Orang-orang Samaria Masih Mengikuti Agama Campuran
Agama Samaria adalah campuran yang kacau antara agama kafir dengan Yahudi yang bermula sejak dipindahkannya orang-orang kafir ke daerah tersebut oleh raja Asyur (2 Raja-raja 17:24-41). Secara luar biasa, agama ini masih hidup hari ini. Orang-orang Samaria menjaga Sabat dan memiliki perayaan korban tahunan yang disebut Pessah, yang sebagiannya didasarkan pada perayaan Paskah, tetapi gunung kudus mereka adalah Gn. Gerizim (disebut Grizim hari ini), dan bukan Gn. Moria. Gerizim adalah gunung yang dimaksud oleh Wanita di Sumur dalam percakapannya dengan Yesus (Yoh. 4:20). Pada perayaan Pessah, setiap keluarga mengorbankan dan makan seekor domba tanpa mematahkan sebuah tulangpun dan mereka memakannya dengan tergesa-gesa dengan tongkat di tangan seolah-olah sedang meninggalkan Mesir, persis seperti Paskah.
Tetapi roti yang dimakan, yang disebut maza, bukanlah roti tidak beragi; ia lembek dan bulat seperti roti pita. Dan ada perbedaan-perbedaan lain. Tahun ini, festival Samaria tersebut jatuh pada tanggal 28 April dan 7000 orang ikut serta, yang kebanyakannya adalah penonton yang tidak ikut serta. Orang-orang Yahudi bangga dalam hal mengikuti Kitab mereka dan memandang rendah orang-orang Samaria, tetapi pada kenyataannya mereka berdua sama sama tidak mengikuti Kitab itu hari ini. Bahkan, dalam satu aspek, perayaan Samaria lebih mirip Paskah dalam Alkitab dari yang dilakukan orang Yahudi hari ini, karena minimal mereka mencurahkan darah domba seperti yang diperintahkan Alkitab, walaupun mereka sama sekali tidak tahu apa makna dari domba tersebut. Paskah Yahudi hari ini berfokus bukan pada dombanya tetapi pada roti tidak beragi, yang disebut matzo. Fokus dalam Paskah bagi orang Yahudi yang saleh ada pada Seder, yaitu makan malam ritual yang sudah sangat tidak mirip dengan Paskah yang sejati. Makan malam ini didahului oleh pembersihan yang sangat teliti akan segala ragi (chametz), tetapi definisi ragi telah dibesar-besarkan oleh tradisi Yahudi yang sia-sia. Bagi orang-orang Yahudi Ortodoks, ragi termasuk semua barang yang berasal dari gandum/padi-padian yang tidak dimasak seluruhnya dalam waktu 18 menit setelah kena pada air, termasuk semua beras, jagung, dan kacang-kacangan. Bahkan, barang-barang demikian tidak boleh diberikan kepada binatang atau ternak sekalipun, tetapi harus dihancurkan atau dijual kepada orang non-Yahudi. Hal terutama yang dimakan pada Seder Yahudi adalah roti tidak beragi dan sayuran pahit, tetapi juga hal-hal seperti ikan, ayam atau kalkun bakar, dan juga daging sapi. Tetapi tidak ada domba! Sisa dari perayaan termasuk penyucian tangan, minum anggur (empat cangkir), berbagai berkat, dan pembacaan Kitab Suci dan tradisi Yahudi. Kitab Suci berkata “ karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa” (Im. 17:11). Yohanes Pembaptis bersaksi bahwa Domba Paskah menggambarkan Yesus sang Mesias (Yoh. 1:29). “Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk” (Roma 11:25).
Agama Samaria adalah campuran yang kacau antara agama kafir dengan Yahudi yang bermula sejak dipindahkannya orang-orang kafir ke daerah tersebut oleh raja Asyur (2 Raja-raja 17:24-41). Secara luar biasa, agama ini masih hidup hari ini. Orang-orang Samaria menjaga Sabat dan memiliki perayaan korban tahunan yang disebut Pessah, yang sebagiannya didasarkan pada perayaan Paskah, tetapi gunung kudus mereka adalah Gn. Gerizim (disebut Grizim hari ini), dan bukan Gn. Moria. Gerizim adalah gunung yang dimaksud oleh Wanita di Sumur dalam percakapannya dengan Yesus (Yoh. 4:20). Pada perayaan Pessah, setiap keluarga mengorbankan dan makan seekor domba tanpa mematahkan sebuah tulangpun dan mereka memakannya dengan tergesa-gesa dengan tongkat di tangan seolah-olah sedang meninggalkan Mesir, persis seperti Paskah.
Tetapi roti yang dimakan, yang disebut maza, bukanlah roti tidak beragi; ia lembek dan bulat seperti roti pita. Dan ada perbedaan-perbedaan lain. Tahun ini, festival Samaria tersebut jatuh pada tanggal 28 April dan 7000 orang ikut serta, yang kebanyakannya adalah penonton yang tidak ikut serta. Orang-orang Yahudi bangga dalam hal mengikuti Kitab mereka dan memandang rendah orang-orang Samaria, tetapi pada kenyataannya mereka berdua sama sama tidak mengikuti Kitab itu hari ini. Bahkan, dalam satu aspek, perayaan Samaria lebih mirip Paskah dalam Alkitab dari yang dilakukan orang Yahudi hari ini, karena minimal mereka mencurahkan darah domba seperti yang diperintahkan Alkitab, walaupun mereka sama sekali tidak tahu apa makna dari domba tersebut. Paskah Yahudi hari ini berfokus bukan pada dombanya tetapi pada roti tidak beragi, yang disebut matzo. Fokus dalam Paskah bagi orang Yahudi yang saleh ada pada Seder, yaitu makan malam ritual yang sudah sangat tidak mirip dengan Paskah yang sejati. Makan malam ini didahului oleh pembersihan yang sangat teliti akan segala ragi (chametz), tetapi definisi ragi telah dibesar-besarkan oleh tradisi Yahudi yang sia-sia. Bagi orang-orang Yahudi Ortodoks, ragi termasuk semua barang yang berasal dari gandum/padi-padian yang tidak dimasak seluruhnya dalam waktu 18 menit setelah kena pada air, termasuk semua beras, jagung, dan kacang-kacangan. Bahkan, barang-barang demikian tidak boleh diberikan kepada binatang atau ternak sekalipun, tetapi harus dihancurkan atau dijual kepada orang non-Yahudi. Hal terutama yang dimakan pada Seder Yahudi adalah roti tidak beragi dan sayuran pahit, tetapi juga hal-hal seperti ikan, ayam atau kalkun bakar, dan juga daging sapi. Tetapi tidak ada domba! Sisa dari perayaan termasuk penyucian tangan, minum anggur (empat cangkir), berbagai berkat, dan pembacaan Kitab Suci dan tradisi Yahudi. Kitab Suci berkata “ karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa” (Im. 17:11). Yohanes Pembaptis bersaksi bahwa Domba Paskah menggambarkan Yesus sang Mesias (Yoh. 1:29). “Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk” (Roma 11:25).
Seorang Pengkhotbah Ditangkap di Inggris Karena Mengatakan Bahwa Homoseksualitas Adalah Dosa
Berikut ini dari artikel “Christian Preacher on Hooligan Charge,” Daily Mail, 1 Mei 2010: “Seorang pengkhotbah jalanan Kristen telah ditangkap dan dituduh mengganggu ketertiban umum setelah ia mengatakan bahwa homoseksualitas adalah dosa. Dale Mcalpine sedang menyebarkan brosur kepada orang-orang yang sedang belanja ketika ia memberitahu seorang yang sedang lewat dan seorang petugas pembantu polisi bahwa sebagai seorang Kristen, ia percaya homoseksualitas adalah salah satu dosa yang melanggar Firman Allah. Mr. Mcalpine mengatakan bahwa ia tidak mengulangi pernyataan tentang homoseksualitas itu ketika ia berkhotbah dari atas sebuah tangga setelah selesai membagikan brosur. Tetapi ia diberitahu bahwa ada petugas polisi yang mengaku mendengar dia membuat pernyataan itu kepada seseorang di publik dengan suara yang keras yang dapat didengar oleh orang lain. Mr. Mcalpine, 42 tahun, yang bekerja di industri energi dengan gaji 40000 pound per tahun, ditangkap dan dibawa di belakang sebuah mobil van polisi ke stasiun polisi lokal setelah berkhotbah di kota Cumbrian di Workington pada tanggal 20 April. Setelah tujuh jam dikurung di sebuah sel, ia dituduh mempergunakan kata-kata yang menghina atau melecehkan atau tindakan yang berlawanan dengan Hukum Public Order tahun 1986. Mr. Mcalpine – yang telah berkhotbah di alam terbuka dan membagikan brosur di Workington selama bertahun-tahun, dan tidak pernah bermasalah dengan polisi – mengatakan bahwa insiden itu adalah salah satu yang terburuk dalam hidupnya. ‘Saya merasa sangat terpukul dan dipermalukan karena saya telah ditangkap di kota saya sendiri dan diperlakukan seperti seorang penjahat umum di hadapan orang-orang yang saya kenal,’ dia berkata. ‘Kebebasan saya diambil hanya karena pengakuan seseorang yang tidak suka apa yang saya katakan, dan saya dikenakan hukum yang tidak berlaku.’….Mr. Adams [petugas yang membuat Mcalpine ditangkap] telah menjadi anggota staf asosiasi LGBT (Lesbian Gay Bisexual Transgender) polisi di Cumbria dan tahun lalu mewakili kepolisian di festival Gay Pride di Manchester….Di situs Myspace-nya, ia menggambarkan orientasinya gay dan agamanya atheis….Para pembelanja di Workington cukup heran dengan apa yang terjadi pada Mr. Mcalpine. Rob Logan, asisten manajer dari toko handphone O2 dekat tempat Mcalpine berkhotbah, mengatakan bahwa ia sama sekali tidak keberatan. ‘Ia membagikan brosur, ia menyampaikan beritanya lalu ia pergi,’ kata Mr. Logan. ‘Ia tidak agresif atau mengancam. Ia lembut.’ Rev. Arthur Bentley-Taylor, 68 tahun, gembala dari Emmanuel Evangelical Church tempat Mr. Mcalpine kebaktian, mengatakan: ‘Menurut saya ini masalah kebebasan berbicara. Jika kita mau menangkap semua orang yang mengatakan sesuatu yang kita tidak suka, semua orang akan masuk penjara.’ Hukum Public Order tahun 1986 telah dipakai oleh polisi dalam beberapa kasus yang serupa.”
Berikut ini dari artikel “Christian Preacher on Hooligan Charge,” Daily Mail, 1 Mei 2010: “Seorang pengkhotbah jalanan Kristen telah ditangkap dan dituduh mengganggu ketertiban umum setelah ia mengatakan bahwa homoseksualitas adalah dosa. Dale Mcalpine sedang menyebarkan brosur kepada orang-orang yang sedang belanja ketika ia memberitahu seorang yang sedang lewat dan seorang petugas pembantu polisi bahwa sebagai seorang Kristen, ia percaya homoseksualitas adalah salah satu dosa yang melanggar Firman Allah. Mr. Mcalpine mengatakan bahwa ia tidak mengulangi pernyataan tentang homoseksualitas itu ketika ia berkhotbah dari atas sebuah tangga setelah selesai membagikan brosur. Tetapi ia diberitahu bahwa ada petugas polisi yang mengaku mendengar dia membuat pernyataan itu kepada seseorang di publik dengan suara yang keras yang dapat didengar oleh orang lain. Mr. Mcalpine, 42 tahun, yang bekerja di industri energi dengan gaji 40000 pound per tahun, ditangkap dan dibawa di belakang sebuah mobil van polisi ke stasiun polisi lokal setelah berkhotbah di kota Cumbrian di Workington pada tanggal 20 April. Setelah tujuh jam dikurung di sebuah sel, ia dituduh mempergunakan kata-kata yang menghina atau melecehkan atau tindakan yang berlawanan dengan Hukum Public Order tahun 1986. Mr. Mcalpine – yang telah berkhotbah di alam terbuka dan membagikan brosur di Workington selama bertahun-tahun, dan tidak pernah bermasalah dengan polisi – mengatakan bahwa insiden itu adalah salah satu yang terburuk dalam hidupnya. ‘Saya merasa sangat terpukul dan dipermalukan karena saya telah ditangkap di kota saya sendiri dan diperlakukan seperti seorang penjahat umum di hadapan orang-orang yang saya kenal,’ dia berkata. ‘Kebebasan saya diambil hanya karena pengakuan seseorang yang tidak suka apa yang saya katakan, dan saya dikenakan hukum yang tidak berlaku.’….Mr. Adams [petugas yang membuat Mcalpine ditangkap] telah menjadi anggota staf asosiasi LGBT (Lesbian Gay Bisexual Transgender) polisi di Cumbria dan tahun lalu mewakili kepolisian di festival Gay Pride di Manchester….Di situs Myspace-nya, ia menggambarkan orientasinya gay dan agamanya atheis….Para pembelanja di Workington cukup heran dengan apa yang terjadi pada Mr. Mcalpine. Rob Logan, asisten manajer dari toko handphone O2 dekat tempat Mcalpine berkhotbah, mengatakan bahwa ia sama sekali tidak keberatan. ‘Ia membagikan brosur, ia menyampaikan beritanya lalu ia pergi,’ kata Mr. Logan. ‘Ia tidak agresif atau mengancam. Ia lembut.’ Rev. Arthur Bentley-Taylor, 68 tahun, gembala dari Emmanuel Evangelical Church tempat Mr. Mcalpine kebaktian, mengatakan: ‘Menurut saya ini masalah kebebasan berbicara. Jika kita mau menangkap semua orang yang mengatakan sesuatu yang kita tidak suka, semua orang akan masuk penjara.’ Hukum Public Order tahun 1986 telah dipakai oleh polisi dalam beberapa kasus yang serupa.”
Sumber: Way of Life Ministry, Friday Church News Notes
Penerjemah: Dr. Steven E. Liauw
Graphe International Theological Seminary (www.graphe-ministry.org)
Untuk berlangganan, pilih opsi “Join Group” di: http://groups.yahoo.com/group/gits_buletin/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar