Ketika berbagai suku bangsa di muka bumi masih hidup dalam penyembahan berhala dan animisme, Tuhan sudah menggerakkan dua orang misionari ke tanah Batak. Samuel Munson dan Henry Lyman tiba di tanah Batak tahun 1834. Mereka di kirim oleh Gereja Baptis di kota Boston dengan satu tujuan, untuk menyelamatkan orang Batak. Karena mereka belum bisa berbahasa Batak dan membawa penerjemah yang adalah seorang Muslim, tidak ada yang tahu apakah yang dikatakan sang penerjemah yang kemudian lari meninggalkan mereka. Karena kesalahpahaman, tragis sekali, kedua misionari itu terbunuh.
Injil, kabar baik, yang seperti apakah yang ingin diberitakan Munson dan Lyman kepada orang Batak dengan menempuh perjalanan laut sekitar setengah tahun dan berjalan kaki sekitar satu minggu itu? Pastilah Munson dan Lyman ingin memberitahu orang Batak bahwa Tuhan Yesus sangat mengasihi mereka. Mereka ingin sampaikan bahwa bukan hanya orang Batak saja yang telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah, tetapi semua manusia di bumi telah jatuh ke dalam dosa. Dan dosa hanya dapat di selesaikan dengan penghukuman. Tetapi Allah berjanji akan mengirim Juruselamat untuk menggantikan manusia menanggung hukuman itu. Dan sebelum kedatangan Sang Juruselamat, ia digambarkan dengan binatang korban yang disembelih di atas mezbah. Kemudian Sang Juruselamat tiba, namaNya Yesus, dan ia memberikan diriNya dihukumkan di atas kayu salib.
Setiap orang yang mengaku diri orang berdosa, menyesal atas dosa-dosanya, dan mengaminkan Yesus sebagai pengganti dirinya untuk dihukumkan, maka ia akan dihitung sebagai orang yang dosa-dosanya telah dijatuhi hukuman sehingga ia tidak berdosa lagi. Setiap orang yang hidup sebelum penyalibanNya harus percaya kepada Sang Juruselamat yang akan datang, sedangkan yang hidup sesudah penyalibanNya percaya kepada Sang Juruselamat yang sudah datang.
Orang-orang yang bertobat dan percaya tersebut dipandang sebagai orang yang tidak berdosa lagi, dan disebut sebagai orang-orang kudus. Masuk Sorga hanya melalui bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus. Bertobat itu artinya mengaku diri orang berdosa dan menyesal, sedangkan percaya adalah mengaminkan bahwa Yesus Kristus telah dihukumkan menggantikan kita. Jadi, jalan masuk Sorga ialah melalui bertobat dan percaya saja. Tidak perlu ada penambahan apapun,termasuk tidak perlu menambahkan perbuatan baik, baptisan dan segala macam perbuatan manusia.
Orang Kristen harus berbuat baik, tetapi bukan berbuat baik untuk masuk Sorga. Orang Kristen berbuat baik untuk membuktikan diri sebagai orang yang telah mendapatkan kepastian masuk Sorga dan telah memiliki Roh Kudus di dalam hati. Ketika Yesus Kristus dihukumkan di kayu salib, Ia menanggung dosa seisi dunia (Y oh.1:29), dari dosa Adam hingga dosa manusia terakhir . Karena Adam maka semua manusia jatuh ke dalam dosa, dan karena Kristus maka semua dosa yang disebabkan oleh Adam telah diselesaikan (Rom.5:18-19). Dosa bayi, orang yang lahir cacat mental, down-sindrom, telah diselesaikan oleh Yesus Kristus. Tetapi jika mereka t i dak meni nggal saat bayi melainkan tumbuh hingga akil-balik dan melakukan dosa, maka mereka bukan l agi ber dosa kar ena Adam melainkan karena perbuatan mereka sendiri. Itulah sebabnya bayi tidak perlu bertobat dan memang belum bisa bertobat, kalau meninggal maka akan masuk Sorga.
Munson dan Lyman pasti akan mengajarkan bahwa bayi tidak perlu dibaptis karena tidak ada keperluan mereka dibaptis. Pembaptisan bayi adalah kesalahan yang Martin Luther bawa keluar dari Gereja Roma Katho-lik. Dan karena untuk mengakomodasi pembaptisan bayi maka pembaptisan yang seharusnya diselamkan ke dalam air mereka ganti dengan diteteskan air. Padahal arti kata baptis adalah masuk ke dalam air, sedang jika diteteskan air itu kata bahasa Yunaninya ialah rantis.
Jadi, untuk masuk Sorga sesungguhnya tidak membutuhkan baptisan. Baptisan di perintahkan oleh orang yang akan menjadi murid (Mat.28:19-20). Bayi, dan orang yang sedang sakit tidak bisa menjadi murid, oleh sebab itu mereka tidak perlu dibaptiskan. Nanti, ketika bayi mencapai umur akil-balik, dan yang sakit menjadi sembuh, mereka akan mengambil keputusan untuk diri mereka untuk dibaptiskan.
Munson dan Lyman juga akan mengajarkan tentang keimamatan setiap orang percaya. Dari Adam sampai Musa, setiap ayah adalah imam bagi keluarganya dan sekaligus sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran (TPDK). Dan dari Musa sampai Yohanes Pembaptis, Harun dan keturunannya adalah imam dan bangsa Israel adalah TPDK. Sejak Yohanes tampil, keimamatan Harun dihentikan (Luk 16: 16, Mat 11:13). Kemudian dari Yohanes sampai hari pengangkatan (Rapture), setiap orang percaya adalah imam (I Pet.2:9), dan jemaat lokal adalah TPDK (I Tim.3:15).
Pada saat Kristus putus nafas, tabir Bait Allah terbelah karena tidak diperlukan lagi jabatan imam atau ruang pemisah antara orang percaya dengan Allah. Setiap orang percaya adalah orang kudus, dan anak Allah. Tidak diperlukan pengantara antara anak-anak Allah dengan Bapa mereka. Doa berkat di akhir kebaktian, dan berbagai tindakan pemberkatan adalah kesalahan Gereja Roma Katholik yang lupa diprotes oleh Martin Luther. Sebutan pemberkatan nikah sesungguhnya adalah istilah Katholik, sedangkan yang benar seharusnya peneguhan nikah. Orang Protestan harus berlapang dada, kalau mereka boleh memprotes kesalahan Katholik, mereka seharusnya juga terbuka untuk diprotes atas hal-hal yang belum sesuai Alkitab.
Pengajaran-pengajaran alkitabiah inilah yang ingin disampaikan oleh Samuel Munson dan Henry Lyman ketika mereka berangkat dari Boston menuju tanah Batak. Sayang seribu sayang, terjadi kesalahpahaman sehingga pengajaran alkitabiah tidak tersampaikan. Tetapi kasih Tuhan kepada orang Batak sungguh besar, sehingga dua puluhan tahun kemudian Tuhan mengirim Nomensen. Walau pengajarannya tidak tepat sesuai dengan Alkitab, na-mun ia membawa orang-orang Batak lebih dekat kepada kebenaran yang sebenar-benarnya. Setidaknya ia memperkenalkan Alkitab, Tuhan Yesus, dan berbagai hal kepada orang Batak. Kini GBI A GRAPHE melanjutkan pengajaran Munson dan Lyman. Pengajaran yang ingin disampaikan oleh mereka itulah yang sekarang dikumandangkan oleh GRAPHE. Kiranya orang-orang Batak akan memakai pikiran dan hati yang diberikan Tuhan untuk berpikir dan merenung. Karena Tuhan sedemikian mengasihi orang Batak, maka sepatutnya orang Batak mengasihi Tuhan dan mengasihi firman-Nya, bukan adat atau organisasi.***
Sumber: Dr. Suhento Liauw, Th.D dalam Jurnal Teologi PEDANG ROH Edisi 80, Juli-September 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar