung di 312 Azusa Street, dan dari situlah pengajaran tentang bahasa lidah, nubuatan, penglihatan dan berbagai bentuk proses pewahyuan, disebarkan ke seluruh dunia.
Jika kita percaya bahwa Alkitab adalah satu-satunya firman Tuhan, dan Alkitab adalah kanon tertutup, berarti kita percaya bahwa proses pewahyuan berhenti setelah sampai kitab Wahyu 22:21. Sesudahnya tidak ada proses pewahyuan lagi dan jika proses pewahyuan jalan terus maka Alkitab bukan satu-satunya firman Tuhan. Dan kalau Alkitab bukan satu-satunya firman Tuhan dan bukan kanon tertutup, maka Alkitab bukan satu-satunya kebenaran dari Allah. Ini tidak mungkin!
Karena keyakinan kita bahwa Alkitab adalah satu-satunya firman Tuhan, maka kita melihat bahwa siapapun yang sesudah peristiwa di pulau Patmos masih menerima wahyu, baik berupa penglihatan, mimpi, suara atau apapun juga, maka itu pasti bukan dari Yesus Kristus Tuhan kita. Itu adalah tindakan sabotase dari iblis. Tentu tidak perlu ada pihak yang tersinggung melainkan merenung. Dan juga tidak perlu ada pihak yang tanpa akal sehat mempercayai nubuatan-nubuatan masa kini sambil percaya bahwa Alkitab satu-satunya firman Tuhan.
Misionari Baptis, William Robinson dan teman-temannya, yang datang ke Nusantara pada tahun 1813 pasti akan kaget bila mengetahui bahwa banyak gereja di Nusantara bahkan gereja-gereja Baptis sekarang percaya bahwa nubuatan masih jalan terus. Mereka pasti akan terperanjat bila melihat gereja-gereja Baptis yang mereka rintis telah terpengaruh gerakan William Seymor dan mulai menggunakan nyanyian yang kata-katanya masih terdengar rohani namun irama musiknya jenis pop, rock, yang bukan himne.
GBIA GRAPHE bertekad memegang teguh prinsip serta pengajaran yang dibawa oleh misionari Baptis pada tahun 1813. GBIA GRAPHE percaya bahwa Alkitab adalah satu-satunya firman Tuhan, bahwa Alkitab adalah kanon tertutup yang artinya selain Alkitab tidak ada firman Tuhan. Dan Tuhan telah menghentikan proses pewahyuan ketika pewahyuan sampai pada Wahyu 22:21.
Kami ingin pembaca mengerti bahwa bukan hanya gereja Baptis, bahkan semua gereja lain, sebelum tahun 1905, telah memegang teguh bahwa Alkitab adalah satu-satunya firman Tuhan, bahwa Alkitab adalah sebuah kanon tertutup yang artinya tidak ada tindakan penambahan wahyu lagi dari Allah karena Alkitab sudah cukup untuk menjadi standar ukur kebenaran. Kalau sesuatu ditetapkan sebagai standar, maka tidak mungkin ada penambahan atau pengurangan.
Hal yang sangat aneh terjadi di kalangan sebagian orang Kristen, yang sering berkata bahwa mereka percaya proses pewahyuan telah berhenti, namun mereka juga percaya bahwa rhema masih terus berjalan. Mereka yang berargumentasi demikian hanya dapat membohongi pengikut mereka yang tidak mengerti bahasa Yunani. Rhema itu artinya kata atau perkataan.
Pernyataan mereka sama dengan bahwa Allah tidak mau mengungkapkan (memberi wahyu) sesuatu lagi namun Dia masih mau berkata-kata terus. Renungkanlah, bukankah pernyataan demikian saling bertentangan? Kalau percaya Alkitab satu-satu-nya firman Tuhan, itu berarti percaya bahwa proses pewahyuan telah berhenti karena kalau pewahyuan tidakberhenti maka tidak mungkin Alkitab bisa satu-satunya firman Tuhan. Kalau pewahyuan jalan terus, maka akan adakitab lain sesudah kitab Wahyu.
Ada yang lalu berkata, “yang tertulis sudah selesai tetapi yang lisan masih ada.” Ini argumentasi yang sangat tidak masuk akal karena dari lisan menjadi tulisan itu tinggal selangkah, apa lagi di zaman sekarang yang sudah ada rekaman suara maupun video. Sudahkah Anda bisa faham bahwa segala fenomena nubuatan, penglihatan dan lain sebagainya sesungguhnya adalah sabotase iblis yang dimulai melalui Richard Spurling, dan kemudian diteruskan melalui Charles Parham dan William Seymor?
GBIA GRAPHE demi menghormati dan mengenang para misionari Baptis yang paling awal memasuki Nusantara, menjaga doktrin yang mereka bawa agar tetap utuh tak bercacat hingga saat ini. Alkitab adalah satu-satunya firman Tuhan, dan setelah penulisan Alkitab selesai maka hanya melalui Alkitablah Tuhan berbicara kepada manusia, tidak melalui alat-alat lain lagi.***
Sumber: Dr. Suhento Liauw, Th.D dalam Jurnal Teologi PEDANG ROH Edisi 80, Juli-September 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar