Jumat, Februari 27, 2009

KESALAHAN TULIP: LIMITED ATONEMENT (Bag. 2-Ending)

Argument Alkitab Kalvinis Berkenaan Dengan Limited Atonement

Rasionalisasi dari total depravity dan unconditional election Kalvinis merujuk kepada limited atonement, yang mengarah kepada kesimpulan bahwa Kristus mati untuk sebagian manusia. Untuk menyokong argumennya, Kalvinis akan mencomot ayat-ayat untuk memaksakan pemahaman mereka, contohnya:
- Matius 1:21 “menyelamatkan umatNya
- Mat 20:28 “banyak orang
- Mat 26:28 “ditumpahkan bagi banyak orang”
- Yohanes 10:15 “nyawaNya bagi domba-dombaNya
- Kis 20:28 “bagi jemaat Allah
- Efesus 5:25 “jemaat
- Ibrani 9:28 “Kristus menanggung banyak dosa manusia”

Setelah mencomot ayat-ayat di atas, Kalvinis akan berteriak dan menyatakan bahwa Kristus mati untuk sekelompok orang dan bukan untuk semua orang.

Pemahaman yang Alkitabiah:

Apakah di antara ayat-ayat di atas ada kata “hanya!” Tentu tidak ada! Di setiap ayat tadi tidak ada kata “hanya” Dengan demikian tidak tertutup kemungkinanYesus juga menebus semua orang. Dalam Matius1:21, ini mengacu kepada Israel bukan kepada orang pilihan. Domba itu selalu identik dengan Israel dan tidak semua Israel diselamatkan.

Galatia 2:19 “Sebab aku telah mati oleh hukum taurat untuk hukum taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus” Apakah penebusan hanya untuk Paulus saja? Tidak! Jadi logika pemaksaan dalam argumentasi alkitab versi Kalvinis ini salah dan tidak alkitabiah.

Jika kita mau membuka hati kita untuk mempelajari firman Tuhan dengan saksama, justru semua ayat di atas menguatkan argumentasi Kristus mati untuk semua manusia. Mengapa? Dari beberapa ayat yang dikutip tadi dikatakan bahwa Kristus mati untuk umatNya, darahNya ditumpahkan untuk banyak orang, nyawaNya bagi domba-dombaNya, bagi jemaat Allah, dan juga untuk Paulus, yang berarti Kristus mati untuk semua orang. Bukankah hal ini justru menekankan bahwa Kristus mati untuk semua orang?

Memang kata “banyak” belum berarti “semua” tetapi kata “banyak” dengan “semua” tidak harus bertentangan. “Semua” itu pasti banyak, tetapi kata “banyak” belum tentu semua. Analogi: Seorang guru berkata kepada murid-muridnya, "Besok semua remedial." Lalu guru itu berkata kepada orang ketiga: “Besok banyak siswa yang remedial."

Roma 5:15 “Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karuniaNya, yang dilimpahkanNya, atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.” Kata “semua orang” sebenarnya “banyak orang”(πολλοι) yang bisa juga berarti semua. Roma 5:19 “jadi sama seperti ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.” Kata “semua orang menjadi benar” memiliki pengertian yang sama dengan “banyak orang menjadi benar” dengan kata πολλοι. Jadi, manusia dibenarkan pada saat percaya kepada Yesus Kristus, maka kata”banyak” sama dengan semua orang yang telah percaya.

Masalah Kata "Dunia"

Menurut pemahaman Kalvinis kata dunia memiliki beberapa pengertian. Dengan mengutip Lukas 2:1 Kaisar mensensus seluruh dunia, tapi nyatanya hanya sekitar wilayah kekuasaan kaisar Agustinus saja dan tidak sampai ke daratan China. Jadi, kata “dunia” di dalam Alkitab memiliki beberapa pengertian, yaitu:
1. Dunia di sini adalah dunia orang pilihan.
2. Dunia, mengacu kepada dunia eskatologi, dimana seluruh dunia akan percaya kepada Yesus.
3. Dunia secara etnis, mengasihi “orang pilihan” dari segala etnis bukan Israel saja.
4. Dunia secara geografi, “orang pilihan” dari segala tempat.

Memang kata “dunia” bisa untuk beberapa pengertian. Tetapi bukan seperti yang Kalvinis paksakan, bahkan terkadang kata “dunia” mempunyai pengertian yang bertentangan dengan Allah. Dunia ini adalah dunia dalam pengertian umum, yang mana mereka (Kalvinis) menambahi kata “orang-orang pilihan” yang tidak ada dalam Alkitab. Ini adalah penambahan yang dilakukan oleh kelompok Kalvinis untuk memaksakan konsep mereka ke dalam Alkitab.

Pemahaman yang Alkitab Mengenai Kata Dunia

I Yoh 2:2 “Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.” Ini adalah ayat yang menakutkan bagi Kalvinis secara khusus yang percaya Limited Atonement. Bukan dosa kita saja tetapi dosa seluruh dunia. Ada kontras antara kata “kita” dan “dunia.” Dengan demikian kematian Yesus Kristus adalah untuk orang pilihan dan orang lain.

Bagi Kalvinis ”kata “kita” di situ adalah hanya para rasul dan seluruh dunia adalah orang-orang percaya di dunia. Tetapi apakah benar kata “kita” hanya untuk para rasul? Secara konteks kata “kita” tidak mendukung konsep Kalvinis, karena dalam 1 Yoh 1:9 kata kita adalah untuk orang-orang percaya. 1 Yoh 1:10 juga menunjukkan “kita” adalah orang percaya.

Bahkan di dalam Surat 1 Yohanes kurang lebih ada sekitar 21 kali kata kosmos/dunia muncul, tetapi tidak ada satupun yang mengacu kepada orang pilihan. Justru kata “dunia” di sini lebih menekankan kontras rohani dengan system duniawi. Jadi apa alasan kita untuk percaya bahwa kata “dunia” dalam 1 Yoh 2:2 adalah untuk orang-orang pilihan? Apakah ini tidak lebih dari suatu pemaksaan konsep oleh Kalvinis? Jika telusuri lagi dalam Surat 1 Yohanes, terutama ketika kita membaca 1 Yoh 5:19 kata “dunia” jelas-jelas mengacu kepada orang-orang yang tidak percaya dunia ini berada di bawah kuasa si jahat”

Beberapa ayat yang menyatakan bahwa penebusan Kristus untuk semua manusia.

• Yesaya 53:6 “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.”
• 2 Korintus 5:14 “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati.”
• 1 Timotius 2:6 “yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.”
• 1 Timotius 4:10 “Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya.” Ayat ini secara gamblang menggambarkan penebusan dan aplikasi dari penebusan tersebut. Hal ini sangat jelas karena ada kontras yang begitu nyata antara semua manusia dan orang percaya. Kristus mati untuk semua manusia, tetapi aplikasi dari penebusan itu adalah ketika kita percaya.
• Ibrani 2:9 “Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.”

Ayat-ayat yang Menyatakan Bahwa Kristus Mati untuk Orang-orang yang Akan Binasa

• Ibrani 10:29 “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina kasih karunia?
• 2 Petrus 2:1 ”Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.”

Kesimpulan:

Jika ada Kalvinis yang tidak percaya Limited Atonement untuk apa Allah pilih dan tentukan siapa yang masuk dan tidak ke dalam Surga? Dan bila ada Kalvinis tidak percaya poin Limited Atonement, maka ia menjadi tidak konsisten dengan poin-poin Kalvinis yang lain, TULIP. Bila Anda mempercayai bahwa Allah menebus semua manusia, maka poin Total Depravity dan Unconditional Election menjadi tidak sah atau tidak benar (tidak berlaku atau gugur) karena konsekuensi dari Total Depravity dan Unconditional Election adalah Limited Atonement. Ini adalah adalah sistem yang logis menurut Kalvinis tetapi bukan menurut Alkitab.

http://gbiasemarang.blogspot.com/2009/02/limited-atonement-bag-2-end.html

Kamis, Februari 26, 2009

KESALAHAN TULIP: LIMITED ATONEMENT (Bag. 1)

Limited Atonement atau sering dikenal dengan penebusan terbatas adalah pemahaman Kalvinis yang percaya bahwa Yesus Kristus tidak menanggung semua dosa manusia karena sifat penebusan itu terbatas hanya untuk orang-orang pilihan. Mengapa? Karena ini adalah konsekuensi dari teori Total Depravity dan Unconditional Electionnya Kalvinis. Manusia yang total hancur, tidak bisa merespon dan tidak bisa percaya, maka dalam penyelamatan manusia, Allah harus memilih manusia tanpa melihat kondisinya (unconditional election) dan ternyata Allah hanya memilih sebagian dari manusia yang total inability itu sesuai dengan kehendakNya, yang mana Ia suka Ia pilih dan sebaliknya yang tidak disukaiNya dibiarkan masuk neraka. Akhirnya muncullah teori penebusan yang terbatas, yakni penebusan hanya untuk orang pilihan saja.

Beberapa hal yang harus diperhatikan berkenaan dengan Limited Atonement Kalvinis ini;
1. Limited Atonement tidak terlalu berpengaruh dalam sistematika teologi Kalvinis, asalkan tetap berpegang teguh pada poin kedua, Unconditional Election.

2. Kalau Limited Atonement salah, maka Unconditional Election menjadi kurang tajam.
3. Point Limited Atonement ini yang paling sulit mereka pertahankan. Banyak kalangan Kalvinis yang tidak mau memegang poin ini (kalangan Baptis Kalvinis, kecuali Kalvinis Reformed), karena banyak ayat yang mengatakan “kematian Yesus untuk semua manusia.”

Berikut saya akan menuliskan beberapa argument Kalvinis berkenaan dengan Limited Atonoment. Argumen ini akan dibagi menjadi dua bagian besar, yang pertama adalah argumentasi berdasarkan logis, dan yang kedua adalah argumentasi berdasarkan alkitab.

Argumen Logis:

1. Kalau Allah menebus semua manusia, seharusnya semua manusia selamat.
2. Kalau Yesus Kristus mati menanggung semua dosa manusia, dan ternyata ada yang tidak selamat, maka Allah tidak fair dan Allah telah menghukum 2 kali. Artinya dosa pertama sudah ditanggungkan kepada Yesus, tetapi pada akhir zaman manusia dihukum lagi di Neraka. Ini berarti 2 kali penghukuman.
3. Penebuasan kalian (non Kalvinis) adalah penebusan yang tidak menyelamatkan. Karena semua telah ditebus, tetapi ternyata tidak semua selamat. Selain itu, hanya bisa menyelamatkan kalau ada andil manusia untuk percaya.
4. Analogi Adam I dan Kristus sebagai Adam ke II. Adam jatuh dan semua keturunannya menjadi orang berdosa, bukan berpotensi untuk berdosa, tetapi menjadi orang berdosa. Demikian juga Yesus Adam ke-II bukan berpotensi untuk menyelamatkan, tetapi Ia menyelamatkan orang pilihan itu.
5. Apakah tidak percaya Yesus itu dosa? Bila ya! Bukankah Yesus telah menanggung semua dosa manusia termasuk dosa ketidakpercayaannya? Inilah alasan Allah hanya memilih orang-orang pilihan saja.

Jawaban untuk Argumen Logis Kalvinis

1. Satu hal yang gagal Kalvinis lihat dan tekankah adalah penebusan adalah satu hal dan aplikasi penebusan adalah hal yang berbeda. Singkatnya kita harus bisa membedakan antara penebusan dan aplikasinya.

Penebusan Kristus : Ketersediaan penebusan bersifat universal
Aplikasi : Bersifat pribadi, melalui percaya

Bagi Kalvinis tidak ada perbedaan antara Penebusan dan Aplikasi Penebusan. Tetapi apakah benar demikian? Ketika Tuhan Yesus tersalib, ia menyediakan keselamatan untuk dosa dunia (universal), tetapi untuk memperolehnya bersifat personal atau secara pribadi.

Sebab jika tidak ada perbedaan antara penebusan dan aplikasi untuk ‘orang-orang pilihan’ seharusnya waktu lahir mereka tidak terlahir sebagai orang berdosa karena sudah menerima penebusan dan aplikasinya. Bukan berarti saya percaya universalisme tetapi melalui hal ini saya ingin menekankan adanya perbedaan antara penebusan dengan aplikasinya.

Untuk lebih memahami hal ini kita dapat mengingat peristiwa domba korban ketika bangsa Israel akan keluar dari tanah Mesir.

- Menyembelih domba (penebusan)
- Menaruh darah di ambang pintu (aplikasinya)

Dari hal ini kita dapat melihat bahwa dalam Domba paskah penebusan dan aplikasinya berbeda. Sekalipun domba itu sudah mati, mereka harus mengoles darahnya di ambang pintu. Jika darahnya tidak di oleskan di ambang pintu, maka anak-anak pertama mereka akan binasa seperti bangsa Mesir. Ini tidak hanya berlaku untuk bangsa Israel saja, setiap orang yang tidak menghendaki anak sulungnya mati, maka ia harus memotong domba dan mengoles darahnya di ambang pintu. Sekalipun domba mereka sembelih, tetapi jikalau mereka tidak mengoleskan darah domba itu di ambang pintu anak-anak mereka juga akan meninggal. Namun setelah itu, ternyata banyak yang binasa ketika keluar dari tanah Mesir.

2. Kematian Kristus sama sekali tidak bergantung jumlah manusia. Analogi Kalvinis mengenai hal ini tidak benar. Satu hal yang harus kita ingat, analogi logika manusia belum tentu benar, karena kebenaran tidak hanya bergantung kepada logika. Logika memang bisa membantu dalam menemukan kebenaran, tetapi logika bukanlah sumber kebenaran. Bila bergantung pada analogi, maka ini bisa berakibat buruk, karena tergantung analogi siapa dan apa? Bisa saja kita ganti analoginya menjadi suatu ketersediaan bukan penghukuman. Misalnya analogi “ketersediaan” Allah menyedikan beras untuk semua orang agar tidak kelaparan, tetapi ada yang tidak mengambil beras, maka ia sendiri yang akan mengalami kelaparan dan Allah sama sekali tidak menghukumnya dua (2) kali.

3. Konsep penebusan kalian (non Kalvinis) tidak menyelamatkan karena aplikasi dan penebusannya itu terpisah? Penebusan Kristus memang tidak bergantung dari aplikasinya tetapi aplikasi adalah syarat supaya keselamatan untuk manusia. Analoginya tuan A memberi mobil kepada seseorang agar ia bisa bekerja (itu adalah anugerah dari tuan A). Ketika ia menerima mobil itu, maka saat itu juga ia memperoleh aplikasinya, yakni ketika ia menggunakan mobil yang sudah disediakan tuan A.

4. Ada perbedaan antara keturunan Adam I dan Adam ke II. Keturunan Adam I terjadi secara otomatis melalui persetubuhan manusia secara biologis, tetapi keturunan Adam ke II harus melalui kelahiran kembali, yakni percaya kepada Yesus Kristus.

5. Yesus mati untuk dosa ketidakpercayaan juga? Satu hal yang Kalvinis tidak tahu, bahwa: penebusan dan aplikasi itu berbeda. Bagaimana supaya dosa ketidakpercayaan itu ditanggung, maka orang tersebut harus percaya.

John Owen (Kalvinis) menyatakan: Orang-orang pilihan secara aktual diselamatkan → ditebus → dibenarkan saat Kristus disalibkan. Penebusan terjadi, bukan pada saat Allah membuka jalan agar mereka bisa lewat kalau mau atau seperti Allah membuka pintu supaya mereka bisa masuk bila mau. Tetapi Allah menyelamatkan mereka, karena Allah telah menentukan mereka selamat.

Jika yang diamini oleh Kalvinis benar, bahwa penebusan terjadi ketika Kristus mati, maka seharusnya semua orang pilihan tidak lahir dalam dosa. Lalu bagaimana dengan orang-orang Perjanjian Lama? Hal ini tidak dapat mereka jelaskan.

Jadi yang alkitabiah adalah penebusan dan aplikasinya berbeda. Ketika Kristus mati, Ia membawa penebusan untuk semua manusia. Namun aplikasi dari penebusan itu terjadi ketika manusia percaya kepada Tuhan sebagai satu-satunya juruselamat mereka.

Postingan selanjutnya akan membahas argumen alkitab kalvinis mengenai limited atonement

Sumber: http://gbiasemarang.blogspot.com/2009/02/limited-atonement-bag-1.html

Selasa, Februari 24, 2009

KESALAHAN TULIP: UNCONDITIONAL ELECTION (Bag. 5-Ending)

Ayat-ayat Kalvinis yang berhubungan dengan Unconditional Election:

1. "Umat Allah" Kis 18:9-10

Argumen Kalvinis mengatakan bahwa Paulus menginjil di situ karena ada orang-orang pilihan di kota itu, jadi tinggal dikotbahin saja. Apakah benar demikian? Dikatakan bahwa mereka sudah menjadi umat Allah sebelum Paulus memberitakan Injil. Selain itu, jikalau mereka sudah pasti masuk Surga, bagaimana kalau Paulus tidak datang ke sana untuk memberitakan Injil? Jika kita pelajari dengan saksama, kata “umatKu”di sini bukan menunjuk kepada orang-orang yang belum percaya tetapi mengacu kepada orang-orang yang sudah diselamatkan, sebab di sana ada Akwila, Titius, Yustus, Krispus dan keluarga dan yang lainnya.

2. “Domba-domba Allah” Yoh 10:14-16,26

Dalam kacamata Kalvinis, kata “domba” merujuk kepada orang-orang pilihan.
Ada kesalahan besar yang dilakukan oleh Kalvinis dalam hal ini karena:
- Tidak ada penetapan siapa yang jadi domba dan siapa yang tidak jadi domba. Setiap orang yang mendengar suaraNya dan mengikutiNya adalah dombaNya.
- Selain itu, ada pengertian domba yang tidak mendukung konsep Kalvinis seperti yang tercatat dalam Matius 10:6, di mana “ada domba yang hilang.” Jika domba sama dengan umat pilihan, mengapa ada domba yang hilang? Apakah umat pilihan juga ada yang terhilang?
- Domba tidak mengacu pada umat pilihan, tetapi lebih merujuk kepada bangsa Israel. Selain karena ada domba yang hilang, ada juga domba yang dihancurkan seperti yang tercatat dalam Yehezkiel 34:16 “domba yang kuat dan gemuk akan Aku hancurkan” (ada kesalahan dalam penerjemahan LAI, LAI menggunakan kata Aku lindungi tetapi yang benar adalah Aku hancurkan.)

3. Masalah kata “memberikan,” dan “diberikan”

Yohanes 6:37,39 ”Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu dan barang siapa datang kepadaKu, ia tidak akan kubuang. 39 “dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.”
Semua yang diberikan kepada Anak dalam kamus Kalvinis Allah pemilihan tanpa syarat (unconditional election). Pemahaman ini muncul karena Kalvinis tidak melihat dan mengartikan ayat ini dengan melihat ayat yang lain. Seperti ayat Yoh 6:40 “Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku bangkitkan pada akhir zaman.” Sangat jelas, bahwa orang yang diberikan Bapa kepada Yesus adalah orang yang percaya kepada Anak. Kalvinis selalu memaksa Alkitab untuk mendukung pendapatnya yang salah demi Augustinus dan John Calvin, “bapa” yang mereka anggap benar.

Yohanes 17:6,12 “Aku telah menyatakan namaMu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepadaKu dari dunia. Mereka itu milikMu dan Engkau telah memberikan mereka kepadaKu dan mereka telah menuruti firmanMu. 12 Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yakni namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam kitab suci.” Sangat menarik untuk dipelajari karena apa yang telah diberikan kepada Yesus ada juga yang binasa!

Selain itu, sangat jelas pasal 17 ini membahas mengenai kerasulan dan bukan untuk orang percaya, karena ada satu rasul yang binasa dan itu bukan untuk orang percaya. Karena konteksnya Yesus sedang berdoa kepada kedua belas rasulNya. Kata “mereka ini” mengacu kepada 12 rasul, dan lanjutan doa Yesus adalah untuk orang-orang hasil pemberitaan mereka.

“Dia yang yang telah ditentukan” dalam ayat 12 ini ada kesalahan penerjemahan. Kata ditentukan tidak ada dalam bahasa asli. Dalam bahasa Yunani απολυω (apoluo) artinya menghancurkan dan απολειας (apoleias), artinya kehancuran dan ό υίος απολειας (ho huios apoleias) artinya putra kehancuran. Selain dari dia adalah “anak kehancuran”harusnya timbul pertanyaan kenapa ia menjadi anak kehancuran? Karena ia (Yudas Iskariot) memang akan menggenapi hal negatif (menyerahkan Yesus) yang timbul dari hatinya sendiri, bukan Allah yang menentukan demikian dari semula sejak kekekalan. Sebab jika Allah telah menentukan Yudas untuk melakukan hal ini, maka seharusnya ia mendapat reward.


Konsep Pemilihan yang Alkitabiah

Alkitab memang mengajarkan tentang pemilihan, tetapi pemilihan yang bagaimana? Apakah sama dengan yang didengungkan oleh Kalvinis yang percaya bahwa pemilihan Allah adalah pemilihan yang tanpa melihat kondisi (pemilihan secara acak) ataukah pemilihan yang Allah maksudkan di dalam Alkitab adalah pemilihan yang bersyarat (conditional election).

Konsep pemillihan dalam Efesus 1:1-13

Salah satu ayat favorit Kalvinis masalah pemilihan tanpa melihat kondisi adalah Efesus 1:4. Dimana dikatakan bahwa Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan. Dalam pemahaman Kalvinis, manusia dipilih (1:4) ditentukan (1:5) sesuai dengan kerelaan kehendakNya (1:11) kemudian dimeteraikan Roh Kudus (1:13). Lalu Kalvinis akan berkata, bukankah di dalam satu perikop ini menunjukkan pemilihan yang unconditional?

Pemahaman yang Alkitabiah:

Dalam perikop ini memang ada konsep pemilihan, tetapi konsep pemilihan yang sama sekali berbeda dengan konsep pemilihan Kalvinis. Dalam pemandangan Kalvinis pemilihan bersifat unconditional sedangkan jika kita mempelajari keseluruhan Alkitab, maka kita akan menemukan konsep pemilihan yang Conditional. Begitu juga ketika kita mempelajari keseluruhan Efesus pasal 1 ini kita akan menemukan tema besar perikop ini adalah “Di dalam Kristus.” Yang adalah syarat mutlak di dalam pemilihan. Hal ini membuktikan pemilihan itu bersyarat (conditional) dan keselamatan itu bersyarat.

Dalam ayat 3 “dalam Kristus” semua berkat diperoleh “melalui Kristus” sebab di dalam Kristus Allah memilih.

Di dalam ayat 4 sangat jelas menekankan “Sebab di dalam Dia (Kristus) Allah telah memilih…” Hal ini sangat jelas menekankan Allah memilih karena Kristus telah ada di dalam kita berbeda dengan konsep Kalvinis yang menyatakan bahwa Allah memilih supaya kita ada di dalam Kristus. Bahkan jika kita pelajari lagi ayat 4 kita akan menemukan bahwa tujuan utama di dalam pemilihan bukanlah untuk di dalam Kristus tetapi untuk menjadi kudus dan tak bercacat.

Singkatnya, ada syarat di dalam pemilihan, yaitu di dalam Kristus. Jika kita lihat secara konteks juga, terlihat jelas bahwa konsep di dalam Kristus lebih sentral dibandingkan konsep pemilihan. Ketika kita membaca ayat 13 kita juga akan menemukan bahwa pemeteraian Roh Kudus berlaku untuk orang yang di dalam Kristus. “Di dalam Dia (Kristus) kamu juga……Di dalam Dia (Kristus) kamu juga…..” Sangat jelas terlihat bahwa konsep pemilihan yang Alkitabiah adalah karena kita telah ada di dalam Kristus, bukan dipilih untuk ada di dalam Kristus, dimana tujuan dari pemilihan itu adalah supaya kita menjadi kudus dan tak bercacat.

Kalvinis akan berdalih dan menyatakan bahwa seseorang sudah berada di dalam Kristus sejak dunia belum dijadikan. Apakah benar demikian? Jika apa yang diyakini oleh Kalvinis ini benar, maka banyak orang pilihan yang terhilang, tersesat dan sebagainya. Selain itu, jika kita lanjutkan di dalam Efesus 2:1-3 kita akan melihat bahwa sebelum Paulus percaya ia adalah orang yang harus dimurkai, mati di dalam dosa. Paulus sendiri merasa diri bagian dari kebinasaan (lihat ayat 3). Tetapi setelah ia percaya, ia tidak ada lagi di bawah murka Allah.

Ayat yang berkaitan dengan hal ini adalah di dalam 2 Timotius 1:9 “orang pilihan ada di dalam Kristus sebelum permulaan zaman” Ayat ini menjelaskan Allah di dalam foreknowledge sudah menetapkan kasih karunia untuk setiap orang yang ada di dalam Kristus (bukan menetapkan orang untuk di dalam Kristus tetapi menetapkan kasih karunia untuk mereka yang berada di dalam Kristus). Sebab jika konsep Kalvinis benar, bagaimana dengan dosa Adam “bukankah mereka keturunan Adam yang berada dalam kematian? Bukankah Adam berada dalam bahaya kebinasaan?

Di dalam Roma 16:7 ”Salam kepada Andronikus dan Yunias, saudara-saudaraku sebangsa, yang pernah dipenjarakan bersama-sama dengan aku, yaitu orang-orang yang terpandang di antara para rasul dan yang telah menjadi Kristen sebelum aku.” Menjadi kristen dalam ayat ini dalam bahasa Yunaninya adalah εν χριστο (enkristo) yang berarti DI DALAM KRISTUS. Jadi, Andronikus telah menjadi Kristen atau di dalam Kristus sebelum Paulus diselamatkan. Ayat ini membuktikan Paulus belum berada di dalam Kristus sebelum ia percaya. Intinya pemilihan itu harus ada di dalam Kristus.

Konsep Pemilihan dalam Roma 8:28-30

Roma 8:28-30 adalah salah satu perikop favorit Kalvinis di dalam mempertahankan iman mereka. Sekilas di dalam ayat-ayat ini seolah-olah ada mata rantai yang tidak terputuskan. Siapa yang dipilih ditentukan dari semula. Mereka dipanggil (tidak bisa ditolak) → dibenarkan (justification)→ dimuliakan (gloryrification). Skema besarnya adalah: Election → Predestination→ Irresistible Grace→ Perseverence.

Pemahaman yang Alkitabiah:

Dalam ayat ini kata προγινωσκω (proginosko) dalam bentuk tenses aorist (προεγνω) artinya”barang siapa yang telah diketahui dari semula” bukan dipilih sebelumnya tanpa kondisi. Jadi barang siapa yang percaya kepada Kristus, Allah sudah mengetahuinya dari semula karena Ia Mahatahu dan karena manusia (yang bersangkutan akan percaya kepada Kristus bukan karena Allah paksa tetapi yang timbul dari hati manusia itu sendiri). Untuk mengingat silahkan lihat pembahasan sebelumnya dalam Efesus 1 masalah DI DALAM KRISTUS!

Di dalam I Petrus 1:2 dikatakan, “Yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita dan yang dikuduskan oleh Roh supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darahNya…” LAI melakukan kesalahan terjemahan kata “κατα προγνωσιν-kata prognosin” (orang-orang yang dipilih) harusnya “menurut pengetahuan Allah yang semula.”. Jadi pemilihan yang alkitabiah adalah pemilihan berdasarkan pengetahuan Allah, bukan pemilihan yang tanpa syarat, acak, dan hoki-hokian. Suatu pemilihan yang berdasarkan pengetahuan Allah akan hal-hal yang akan terjadi.

Bagaimana dengan kata “menentukan menjadi anak-anakNya sesuai dengan kerelaanNya (ayat 11)? Bagaimana dengan II Timotius 2:9 “berdasarkan keputusan Allah, menurut kerelaan kehendakNya sebelum permulaan zaman” Permasalahan ini terjawab dalam I Korintus 1:21. Terlihat jelas bagaimana di dalam ayat ini dikatakan bahwa Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.

Yang harus dipahami adalah tidak ada masalah dengan konsep kerelaan, keputusan, kehendak, dsb. Namun yang harus diperhatikan bahwa adalah keputusanNya dan kerelaanNya bahwa setiap orang percaya pasti akan diselamatkan. Apakah Allah yang berdaulat tidak boleh berbuat demikian? Tentu saja boleh! Dan inilah kasih karunia Allah. Sebab jika Anda percaya tetapi Allah tidak memberikan anugerah, maka itu PERCUMA! Semakin kita mendalami kebenaran firman Tuhan, kita dapat melihat dan membaca dengan jelas bahwa konsep keselamatan jelas untuk setiap orang percaya. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa:
Keputusan Allah: Manusia akan selamat dengan percaya kepada Yesus Kristus
Kehendak Allah: Supaya semua manusia percaya kepada Yesus Kristus.
Perkenanan Allah: Supaya kita selamat dengan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.

Dalam hal ini terbukti bahwa Alkitab tidak pernah mengajarkan pemilihan yang unconditional. Dalam Yohanes 5:21 “sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendakiNya.” Anak menghidupkan barang siapa yang dikehendakiNya. Kata “barang siapa dalam hal ini adalah mereka yang “percaya kepadaNya.” Tentu Tuhan Yesus tidak akan sembarangan membangkitkan orang. Dia hanya membangkitkan siapa yang percaya kepadaNya. Jadi Yesus membangkitkan seseorang bukan tanpa kondisi atau unconditional seperti yang Kalvinis imani, tetapi dengan syarat, yakni percaya kepadaNya.

Konsep Pemilihan Tidak hanya untuk Keselamatan

Kata “pemilihan” tidak selalu untuk keselamatan, tetapi bisa juga untuk pelayanan. Contoh kasus dalam Matius 22:14 “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang terpilih” Sebenarnya Kalvinis tidak pantas memakai ayat ini. Sebab kalau Allah yang memanggil kenapa hanya sedikit yang dipilih? Bukankah dalam konsep Kalvinis dipilih dulu setelah itu baru dipanggil. Bukankah inilah pemahaman utama dari Irresistible Grace. Bila Allah telah memilih mereka dan menetapkan mereka seharusnya tidak bisa menolak panggilan itu karena mereka sudah ditetapkan untuk dipanggil. Tetapi mengapa banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang terpilih? ANEH BUKAN MAIN!

Jika kita menelusuri keseluruhan Alkitab, tidak ada didapati satu ayat atau satu orangpun “dipilih untuk percaya.” Hal lain yang cukup menarik untuk dipelajari adalah urut-urutan konsep iman Kalvinis: Dipilih → dibenarkan → dilahirbarukan → percaya. Timbul pertanyaan manakah yang lebih dahulu, percaya kepada Tuhan baru Roh Kudus masuk ke dalam hati kita atau Roh Kudus sudah ada dalam hati kita baru percaya? Atau dengan kata lain percaya dulu baru dibenarkan atau dibenarkan dulu baru percaya? Jika kita melihat skema iman Kalvinis kita akan menemukan bahwa Roh Kudus ada dalam hati kita baru bisa percaya. Suatu konsep yang sangat bertentangan dengan Efesus 1:13, yaitu ketika kita percaya akan dimeteraikan dengan Roh Kudus. Saya percaya bahwa sebelum Roh Kudus masuk dalam hati manusia, Ia sudah bekerja dalam dalam kehidupan manusia, baik itu melalui penyataan umum maupun melalui penyataan khusus. Karena Tugas Roh Kudus salah satunya adalah menginsafkan dunia akan dosa (Yohanes 16:8). Tetapi Roh Kudus akan masuk ke dalam hati manusia ketika manusia itu menerima Yesus sebagai Juruselamatnya secara pribadi atau ketika kita percaya (Efesus 1:13).

Efesus 1:4 “Sebab di dalam Dia Allah telah memlih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya.” Kita dipilih di sini bukan untuk percaya, tetapi supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan Allah. Allah telah menentukan, bahwa barang siapa percaya akan diangkat menjadi anak-anakNya. Ini adalah berkat dari percaya. Allah tahu sebelumnya siapa yang akan percaya, maka Ia menjanjikan berkat-berkat yang merupakan efek dari iman percaya seseorang.

2 Tesalonika 2:13 “Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai” Ayat ini sama sekali tidak Unconditional, sebab di dalamnya kita menemukan Allah memilih orang untuk diselamatkan dengan dua syarat, yaitu di dalam Roh yang menguduskan dan di dalam kebenaran yang kamu percayai. Kebenaran apa yang mereka percayai? Tentu kebenaran yang menyatakan, bahwa Kristus telah menebus dosa seisi dunia dan barang siapa yang percaya kepadaNya pasti selamat.

Roma 11:1-4 “umat yang dipilih” dalam ayat ini bukan berbicara masalah pemilihan keselamatan, tetapi merujuk pada pemilihan bangsa yang menurunkan Mesias. Suatu bangsa yang akan eksis sampai tibanya masa tribulasi. Apakah semua Israel akan diselamatkan? Tidak! Lihat dalam Roma 10:1-3 dan dalam Roma 1:7 “Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya” apa yang dikejar oleh Israel? Roma 9:31,32 “Tetapi: bahwa Israel sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidak sampai kepada hukum itu. Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan.” Israel mengejar kebenaran dengan melakukan hukum Taurat bukan percaya kepada Mesias yang Allah utus kepada mereka. Jadi mengejar dengan iman adalah untuk memperoleh keselamatan. Dalam ayat ini ada perbedaan perbuatan dengan iman. Menurut Alkitab iman itu bukan perbuatan, tetapi menurut Kalvinis iman itu adalah perbuatan sekalipun timbul dari pendengaran akan firman Kristus. Akibatnya mereka mengklaim bahwa orang yang percaya, yang bisa merespon atau orang yang dapat percaya mereka sebut synergisme. Ada Kalvinisme mengatakan, bahwa dalam hal iman manusia tidak ada andil sama sekali. Allahlah yang menaruh iman kepada orang yang Ia kehendaki secara unconditional supaya selamat. Jika demikian Allah jugalah secara aktif dan unconditional tidak memberi iman kepada orang yang Ia tidak sukai. Bila demikian siapakahkah yang salah bila manusia masuk neraka? Secara logika dan tata bahasa, jikalau mengikuti pemahaman Kalvinis, manusia masuk ke neraka adalah karena Allah tidak memberikan iman kepada manusia berdosa itu.

Saya percaya bahwa keselamatan itu dari Allah dan tanpa bantuan atau andil manusia. Manusia diperintahkan Allah untuk percaya atau meresponi keselamatan yang telah Ia sediakan dengan iman. Iman bukanlah perbuatan, tetapi dengan imanlah seseorang dapat dibenarkan Allah dan itu (iman) di hadapan Allah bukan sebuah perbuatan (Roma 4:1-5 ada pekerjaan yang bukan perbuatan, yakni Iman).

Galatia 1:15 ”tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karuniaNya,” pemilihan dalam kandungan yang sama dengan Yeremia adalah pemilihan bukan untuk keselamatan, tetapi pemilihan untuk tugas pelayanan.

Hal yang membingungkan kalangan Kalvinis,

1. Apakah semua bayi yang meninggal sebelum akil baliq masuk Surga atau Neraka? Jika semua masuk surga, apakah dasar alkitabiahnya? Jika hal ini dikaitkan dengan konsep pemilihan dan reprobat? Apakah bayi orang pilihan masuk Surga, bayi yang bukan orang pilihan masuk Neraka? Jikalau demikian, berarti pemilihan itu bersifat kondisional. Mengapa? Karena bayi masuk bergantung kepada kondisi orangtuanya, apakah dia orang pilihan atau bukan?
2. Bagaimana dengan malaikat? Apakah ada malaikat yang terpilih dan malaikat non pilihan?

Dalam sistematika teologia Kalvinis malaikat dipercaya yang dipilih dan ada juga yang tidak. Tetapi dalam pemilihan malaikat sifatnya Supralapsarianisme. Yang menjadi permasalahan, banyak orang Kalvinis tidak berani berdiri dalam posisi ini.

Sumber: http://gbiasemarang.blogspot.com/2009/02/unconditional-election-bag-5-end.html

MENGHAKIMI ATAU TIDAK MENGHAKIMI?

Salah satu hal yang sering saya dengar dari orang-orang Kristen, ketika saya sedang berdiskusi Alkitab dengan mereka, terutama ketika saya menunjukkan kesalahan mereka, adalah seruan: "Jangan menghakimi!" Gereja-gereja Fundamental, seperti Graphe, sering dicap sebagai gereja yang "menghakimi gereja lain." Tuduhan ini akhirnya menjadi sesuatu yang klise, dan menjadi jalan lari bagi mereka yang sudah merasa doktrin mereka tersudutkan oleh ayat-ayat Alkitab, atau yang tidak berminat sama sekali untuk menyelidiki kebenaran dari Kitab Suci. Demikianlah ketika kita mengatakan bahwa Gereja Roma Katolik salah dalam pengajaran keselamatan mereka, kita dituduh sebagai orang yang "sok menghakimi." Atau ketika menunjukkan kepada seorang "hamba Tuhan" wanita, bahwa sesuai dengan 1 Tim. 2:11dst, ia tidak dipanggil oleh Tuhan untuk berkhotbah di kebaktian umum, apalagi menjadi "pendeta," maka kita diberitahu untuk "jangan menghakimi orang lain!"
Karena hal ini muncul dengan begitu kerapnya, maka sungguh penting bagi setiap orang percaya untuk mengerti benar mengenai masalah "menghakimi" dalam Alkitab. Benarkah bahwa orang Kristen tidak boleh menghakimi? Apakah ini sama dengan tidak boleh menyatakan kesalahan orang lain? Kesalahpahaman mengenai masalah ini begitu besar, sehingga banyak orang yang akan kaget jika diberitahu:

1. Tuhan Menyuruh Orang Percaya untuk Menghakimi
Banyak orang Kristen tidak pernah membaca Yohanes 7:24, yang berisi perintah Yesus: "Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil." Walaupun Tuhan Yesus memberikan perintah tentang cara menghakimi yang benar, tetapi jelas sekali bahwa Tuhan mengizinkan, dan bahkan mengharapkan, bahwa orang percaya menghakimi dengan adil. Bertentangan dengan opini umum, orang percaya bukan tidak boleh menghakimi! Sebaliknya, ORANG PERCAYA DIHARAPKAN UNTUK MENGHAKIMI DENGAN ADIL.

2. Arti Kata "Menghakimi"
Di dalam benak banyak orang, kata "menghakimi" memiliki konotasi yang negatif. Bahkan, ada orang mengidentikkan "menghakimi" dengan "menghukum." Seorang Kristen pernah bertanya kepada saya demikian: "Saya sudah percaya Yesus Kristus, lalu kenapa setelah saya mati, saya masih akan dihakimi lagi oleh Tuhan." Pertanyaan ini muncul ketika saya menerangkan bahwa setelah Hari Pengangkatan (Rapture), akan ada Pengadilan Kristus (1 Kor. 3:10-15; 2 Kor. 5:10). Bapak tersebut menyamakan "penghakiman" dengan "penghukuman" sehingga merasa kaget akan "dihukum" lagi di Surga.
Persoalan menjadi jelas ketika kita mengerti arti kata "menghakimi" yang sesungguhnya. Kata krino (Yunani) adalah kata utama yang diterjemahkan "menghakimi" dalam bahasa Indonesia. Krino (dan kata-kata yang diturunkan darinya) terkadang diterjemahkan "memutuskan" (Luk. 12:57; 1 Kor. 2:2), "berpendapat" (Kis. 3:13; Luk. 7:43), "menilai" (dari kata anakrino, 1 Kor. 2:15), atau "mempertimbangkan" (1 Kor. 10:15).
Jadi, sebenarnya, "menghakimi" yang berasal dari kata krino, memiliki pengertian dasar "memutuskan atau membuat penilaian tentang sesuatu." Ketika Paulus mengajarkan bahwa "manusia rohani menilai segala sesuatu," (1 Kor. 2:15) ia sama saja berkata bahwa "MANUSIA ROHANI MENGHAKIMI SEGALA SESUATU."
Orang-orang yang berkata bahwa "orang Kristen tidak boleh menghakimi," sama sekali tidak mengerti arti kata "menghakimi. " Mereka sama saja berkata: "orang Kristen tidak boleh menilai apa-apa," atau "orang Kristen tidak boleh memiliki pendapat tentang apapun." Ketika seseorang berpendapat tentang sesuatu hal, maka ia sudah melakukan penghakiman! Adalah sesuatu yang sangat konyol, jika ada yang secara universal melarang untuk "menghakimi. "
Sekali lagi kita lihat, kata "penghakiman" sebenarnya berbeda dengan kata "penghukuman. " Walaupun demikian, dalam konteks tertentu, "penghakiman" dapat disamakan dengan "penghukuman. " Misalnya, pernyataan bahwa Allah akan "menghakimi" dunia. Menghakimi di sini dapat disamakan dengan "menghukum," karena Allah akan menilai dunia, dan mendapatkannya jahat, dan tentu akan menghukumnya.
Jadi, apakah seseorang senang dihakimi atau tidak, tergantung kepada status dirinya. Orang percaya akan menghadap takhta pengadilan Kristus suatu hari, untuk dihakimi Tuhan mengenai pekerjaannya (bukan masalah keselamatan) . Orang yang sudah bekerja sekuat tenaga bagi Tuhan sesuai FirmanNya, akan mendapat sukacita pada hari itu, ketika Tuhan berkata: "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia." Sebaliknya, orang yang menyia-nyiakan hidupnya, atau yang "melayani" bertentangan dengan Firman Tuhan, justru akan malu pada hari itu. Jadi, penghakiman tidaklah selalu hal yang buruk! Itu tergantung pada orang atau hal yang dihakimi atau dinilai!

3. Alkitab Melarang Menghakimi Hanya Dalam Konteks Tertentu
Ayat yang paling sering disalahgunakan dalam hal "menghakimi" adalah Matius 7:1, "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi." Terlalu banyak orang, yang tanpa pengertian dan sekedar membeo, memakai ayat ini untuk bersembunyi dari kebenaran, seolah-olah ayat ini memberi mereka hak untuk mengabaikan teguran-teguran dan nasihat-nasihat yang menyatakan kesalahan mereka.
Dalam menafsir Alkitab, salah satu prinsip yang paling penting adalah bahwa penafsir harus selalu memperhatikan konteks. Apakah Matius 7:1 melarang segala jenis penghakiman? Prinsip lain dalam penafsiran Alkitab adalah bahwa Alkitab konsisten secara internal. Tidak ada ayat-ayat yang bertentangan. Oleh karena itu, jika Tuhan memerintahkan, mengharapkan, dan mengizinkan orang percaya untuk menghakimi di bagian Firman Tuhan lain, maka ayat ini tidak mungkin melarang semua jenis penghakiman. Dan setelah meneliti konteks Matius 7:1-5, maka jelaslah bahwa dalam perikop ini TUHAN MELARANG PENGHAKIMAN YANG MUNAFIK. Hal ini terlihat jelas dari nasihat Tuhan: "keluarkanlah dahulu balok dari matamu." Tuhan tidak ingin orang yang hanya ingin mengorek kesalahan orang lain sebagai suatu serangan, padahal dirinya melakukan kesalahan yang sama dan yang lebih besar lagi.

Prinsip yang sama (internal consistency dan konteks) dapat kita terapkan pada perikop-perikop lain yang melarang orang percaya untuk menghakimi. Sekilas Paulus sepertinya tidak mau orang Korintus menghakimi sebelum kedatangan kedua Kristus (1 Kor. 4:15). "Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah." Tetapi, jika kita cocokkan dengan pernyataan Paulus lainnya tentang menghakimi, dan kita lihat lebih teliti ayat ini lebih cermat lagi, kita dapatkan bahwa di sini Paulus mengajarkan untuk TIDAK MENGHAKIMI HAL-HAL YANG TERSEMBUNYI. Maksudnya, orang percaya janganlah sok menghakimi hal-hal yang tidak mungkin ia ketahui, melainkan hanya ia duga-duga saja. Banyak orang sok menghakimi hati dan motivasi orang lain yang terdalam. Hal ini tidak benar. Kita bisa menilai kelakuan orang, karena memang terlihat; tetapi mengenai hal-hal yang berada dalam hati seseorang yang tidak ia nyatakan, jangan kita terburu-buru untuk memastikannya.

Ketika ditegur mengenai doktrin yang salah, banyak orang yang lari ke Roma 14:4-14. Mereka bersembunyi dibalik kalimat: "Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi!" (ay. 13). Mereka tidak mau menyelidiki lebih lanjut, "menghakimi" seperti apa yang dilarang oleh Paulus. Mereka tidak mau peduli bahwa Tuhan tidak mungkin melarang orang percaya untuk saling bersaksi tentang kebenaran, saling menegur kesalahan sesamanya.
Pada kenyataannya, dalam Roma 14, PAULUS TIDAK INGIN ORANG PERCAYA SALING MENGHAKIMI DALAM HAL-HAL YANG TIDAK DIATUR OLEH ALKITAB. Paulus memberi contoh 2 hal, yaitu dalam hal makanan dan hari-hari raya. Alkitab tidak mengatur bahwa orang percaya harus makan suatu jenis makanan, atau tidak boleh makan makanan lain. Alkitab mengatakan bahwa semua makanan halal, tetapi tidak mengharuskan orang untuk makan semua makanan. Oleh karena itu, orang percaya jangan saling menghakimi jika ada sesamanya yang memilih untuk makan sesuatu atau jika ia memilih untuk tidak makan sesuatu. Mengenai hari-hari raya, Alkitab juga tidak melarang atau menganjurkan orang percaya untuk ikut dalam berbagai hari raya. Kita melihat aplikasinya dalam kebebasan orang percaya untuk ikut atau tidak ikut merayakan hari Ibu, hari Bapa, bahkan hari Natal. Tentu untuk hari-hari yang mengandung makna menentang Tuhan (misal hari Homoseksual) , orang Kristen tidak boleh ikut mendukung, karena melanggar prinsip-prinsip Alkitab lainnya.

Yang terakhir, kita lihat dalam Yohanes 7:24, bahwa ORANG KRISTEN TIDAK BOLEH MENGHAKIMI HANYA DARI SUDUT LAHIRIAH, MELAINKAN SECARA ADIL. Ini berarti penghakiman kita haruslah didasarkan pada Firman Tuhan yang maha adil.

4. Orang Kristen Perlu Melakukan Penghakiman
Jika kita mengerti bahwa arti dasar kata "menghakimi" adalah "memutuskan atau membuat penilaian tentang suatu hal," maka jelaslah bahwa bukan saja orang percaya boleh menghakimi, bahkan ORANG PERCAYA HARUS MENGHAKIMI. Dalam hal-hal apa saja orang percaya harus menghakimi?
Orang percaya harus menghakimi pengajaran. Tuhan menyuruh kita untuk berhati-hati terhadap nabi-nabi palsu (Mat. 7:15). Bagaimanakah kita dapat waspada terhadap mereka, jika kita tidak menilai mereka? Paulus berkata, "Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka!" (Rom. 16:17). Bagaimana kita dapat waspada dan menghindari orang-orang ini jika kita tidak menghakimi mereka? Alkitab mengharuskan setiap orang hamba Tuhan yang setia untuk "menyatakan kesalahan," dan "menegor" (2 Tim. 4:2). Ini tidak dapat dilakukan tanpa menghakimi. Sangat penting sekali untuk memperhatikan juga di sini, bahwa Tuhan ingin agar orang yang mengenal kebenaran, memberitahukan kesalahan orang lain yang belum tahu akan hal itu. Seharusnya, setiap orang Kristen yang ditegur kesalahannya, tidak marah, melainkan merenung, dan menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui kebenarannya. Ketahuilah, bahwa orang yang menegur anda, sebenarnya sangat mengasihi anda. Bahkan ia rela mengambil resiko dibenci oleh anda, agar anda bisa sampai kepada kebenaran.

Selain itu, orang percaya harus menghakimi perbuatan anggota-anggota gereja. Salah satu fungsi gereja adalah untuk menjadi tempat orang-orang percaya bertumbuh. Dalam proses pertumbuhan, ada proses pendisiplinan. Anggota-anggota gereja yang berbuat dosa, harus ditertibkan. Hal ini diajarkan oleh Paulus dalam 1 Korintus 5. Ada anggota jemaat Korintus yang berbuat zinah, dan Paulus menekankan bahwa orang itu harus dikeluarkan dari jemaat. "Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat? 1 Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu" (1 Kor. 5:12-13).

Masih banyak lagi hal-hal lain yang harus dihakimi/dinilai oleh orang percaya, karena "manusia rohani menilai segala sesuatu" (1 Kor. 2:15). Jangankan penghakiman berbagai hal di dunia ini, orang percaya bahkan akan menghakimi dunia dan malaikat (1 Kor. 6:2-3). Sungguh aneh jika ada orang yang berkata bahwa "orang Kristen tidak boleh menghakimi." Saya harap, dengan pembahasan singkat Firman Tuhan ini, anda dapat menentukan, MENGHAKIM ATAU TIDAK MENGHAKIMI?

by Dr. Steven E. Liauw (Buletin GITS)

AMSAL 23:23 Belilah kebenaran dan jangan menjualnya; demikian juga dengan hikmat, didikan dan pengertian.

Senin, Februari 23, 2009

MANUSIA AKHIR ZAMAN

Kotbah Dr. Suhento Liauw
Minggu, 6 Juli 2003
Kebaktian Pagi
Nats: II Timotius 3:1-5

Saudara yang terkasih dalam Tuhan, Paulus menuliskan kepada Timotius mengenai ciri-ciri manusia akhir zaman. Mengapakah ada daftar yang sedemikian buruk mengenai manusia akhir zaman? Jikalau kita membaca perikop ini, saya dapat meraba apa yang Paulus maksudkan. Apakah penyebab utama sehingga manusia sedemikian rusaknya? Sebenarnya ada dua penyebab utama yang mengakibatkan mereka demikian. Penyebab yang paling dasar sekali adalah mereka tidak peduli pada hal-hal rohani. Mereka lebih memperhatikan dan menghargai hal-hal jasmani karena bagi mereka itu adalah segala-galanya.

Memang uang memegang peranan penting, tetapi jikalau kita menempatkan uang di atas hal rohani, maka kita sudah melakukan suatu kesalahan di hadapan Allah. Siapakah di muka bumi ini yang tidak memerlukan uang? Tidak ada seorang pun yang dapat lepas darinya. Siapakah orang di muka bumi ini yang berani berkata bahwa dia tidak memerlukan materi? Kita semua memerlukan pakaian, sepatu, dan berbagai materi lainnya. Tidak ada seorangpun di muka bumi ini yang tidak memerlukan materi. Tetapi persoalannya adalah ketika dua hal di hadapkan pada kita, pilihan kita akan mencerminkan isi hati kita.

Jumat, Februari 20, 2009

KESALAHAN TULIP: UNCONDITIONAL ELECTION (Bag 4)

Ayat-ayat yang Berhubungan Dengan Election dan Reprobation

Roma 9:10-16
Argumen Kalvinis: Lihat dalam perikop ini Allah mengasihi Yakub dan membenci Esau sebelum mereka lahir. Allah sudah menetapkan Yakub untuk selamat dan Esau untuk kebinasaan sejak dalam kekekalan. Karena Allah menetapkan Yakub selamat, maka secara otomatis Esau ditolak atau tidak dipilih oleh Allah.

Argumen Alkitabiah: Ini (penafsiran Kalvinis) adalah penafsiran yang sangat buruk. Kita harus melihat konteks Roma 9:1-10 agar jelas makna ayat 10-16. Dari konteks ini didapati beberapa hal:

1. Roma Pasal 9-11 merupakan suatu kesesatuan yang berbicara mengenai Israel sebagai bangsa pilihan.
2. Awal pasal 9, terlihat jelas bahwa Paulus memiliki beban besar untuk bangsa Israel agar mereka diselamatkan (Roma 10:1-3). Ini membuktikan, bahwa Paulus tidak percaya akan penetapan Allah seperti yang dipercayai Kalvinis (election and reprobation). Di mana ada yang ditetapkan masuk Surga dan ditetapkan masuk Neraka. Timbul pertanyaan, untuk apa Paulus terbeban kalau toh pada ujungnya orang itu tidak diselamatkan karena sudah ditentukan. Tetapi Paulus sangat terbeban agar bangsa Israel diselamatkan . untuk apa Paulus berdoa mati-matian untuk Israel, sementara Allah telah menetapkan mereka sejak kekekalan untuk binasa. Pasal 9-11 justru membantah konsep Kalvinis
3. Roma 9:10-16 adalah pemilihan jalur Mesias (Roma 9:5). Roma 9:6-9 sekalipun mereka (Israel) menurunkan Mesias, tetapi tidak semua mereka akan menjadi nenek moyang Mesias secara daging. Kata “bukan hanya itu saja” menyambung ayat 10-18. jadi ayat 11-18 tidak lepas dari ayat 1-10. ini adalah bukti bahwa pasal ini tidak menceriterakan mengenai keselamatan yang sudah Allah tentukan dari semula, tetapi ini adalah jalur Mesias. Masih dalam Roma 9:12 bila dibandingkan dengan PL Yakub dan Esau bukanlah pemilihan secara individu, tetapi suatu bangsa. Jadi ayat ini tidak berbicara mengenai individu, tetapi representatif suatu bangsa. Yakub mewakili bangsa Israel dan Esau mewakili bangsa Edom. Dalam Kejadian 25:23 “Dua bangsa ada dalam rahimmu dan suku bangsa yang akan muncul. Ini semakin jelas bahwa ini bicara suatu bangsa yang akan muncul. Bila secara pribadi (individu) Yakub malah menjadi hamba Esau, dan selama hidup Esau tidak pernah menjadi hamba Yakub. Ini membuktikan ayat-ayat ini menjelaskan atau mengacu kepada suatu bangsa. Yakub akan menjadi lebih kuat (tuan) dan Esau (Edom) lebih lemah (hamba). Jadi perikop ini sama sekali tidak berbicara keselamatan Yakub dan kebinasaan Esau.
4. Roma 9:13 bukan mendahului 9:11. Perkataan ini dikutip dari Maleakhi 1:2-3. Dan perlu diperhatikan, perkataan ini keluar bukan sejak dalam kandungan tetapi setelah mereka menjadi bangsa. Dalam kacamata Kalvinis, mereka akan mengatakan bahwa ini membuktikan pemilihan secara semena-mena atau tutup mata (secara acak). Padahal ada pemilihan yang tidak acak dan itu bukan berdasarkan perbuatan, yaitu IMAN. Menurut Kalvinisme ketika seseorang merespon firman Allah dan mengimaninya, maka itu dianggap perbuatan. Itu sesuai dengan konsep mereka, bahwa iman itu bukan timbul dari pendengaran akan firman Allah, tetapi iman itu Allah taruh di hati orang-orang pilihan. Konsekuensi dari Allah yang menaruh iman kepada seseorang baru ia percaya adalah manusia masuk nereka karena Allah tidak memberi iman kepadanya. Ingat Roma 4:2-5, ketika kita menerima hadiah, itu bukanlah hasil pekerjaan kita, tetapi itu adalah murni pemberian. Dan manusia dituntut untuk percaya (beriman) kepada Tuhan.

Tidak cukup sampai di situ saja, Kalvinis akan mengutip Roma 9:15 dan mengatakan bahwa Allah bebas menaruh belas kasihan kepada siapa saja.

Memang benar Allah bebas menaruh belas kasihan kepada siapa Ia menaruh belas kasihan. Ayat ini tidak salah, tetapi Allah cukup jelas kepada siapa Ia bermurah hati. Allah membuat syarat “Aku bermurah hati kepada siapa yang percaya dan beriman kepada Kristus” Allah menentukan syarat untuk memperoleh anugerah dariNya.

Tidak tergantung kepada kehendak orang. Ya! Kita tidak bisa berkehendak “sesuka hati menentukan bagaimana supaya kita selamat” Bila Allah menghendaki cara A untuk menyelamatkan manusia, maka manusia tidak berhak menentukan atau memilih di luar cara Allah dan bila itu dilakukan manusia, maka ia menyalahi aturan Tuhan. Allah dalam kehendakNya menyatakan bahwa keselamatan hanya diperoleh ketika kita percaya dan menerima Tuhan sebagai juruselamat kita.

Roma 9:17-18, ayat ini sering Kalvinis pakai bahwa Firaun salah satu contoh yang Allah tentukan untuk binasa. Tetapi jika perhatikan, sama sekali tidak ada perkataan yang mengindikasikan reprobasi.

Beralih ke masalah mengeraskan hati, harusnya timbul pertanyaan, “Mengapa Allah mengeraskan hati Firaun?” Jika kita membaca dalam Keluaran 3:19 “Allah tahu Firaun tidak akan membiarkan Israel pergi begitu saja” Kel 5:2 “tetapi Firaun berkata; Siapakah Tuhan itu sehingga harus kudengarkan firmanNya untuk membiarkan Israel pergi? Tidak kenal aku Tuhan itu dan tidak juga akan aku membiarkan bangsa Israel pergi” Dalam Keluaran 4:21b “tetapi Aku akan mengeraskan hatinya, sehingga ia tidak akan membiarkan bangsa itu pergi” Sangat jelas di dalam hati Firaun memang sudah ada keinginan untuk melawan kehendak Tuhan.

Benar bahwa Allah mengeraskan hati Firaun karena Allah tahu lebih dahulu, bahwa Firaun menolak Allah. Intinya Firaun mengeraskan hatinya hal ini terbukti dalam Kel 7:13; 8:15,19,32 sampai tulah yang ketujuh ia masih mengeraskan hatinya.

Kesimpulan mengenai hal ini:

1. Firaun mengeraskan hatinya! Kita tidak bisa mengatakan bahwa Allah mengeraskan hatinya lebih dahulu, kalau Firaun tidak mengeraskan hatinya dari awal, maka ia pasti melepaskan bangsa Israel.
2. Allah bisa mengeraskan hati Firaun karena Firaun memang akan mengeraskan hatinya. Setiap tulah selesai ia merasa lega dan ia terus mengeraskan hatinya. Bisa saja ia berfikir, bahwa tulah itu sudah berhenti dan tidak datang lagi.
3. Bila Firaun sudah ditetapkan untuk binasa, maka untuk apa Allah mengeraskan hatinya?
4. Analogi “keraskan.” Kita harus ingat bahwa zaman dahulu yang bisa keras itu adalah batu bata yang dibuat dari tanah lalu dibakar, maka terjadilah “kekerasan.” Artinya sesuatu yang sudah memiliki bentuknya, bukan berarti belum berbentuk sebelumnya. Allah tidak mengubah bentuk, Firaun sudah memiliki bentuk hati yang keras dan ketika ia mendengar firman Allah, ia mengeraskan hatinya.

Roma 9:19-24 Mengenai Tukang Periuk dan Tanah Liat.

Dalam pemandangan Kalvinis ada orang-orang yang Tuhan bentuk untuk kemurkaan, yaitu “benda-benda yang Allah persiapkan untuk binasa.” Orang-orang yang Tuhan persiapkan untuk kemurkaan adalah orang reprobat (non-pilihan) dan orang-orang yang diciptakan untuk tujuan yang mulia adalah orang-orang pilihan.

Counter untuk ayat ini: Kata Yunani untuk benda adalah "skewos". Hal yang sama kita temukan dalam 2 Timotius 2:20 “Ada benda-benda untuk tujuan mulia dan kurang mulia.” Dan jika perhatikan ternyata seseorang bisa berusaha untuk menjadi perabot yang mulia, bukan secara acak. Ada syarat untuk menjadi perabot yang mulia, yaitu ia harus menyucikan dirinya dari hal-hal yang duniawi. Seseorang bisa menjadi benda yang mulia dengan menjaga dirinya. Allah berhak menentukan apa saja, tetapi bukan yang bertentangan dengan sifat-sifatNya. Allah memberi syarat agar menjadi perabot yang mulia dengan menjaga kesucian hidup.

Dalam Roma 9:22-23 sangat menarik untuk dipelajari, sebab ada perbedaan kata “disiapkan” dalam bahasa Yunaninya. Dalam ayat 23 kata “yang telah dipersiapkan sebelumnya” dalam Yunaninya adalah “pro hetoimazen” yang mempunyai pengertian Allah yang mempersiapkan. Sedangkan dalam ayat 22 kata “dipersiapkan” adalah “katertismena” yang artinya “yang cocok, pantas untuk kebinasaan.” Baik dalam KJV, interlinier dan lexicon mendukung pengertian ini. Artinya orang-orang itu pantas untuk binasa dan bukan Allah yang menentukan kebinasaan mereka. Pantas dan cocok binasa karena ia tidak percaya kepada Kristus (Yoh 6:29).

Lalu biasanya akan muncul pertanyaan, “Mengapa Allah tidak langsung menghancurkan orang-orang durhaka dan Iblis?” Karena tindakan-tindakan Iblis dapat meningkatkan iman orang percaya dan untuk menambah kekayaan dan kemuliaan yang Allah akan berikan.

Efesus 2:3 “ kita adalah orang-orang yang harus dimurkai” apa bedanya dengan benda-benda kemurkaan dalam Roma 9:22-23? Bahwa setiap orang yang tidak percaya kepada Kristus adalah benda-benda yang harus dimurkai.

Sumber: http://gbiasemarang.blogspot.com/2009/02/unconditional-election-bag-4.html

Selasa, Februari 17, 2009

KESALAHAN TULIP: UNCONDITIONAL ELECTION (Bag. 3)

Sembilan hal yang menyatakan bahwa Allah tidak menetapkan segala sesuatu, dimana hal ini sangat bertentangan dengan konsep Kalvinis yang menyatakan bahwa Allah dalam kedaulatanNya telah menetapkan segala sesuatu.


1. Allah tidak mungkin menetapkan hal yang buruk karena hal yang buruk tidak timbul dalam hatiNya (Yeremia 19:5)

2. Sifat Allah yang Kudus dan tidak mempermainkan manusia. Dalam Yesaya 45:19 “tidak pernah Aku berkata dengan sembunyi atau di tempat bumi yang gelap. Tidak pernah Aku menyuruh keturunan Yakub untuk mencari Aku dengan sia-sia! Aku, TUHAN, selalu berkata benar, selalu memberitakan apa yang lurus” Allah tidak pernah memerintahkan manusia untuk percaya kepadaNya, tetapi Ia sendiri telah menetapkan orang tersebut masuk neraka. Bila hal itu benar, maka Allah membohongi manusia dan telah menyangkal diriNya sendiri. Tentu hal ini tidak akan Allah lakukan.

3. Adanya perbedaan antara Allah ijinkan dengan Allah tetapkan. Seperti kasus Ayub yang Allah ijinkan bukan Allah tetapkan. Kasus Daud dalam II Samuel 24:1 “Tuhan menghasut Daud” bad I Tawarikh 21:1 “Iblis bangkit melawan Israel dengan membujuk Daud” ayat ini sering dipakai oleh kalangan liberal untuk memojokkan orang kristen, bahwa Alkitab salah tulis. Tetapi perlu diketahui, bahwa Allah sering memakai tangan ketiga dengan mengijinkan Iblis menghasut Daud. Ada konsep Allah “mengijinkan”

4. Adanya tanggungjawab manusia, dan Allah tidak menetapkan segala sesuatu. Bila orang gila merusak sesuatu, maka manusia yang normal tidak akan menuntut pertanggunganjawab atas perlakuannya. Karena ia tidak memiliki kesadaran diri atau “gila.” Contoh lain, seseorang yang dipaksa oleh teroris untuk meledakkan bom melalui pemicu yang ada di tangannya. Hukum normal tidak akan menuntut orang tersebut mempertanggungjawabkan perbuatannya karena ia dipaksa, bukan karena keinginan hatinya. Allah tidak pernah memaksa manusia untuk berbuat dosa dan Allah tidak pernah memaksa manusia untuk percaya.

5. Kehendak bebas manusia. Ezra 7:13 “willing” “kerelaan” “dan yang rela pergi ke Yerusalem, boleh turut pergi dengan engkau” manusia memiliki kehendak untuk memilih dalam hidupnya sehari-hari, mengapa Kalvinis mengatakan, bahwa manusia tidak bebas untuk percaya? Ini konsep yang aneh dan tidak bisa diterima logika manusia. Yohanes 15:5 “minta apa saja yang kamu kehendaki” Manusia memiliki kehendak untuk memilih. Allah tidak pernah mempermainkan manusia dengan meminta supaya setia dan percaya, tetapi Allah sendiri telah menetapkan manusia itu tidak setia dan tidak percaya. I Korintus 9:17 “Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku” bisa saja Paulus melakukan tugas penginjilan itu dari hatinya, tetapi harus diketahui bahwa Paulus diberi tugas oleh Allah untuk penginjilan dan Paulus juga dapat melalaikan tugasnya.

6. Doa. Doa banyak mengubah keadaan. Kalau konsep Kalvinisme ditarik dalam aplikasi kehidupan sehari-hari, maka doa itu tidak perlu. Karena Allah sudah tetapkan untuk apa berdoa? Berdoa sampai bercucuran darahpun tidak akan mengubah keadaan karena toh Allah sudah tetapkan demikian. Tetapi dalam konsep Alkitab, doa dapat mengubah banyak hal. Contoh dalam II Raja-raja 20:1-6 ”Hizkia berdoa agar Tuhan memperpanjang usianya dan Allah menambahkan usianya 15 tahun lagi.” Juga dalam Ulangan 9:18-20 “Musa berdoa 40 hari 40 malam agar bangsa Israel tidak dibinasakan oleh Allah.”

7. Adanya kemungkinan. Bila segala sesuatu telah Allah tentukan, tentu tidak ada lagi kata “kemungkinan” atau”barangkali” dalam Yehezkiel 12:3 “barangkali mereka akan insaf.” Hal ini sama sekali tidak membuktikan bahwa mereka tidak akan insaf, tetapi ini membuktikan Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk berbalik kepadaNya, sekalipun Allah tahu mereka akan insaf atau tidak.

8. Adanya pemakaian istilah “Barangsiapa” yang mengindikasikan adanya kebebasan.

9. Akal sehat manusia. Bila ada manusia yang berbuat anarkisme atau tindakan kejahatan, maka Allah tidak mugkin melakukan atau menetapkannya. Bertentangan dengan konsep Kalvinisme, bahwa manusia dapat melakukan segala sesuatu karena Allah telah menentukan demikian. Ini adalah konsep yang membunuh moralitas dan iman Kristen sejati. Kalvinisme percaya, bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu tetapi aplikasinya berbeda. Kalau Allah menetapkan segala sesuatu, maka dosa, kejahatan, kebejatan, tipu muslihat, dusta, fitnah dan lain sebagainya sudah Allah tetapkan dan ini adalah bersumber dari Allah itu sendiri. Ini adalah konsep yang sangat jahat di dalam dunia ini karena sama saja menjadikan Allah sebagai pembuat kejahatan.

Sistem Lapsarianisme

Lapsarianisme berasal dari kata “lapsus”=jatuh. Ini adalah system yang dibuat oleh kalangan Kalvinis untuk menjelaskan kronologis keputusan Allah. Kalvinis mencoba menjelaskan urut-urutan dari keputusan Allah, walaupun ini tidak konsisten karena mereka percaya satu keputusan Allah, tetapi heran juga ada urut-urutannya. Apa hubungan keputusan Allah dengan kejatuhan dalam dosa?

Supralapsarianisme

Mereka yang menganut Lapsarianisme ekstrim mengurutkannya demikian:

1. Election dan Reprobation
2. Penciptaan (creation)
3. Kejatuhan (Fall)
4. Penebusan untuk orang-orang percaya
5. Keselamatan untuk orang-orang pilihan

Kelompok ini dikatakan Supralapsarianisme karena penetapan pemilihan dulu setelah itu kejatuhan. Tokoh Kalvinis yang menganut posisi ini antara lain J. Calvin dan T. Beza. Dimana mereka percaya bahwa Allah menetapkan orang masuk surge/neraka bahkan sebelum penciptaan dan kejatuhan. Jadi, kejatuhan adalah alas an yang ditetapkan supaya reprobation masuk neraka.

Infralapsarianisme, mengurutkan demikian:
1. Penciptaan
2. Kejatuhan
3. Election dan Reprobation
4. Penebusan untuk orang-orang pilihan
5. Keselamatan untuk orang-orang pilihan
Menurut Infralapsarianisme, Reprobation terbagi menjadi dua:
• Preterition = Melewatkan beberapa orang waktu pemilihan (bersifat unconditional)
• Condemnation= Setelah lewat barulah penghukuman karena dosa-dosa manusia (bersifat conditional)

Preterition = Allah sengaja melewatkan beberapa orang yang tidak dipilih setelah itu Allah melakukan condemnation (penghukuman) kepada mereka yang direprobasi karena dosa mereka yang tidak percaya. Preterition ini terjadi di dalam kekekalan.

Baik Preterition maupun Reprobotion tidak ada di dalam Alkitab dengan kata lain konsep ini bukan konsep dari Allah, tetapi konsep jadi-jadian pencinta John Calvin hasil dari penalaran sistematika theology mereka saja.

Argumen Kalvinis tentang hal ini:

Allah menyelamatkan sebagian itu sudah syukur, dari pada tidak sama sekali. Untung masih ada sebagian yang diselamatkan.

1. Jikalau anda yang kebetulan dipilih anda akan mengucap syukur, tetapi jika anda tidak dipilih bagaimana?
2. Ada Allah Yang Mahakasih dan bisa menyelamatkan semuanya kenapa Ia tidak menyelamatkan semuanya saja. Allah memang punya hak untuk menyelamatkan sebagian, tetapi bukankah ini bertentangan dengan sifat-sifatNya? Contoh dalam Lukas 10 “Tentang orang Samaria yang baik hati,” menolong orang Yahudi yang kena rampok dan dipukuli. Orang Samaria itu menolongnya sedangkan imam dan orang Lewi hanya melewatinya saja tanpa menolongnya. Yesus memberitahu kepada audience sikap 2 orang yang melewati korban perampokan yang tidak baik. Bagaimana mungkin Ia mengajarkan dan menjadikan ini contoh sekaligus Ia melanggarnya? Tentu Allah tidak akan melakukan hal ini, kecuali allahnya Kalvinis. Allah memang menyatakan tentang keselamatan, tetapi tidak pernah mengajarkan reprobation.

Ayat-ayat yang mendukung reprobation menurut Kalvinis:

Yosua 11:20 “Tuhan menyebabkan hati orang-orang itu menjadi keras”
Kalvinis tidak pernah bertanya apa yang menyebabkan Tuhan mengeraskan hati mereka? Allah tidak akan melakukan sesuatu tanpa ada alasan dan tujuan. Dalam konteks ini ada hal-hal yang menyebabkan Tuhan mengeraskan hati bangsa itu (Kanaan). Bangsa Kanaan adalah bangsa yang sangat bejat dan jahat, sehingga Allah mengeraskan hati mereka dan menyediakan hari kebinasaan bagi mereka (Kejadian 15:16) dan dalam Imamat 18:24 “janganlah kamu menajiskan dirimu dengan semuanya itu, sebab dengan semuanya itu bangsa-bangsa yang akan kau halaukan dari depanmu telah menjadi najis” sudah sekian lama bangsa Kanaan dalam kondisi kebejatannya sehingga Allah mempersiapkan bangsa Israel untuk membasmi mereka sampai musnah. Sifat bangsa ini sangat najis dan kejam. Inilah alasan mengapa Tuhan mengeraskan hati mereka. Kalvinis tidak pernah berfikir sampai sejauh ini karena sudah terpatok konsep John Calvin. Alasan Tuhan menghukum mereka karena Allah telah memberikan taurat dalam hati setiap manusia. Roma 2:17-29 “bahwa setiap manusia ada hukum taurat dalam hatinya yang akan menghakiminya atas segala perbuatannya yang jahat” Dalam kitab Ibrani 3:13,15 dikatakan, “jangan ada di antara kamu yang mengeraskan hatinya untuk kebenaran Allah” Allah katakan jangan keraskan hatimu! Tetapi manusia itu tetap saja mengeraskan hatinya, sehingga Allah mengeraskan hatinya (contoh kasus Firaun). Dari hal ini kita juga menemukan bahwa penetapan penghukuman bersifat conditional bukan unconditional.

Sublapsarianisme

Ada yang menyamakan dengan infralapsarianisme, tetapi ada juga yang tidak setuju. Tokoh yang berkenaan dengan hal ini adalah Moyce Amyraut, orang yang pertama menyatakan dirinya percaya empat point Kalvinis.

Urut-urutan Sublapsarianisme
1. Penciptaan
2. Kejatuhan
3. Penebusan untuk semua
4. Election dan Reprobation
5. Keselamatan untuk orang pilihan.

Ayat-ayat yang sering digunakan oleh Kalvinis untuk mendukung konsep mereka:

1. Amsal 16:4”Tuhan membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuatnya untuk hari malapetaka.” Apakah Allah telah menetapkan manusia yang Ia ciptakan sebagian untuk binasa dan sebagian untuk menikmati kesenangan di Surga? Ayat ini menyatakan, bahwa Allah dalam menciptakan sesuatu memiliki tujuan tersendiri sesuai dengan maksud dan rencanaNya, termasuk manusia.
Orang fasik bukan Allah tentukan, tetapi mereka menjadi fasik karena itu yang ada di dalam hati mereka, sehingga Allah sediakan hari untuk kebinasaan mereka. Semua diciptakan Allah sama, Allah tidak menciptakan penjahat apalagi dosa.

2. I Tesalonika 5:9 “Ada yang ditetapkan untuk dimurkai dan ada yang ditetapkan untuk selamat” Konteks ayat ini tidak ada hubungan Surga dan Neraka, tetapi mengenai hari murka di masa tribulasi. Ayat ini justru mendukung Premill.

3. I Petrus 2:8 “Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan” Ayat ini tidak boleh dilepaskan dari konteks, karena pada ayat 7 bahwa ia mahal dan mereka yang tidak percaya menjadi batu sandungan (Yun: skandalaon). Ayat 8 Allah telah tentukan mereka karena kondisi mereka yang tidak mau percaya.

4. II Tesalonika 2:11-12 “dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan”
Allah mendatangkan kesesatan atas mereka? Perlu diperhatikan ayat 9, 10, 12. Perikop ini sedang membicarakan mengenai keadaan di masa tribulasi atau kejadian/malapetaka setelah gereja diangkat dari dunia.

Mereka harus binasa. Mengapa?
1. Mereka tidak menerima kebenaran
2. Mereka tidak mengasihi kebenaran

Itulah sebabnya Allah mendatangkan kebinasaan bagi mereka. Jadi kebinasaan yang Allah tetapkan bukan tanpa kondisi, tetapi kondisi mereka tidak percaya. Bila mereka percaya tentu mereka tidak akan mengalami kebinasaan dan mereka sudah diangkat bersama orang-orang percaya.

5. II Petrus 2:17 “Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan oleh taufan; bagi mereka tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat”

6. Yudas 4 “ada yang menyusup yang telah lama ditentukan untuk dihukum”
Perlu diperhatikan, bahwa tidak ada penentuan dalam kekekalan dalam ayat ini. Surat Yudas banyak berbicara mengenai orang-orang fasik yang dimulai dari ayat 5-14, dan dalam ayat ini membuktikan mereka pantas dimurkai. Jadi murka Allah bukan tanpa alasan atau sebab musabab, yakni kondisi mereka yang fasik.

Allah yang berdaulat dapat menciptakan manusia dengan kehendak bebas yang sejati atau sesuai dengan pengertian umum, bukan seperti dalam pengertian Kalvinis. Dapatkah manusia menentang Allah? Ya! Karena ia memiliki kehendak bebas untuk menentang dan memuji Allah. Bila manusia menentangNya hati-hatilah karena pasti ada konsekuensinya.

Kalvinis memiliki pandangan yang salah mengenai kehendak bebas dan kedaulatan Allah. Apabila manusia memiliki kehendak bebas, maka itu akan mengancam kedaulatan Allah menurut Kalvinisme. Contoh klasik, bahwa manusia memiliki kehendak bebas, yakni kisah Yunus yang Allah perintahkan untuk menyampaikan berita ke kota Niniwe agar mereka bertobat, tetapi Yunus mencoba untuk menghindar. Mungkin ia merasa tidak senang bangsa yang menindas Israel harus di tolong agar bertobat. Dalam konsep Yunus harusnya bangsa itu dibinasakan. Mungkin ini alasannya menghindar. Tetapi kisah ini membuktikan, bahwa manusia memiliki kebebasan untuk menentang Allah atau mengikutiNya.

sumber: http://gbiasemarang.blogspot.com/2009/02/unconditional-election-bag3.html

Kamis, Februari 12, 2009

KESALAHAN TULIP: UNCONDITIONAL ELECTION (Bag. 2)

Kedaulatan Allah

Ini adalah konsep Alkitab, karena memang Allah itu berdaulat penuh atas apapun. Kedaulatan Allah juga harus dilihat dari sudut pandang Alkitab karena konsep kedaulatan Kalvinis berbeda dengan konsep Alkitab dan nalar logis manusia. Kalvinis terlalu menekankan kedaulatan tanpa melihat sifat Allah yang lain (Mahakasih, Mahaadil, Mahabenar dan Mahakudus). Bahkan di dalam Alkitab Kekudusan Allah dan Kasih Allah lebih ditekankan daripada Kedaulatan Allah. Kalvinis sering memakai analogi kedaulatan seorang raja yang berkuasa atas negaranya sendiri secara otoriter seperti Saddam Husein atau Hitler. Tetapi harus diingat, bahwa Saddam dan Hitler memakai kedaulatannya untuk hal-hal yang jahat.

Dari sisi kedaulatan Allah, bahwa Ia berdaulat melakukan dan memutuskan apa saja, tetapi selalu disertai Kasih dan KeadilanNya. Kalvinis tidak melihat sifat-sifat Allah yang lain, yang tidak mungkin saling bertentangan. Karena Allah tidak akan melakukan sesuatu hal yang bertentangan dengan diriNya sendiri. Allah tidak akan meminta pertanggunganjawab dari manusia atas dosa-dosanya jika Allah sendirilah yang menjadi sumber dosa atau yang membuat manusia itu berdosa. Bila Allah yang memasukkan dosa ke dalam dunia, maka hal ini akan bertentangan dengan sifat Kekudusan dan kasihNya. Sifat kasih, kekudusan dan keadilan Allah tidak akan memakai kedaulatanNya untuk membuat manusia jatuh dalam dosa. Jadi kedaulatan Allah yang terdapat dalam Alkitab tidak akan bertentangan dengan Kasih, keadilan dan kekudusan Allah. Allah mengijinkan manusia melakukan segala sesuatu, karena manusia diciptakan dengan kehendak bebas yang sejati. 

Kaum Kalvinis akan berdalih dan mengatakan bahwa itu adalah hak Allah untuk berbuat ini dan itu menurut kedaulatanNya. Namun yang harus diperhatikan, pokok permasalahannya bukanlah pada Allah berhak atau tidak berhak, tetapi apakah Allah akan seperti itu? Apakah Natur Allah yang Mahakudus, Mahaadil, dan Mahakasih akan berbuat seperti itu? Dengan demikian Allah bukanlah Pribadi yang menyebakan dosa masuk ke dalam dunia. Hanya kelompok Kalvinislah yang berani mengatakan demikian.

Ketetapan Allah (God’s Decree)

Allah Mahatahu karena Allah sudah menetapkannya. Ini adalah konsep Kalvinis yang sangat merendahkan Allah. Dimana Allah menjadi Pribadi yang tidak Mahatahu. Mengapa? Karena Allah harus menetapkan dahulu baru Ia tahu!

Apakah Alkitab mencatat, bahwa Allah mempengaruhi manusia? Ya! Allah bisa mempengaruhi, mencegah, dan menuntun manusia untuk melakukan sesuatu, tetapi Allah tidak memaksa atau menetapkan. Kej 20:6 “Aku tahu juga, engkau telah melakukan itu dengan hati yang tulus, maka Akupun mencegah engkau untuk berbuat dosa terhadap Aku; sebab itu Aku tidak membiarkan engkau menjamah dia (Sara)” ; Mazmur 73:24 “dengan nasehatMu, Engkau menuntun aku dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan” Sekalipun Allah berdaulat mempengaruhi manusia, tetapi manusia itu berhak menolak atau menerima pengaruh dari Allah.

Ayat-ayat yang dipakai Kalvinis, bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu:

1. Amsal 16:1 “Manusia menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari Allah”
2. Amsal 16:9 “hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah jalannya”
3. Amsal 19:21 “banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan TUHANlah yang terlaksana.”
4. Amsal 20:24 “Langkah orang ditentukan oleh TUHAN, tetapi bagaimanakah manusia dapat mengerti jalan hidupnya?”
5. Amsal 21:1 “hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN dialirkanNya ke mana Ia ingin.”

Tetapi timbul satu pertanyaan, apakah ayat-ayat di atas menyatakan bahwa Allah menentukan segala sesuatu?

Amsal 6:1 Apakah Allah menetapkan segala perkataan manusia? Bila demikian Allahkah yang menetapkan manusia berbohong, menipu, memfitnah, menyumpah serapah orang lain? Kalau demikian Allah adalah sumber perkataan yang kotor dan najis. Maka Allah juga yang menetapkan nabi palsu bernubuat dan penyangkalan Petrus, Allah yang tetapkan? Apakah Allah yang Alkitab mengajarkan demikian?
Hati manusia menimbang-nimbang justru membuktikan hatinya bebas untuk memikirkan apa yang mau ia omongkan atau yang mau ia katakan. Allah yang Mahakudus tidak akan mengeluarkan yang najis dan kotor dari dalam diriNya. Ia tidak akan menghasut atau mempengaruhi manusia untuk mengatakan hal yang tidak benar atau tidak patut.
Amsal 16:9 “hal ini juga membuktikan, bahwa manusia bebas berfikir apa saja, tetapi Allah dapat mengintervensi atau mengubah rancangan manusia itu. Misalnya A mau membunuh X, tetapi Allah dapat membelokkan atau membatasi atau mencegah pembunuhan itu terjadi. Dengan cara apa? Tuhan punya berbagai cara untuk menyelamatkan manusia dari rancangan manusia yang tidak bertanggungjawab ataupun dari Iblis.

Amsal 19:21, Ya. Manusia bisa merancang apa saja dalam hatinya, tetapi Allah dapat mencegah rancangan manusia, bila bertentangan dengan kehendakNya. Hal ini juga membuktikan, bahwa manusia memiliki kehendak bebas yang sejati. Dan ini bukan TAKDIR.

Amsal 20:21, dalam ajaran ayat ini juga membuktikan, bahwa raja bukanlah robot, tetapi hati raja bisa Tuhan pakai untuk melakukan kehendakNya tanpa memaksa atau memperkosa kebebasan si raja. Hal ini dapat ditemukan dalam Ezra 1:1-2 ”Allah menggerakkan hati Koresy” Koresy sadar, bahwa ia mendapat kasih karunia dari Allah, sehingga ia menjadi raja yang berkuasa. Allah menggerakkan hati Koresy melalui kesaksian Daniel dan kawan-kawan tentang Yehova Israel. Allah juga dapat menciptakan suatu “sikon” untuk tujuanNya. Allah membuat Ahasyweros tidak bisa tidur, sehingga ia pergi membaca, dan di sana ia melihat catatan tentang Mordekhai, dan maksud Allah terlaksana.

Ayat-ayat yang juga sering dipakai oleh Kalvinis:

Kisah Para rasul 2:23 “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.” Kalvinis akan berkata, bukankah semua terjadi sesuai dengan maksud dan rencana Allah? Dalam bahasa Yunani maksud dan rencana adalah boule dan prognosei , dimana prognosei berasal dari kata pro=sebelum dan gnowsis=pengetahuan, yang dalam KJV diterjemahkan foreknowledge. Artinya Allah tahu karena manusia itu berencana seperti itu. Dengan kata lain, Allah menetapkan karena kemahatahuanNya akan apa yang dilakukan manusia, bukan Allah mengetahui karena Allah telah menetapkan manusia untuk berbuat demikian.

Argumen Kalvinis: mana lebih dahulu boule atau prognosei. Memang dalam kalimat ini boule lebih dahulu. Sepertinya ayat ini mendukung Kalvinis, bahwa Penentuan dulu baru Allah tahu. Tetapi dalam hal ini tidak selalu seperti itu. Contoh ayat lain dalam 2 Timotius 1:9 “Dia yang telah menyelamatkan kita dan yang telah memanggil kita” Mana lebih dahulu, diselamatkan atau dipanggil? Kalau sudah diselamatkan untuk apa Allah memanggil dengan panggilan kudus? Kata “dan” dalam ayat ini memisahkan diselamatkan dan dipanggil, tetapi dalam hal ini diselamatkan dan dipanggil harus sama-sama benar untuk mendapatkan hal yang tetap atau sama. Atau dengan kata lain kata “dan” tidak harus selalu menyatakan urutan kejadian ataupun proses.

Kis 4:28 “untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu.”
Menurut Kalvinis ayat ini menyimpulkan, bahwa:
1. Yesus telah ditetapkan untuk dibunuh.
2. Allah telah menetapkan siapa yang akan membunuh Yesus

Dalam fakta benar bahwa Yesus telah mereka bunuh, tetapi Allah tidak pernah memaksa atau menentukan mereka untuk membunuh Yesus Kristus. Itu terjadi karena manusia itu sendiri memang akan melakukan hal demikian kepada Yesus. Yesus memang harus mati, tetapi tidak harus mereka yang menggenapi nubuatan itu. Seperti halnya kasus Yudas yang menjual Kristus. Kristus berkata, “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” Apakah yang dimaksud oleh ayat ini? Mengapa Yesus berkata bahwa lebih baik dia tidak dilahirkan? Jadi, hal ini sangat jelas mengindikasikan adanya tanggung jawab manusia. Logikanya, kalau Allah yang telah menentukan, harusnya mereka dapat reward karena telah melakukan program Allah?

I Petrus 1:20 “Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan” Ya. Benar bahwa Allah telah memilih Yesus sebelum dunia dijadikan dan bukan manusia yang dipilih sebelum dunia dijadikan.

Wahyu 13:8 “Kristus telah disembelih sebelum dunia dijadikan” Yesus memang telah ditetapkan menjadi penebus yang akan menanggung dosa manusia. Manusia belum tercipta, lalu mengapa Allah sudah menyediakan penebusan? Ya, benar bahwa Allah menyediakan penebusan melalui Kristus sebelum dunia dijadikan karena Allah tahu bahwa manusia yang diciptakanNya itu akan jatuh ke dalam dosa. Sama sekali tidak berarti Allah menetapkan manusia jatuh dalam dosa, tetapi manusia itulah yang memilih untuk menentang Allah dengan mengikuti Iblis dari pada laranganNya. Allah sudah mengetahui hal ini sebelum manusia diciptakan dan secara otomatis sebelum manusia jatuh ke dalam dosa.

Kaum Kalvinis terlalu mengabaikan tanggungjawab manusia atas penyaliban Yesus. Dalam Kisah Para Rasul 2:36 Rasul Petrus menuduh bangsa Israel menyalibkan Yesus dan Allah menuntut tanggungjawab dari bangsa Israel. Dalam Kis 4:10; 7:52 Petrus menyalahkan orang-orang Yahudi yang telah menyalibkan Yesus.

Yesaya 45:7 “Yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semua ini”

Kalvinis sering memakai ayat ini untuk membuktikan, bahwa Allah telah menentukan segala sesuatu termasuk yang baik dan yang jahat terhadap seseorang. “Malang” “Evil” (KJV), artinya “jahat” bila diperhatikan sekilas tanpa melihat atau bertanya, maka kita akan mengambil kesimpulan bahwa Allahlah yang merancangkan hal yang jahat. Yang harus kita pertanyakanlah adalah, mengapa Allah mendatangkan kemalangan kepada seseorang?

Karena Allah tidak pernah menciptakan atau menjadikan hati manusia jahat. Maka ketika manusia kena musibah itu karena dosa yang telah masuk ke dalam dunia. Ini adalah konsekuensi dari dosa yang telah masuk ke dunia.

Ratapan 3:38 “Bukankah dari mulut Yang Mahatinggi keluar yang buruk dan yang baik?” Dalam ayat ini seolah-olah Tuhan adalah sumber yang buruk dan yang baik. Ayat ini sama sekali tidak salah karena Allah akan mendatangkan hal yang buruk atau hukuman bagi yang melanggar kesucian Allah. Dan Allah akan mendatangkan hal yang baik atau berkat kepada mereka yang percaya dan melakukan perintahNya. Ini adalah konsekuensi dari melakukan dan tidak melakukan kehendak Allah. Hal ini dapat dibandingkan dengan ayat-ayat dalam Kitab yang yang lain. Karena Alkitab tidak akan mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan sifat-sifat Allah. Allah yang Mahakudus tidak akan tercemari dengan dosa atau kenajisan. Karena itu, tidaklah mungkin Allah menjadi sumber kejahatan sekaligus sumber kebaikan. Baik itu adalah sifat Allah, sementara buruk itu adalah sikap Allah kepada mereka yang tidak melakukan atau mengikuti kehendakNya. Hal ini dapat dilihat dalam ayat-ayat sebagai berikut:
1. Ayub 34:10 “Oleh sebab itu, kamu orang-orang yang berakal budi dengarkanlah aku: Jauhlah dari pada Allah untuk melakukan kefasikan dan dari pada Yang Mahakuasa untuk berbuat curang” 
2. Mazmur 5:5 “Sebab Engkau bukanlah Allah yang berkenan kepada kefasikan; orang jahat takkan menumpang padaMu”
3. Habakuk 1:13 “MataMu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman. Mengapa Engkau memandangi orang-orang yang berbuat khianat itu dan Engkau berdiam diri, apabila orang fasik menelan orang yang lebih benar dari dia?”
4. Yeremia 19:5 “mereka telah mendirikan bukit-bukit pengorbanan bagi Baal untuk membakar anak-anak mereka sebagai korban bakaran kepada Baal, suatu hal yang tidak pernah Aku perintahkan atau Kukatakan dan yang tidak pernah timbul dalam hatiKu.” 

Ia adalah TUHAN, Allah yang Maha Suci dan tidak pernah timbul sesuatu yang buruk dari dalam diriNya. Kemalangan yang manusia alami itu disebabkan oleh dosa manusia itu sendiri. Sekali lagi ini adalah konsekuensi dari dosa yang telah masuk ke dalam dunia.

Kalvinis melihat Efesus 1:11 “kami dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendakNya”
Allah bekerja dalam segala sesuatu adalah benar, tetapi Allah tidak menetapkan segala sesutau bila bertentangan dengan sifa-sifatNya. Allah bisa memakai siapa dan apa saja, termasuk memakai Iblis untuk malaksanakan kehendakNya (kasus Ayub, Allah menguji Ayub).

Ada keputusan Allah, itu benar. Tetapi Allah tidak menetapkan segala sesuatu yang bertentangan dengan sifat-sifatNya. Berbeda dengan konsep Kalvinis yang percaya, bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu termasuk:
1. Masuknya dosa
2. Malapetaka
3. Kesombongan
4. Dusta dan lain-lain

Dalam konsep Alkitab mengajarkan bahwa Allah mengijinkan segala sesuatu terjadi, tetapi setiap hal yang terjadi pasti ada konsekuensinya. (Postingan berikut akan membahas topik 9 hal yang membuktikan bahwa Allah tidak menetapkan segala sesuatu.
sumber: http://gbiasemarang.blogspot.com/2009/02/unconditional-election-bag-3.html