Penginjil terkenal Billy Graham barusan meninggal, dan ia dipuji oleh banyak kalangan bahkan beberapa mantan presiden Amerika juga memujinya. Sungguh Billy Graham adalah seorang yang paling dikagumi di sepanjang abad 20 oleh banyak orang Kristen. Tetapi di kalangan Kristen Fundamentalis beberapa hal dalam hidup Billy Graham sangat disesalkan. Ernest Pickering menulis sebuah buku tentang riwayat Billy Graham yang diberi judul The Tragedy of Compromise. Dalam buku tersebut diulas kehidupan Billy Graham dari dia kuliah theologi di Bob Jones University yang terkenal berposisi Fundamental, dan sebagai seorang pengkhotbah muda Baptis Fundamental, kemudian bergeser hingga terakhir membuat pernyataan yang sangat mengejutkan bukan hanya bagi kaum fundamentalis bahkan termasuk teman-temannya.
Penyebab Pergeseran Imannya
Di dalam diri manusia terdapat banyak keinginan. Keinginan yang paling dasar ialah akan makanan dan pakaian, serta tempat tinggal yang nyaman. Manusia juga memiliki keinginan akan kekuasaan sehingga terjadi perebutan kekuasaan yang bahkan menyebabkan pertumpahan darah. Salah satu keinginan lain manusia ialah keinginan disanjung, dihormati, bahkan dipuja-puji, dianggap sukses atau berhasil dan lain sebagainya.
Billy Graham ketika sebagai pengkhotbah Baptis muda yang sukses, mendapat tawaran demi tawaran. Sulit untuk menilai motivasi seseorang, bahkan kita sesungguhnya tidak boleh menilai motivasi seseorang. Tetapi yang bisa diamati ialah bahwa Billy Graham akhirnya memperluas kerjasama penginjilannya, lingkup orang-orang yang diajak kerja sama bukan lagi hanya orang-orang yang dokrinnya sama-sama alkitabiah, melainkan meluas hingga mengajak dari kalangan Katolik.
Ketika kita mulai menjulurkan tangan ke kelompok yang tidak alkitabiah untuk bekerjasama maka itu sesungguhnya sebuah tindakan kompromi yang akan menyeret untuk berlanjut terus tak bisa dihentikan hingga kepada kejatuhan. Itulah yang dilakukan oleh Raja Yosafat ketika ia menjulurkan tangan komprominya kepada raja Israel yang tidak di jalur Tuhan.
Sama seperti Billy Graham, hampir semua orang yang berada pada posisi demikian tidak mungkin bisa sadar sendiri. Biasanya diperlukan pihak lain untuk menyadarkannya bahwa dia sesungguhnya telah berkompromi, dan dalam keadaan bahaya menjadi keterusan dan kemudian akan jatuh ke posisi yang semakin jauh dari kebenaran.
Biasanya tidak semua nasihat apalagi teguran akan disikapi secara positif. Tidak sedikit teman-teman Billy Graham yang berusaha mengingatkannya bahwa sikapnya menggandeng berbagai pihak yang tidak sama posisi doktrinnya akan menyeretnya semakin jauh dari kebenaran, namun tidak ada yang mempan. Biasanya situasinya justru orang yang memberi nasihat akan dilihat oleh yang bersangkutan sebagai iri kepadanya, seolah-olah takut dia lebih maju dan berbagai sangkaan negatif. Pada umumnya orang yang jatuh ke dalam jurang kompromi sudah pasang kacamata kuda yang hanya lihat ke depan, tanpa peduli lagi dengan berbagai nasihat. Pikirannya telah terobsesi keberhasilan yang akan dicapai melalui tindakan kompromi tersebut.
Kalau Billy Graham kelihatannya penyebab komprominya ialah mengejar ketenaran, sedangkan banyak pengkhotbah yang berkompromi penyebabnya biasanya bukan mengejar ketenaran melainkan karena disupport dana. Gara-gara menginginkan support dana, atau mendapatkan keuntungan materi banyak pengkhotbah yang berubah haluan pelayanan, dan kemudian berubah doktrin, bahkan tidak sedikit yang menjadi mualaf. Ada pengkhotbah yang tadinya memegang doktrin Baptis, yaitu pembaptisan orang dewasa dan dengan selam, berubah menjadi pembaptis bayi dan dengan percik. Penyebabnya apa? Ternyata penyebabnya ialah mendapat support dana dari gereja pembaptis bayi.
Setelah pelayanan lebih tiga puluh tahun, sambil mengamati sepak terjang berbagai pengkhotbah, saya dapatkan kebanyakan pengkhotbah sangat kuat bertahan menghadapi kesulitan bahkan penganiayaan, tetapi tidak sanggup bertahan ketika ditimpuki duit atau materi. Banyak orang Kristen sangat kuat menghadapi tantangan kesulitan hidup, bahkan penganiayaan, tetapi banyak orang Kristen atau pengkhotbah sungguh tidak kuat menghadapi godaan kemewahan. Jika diancam dengan penganiayaan agar merubah iman dan doktrinnya, ia akan mempertahankan doktrinnya dengan gagah perkasa bahkan rela mati. Tetapi jika dipancing dengan bantuan dana, ia akan seperti ikan yang mulutnya terkait mata pancing karena memakan umpan bantuan dana. Terlebih jika yang bersangkutan diberikan gambaran kesuksesan dan ketenaran yang akan dicapai dengan bantuan itu, maka hampir tidak ada yang bertahan. Kesimpulannya orang Kristen dan pengkhotbah lebih gampang dikalahkan dengan uang dan ketenaran daripada dengan penganiayaan.
Seberapa Dalam Kompromi Bisa Menjatuhkan Seseorang?
Dalam hidup kita sesungguhnya terdapat banyak contoh kejatuhan karena kompromi. Salomo seorang yang paling berhikmat, akhirnya tak berdaya ketika berhadapan dengan wanita-wanita di sekelilingnya. Dia tidak tegas ketika raja-raja yang mau bersahabat dengannya mungkin mengirim putrinya yang tercantik agar bisa menjadi mertuanya. Ketika terjadi kompromi sedikit, maka kompromi itu tidak bisa dihentikan, berkompromi itu mirip kondisinya dengan ketagihan narkoba.
Dalam hidup kita sesungguhnya terdapat banyak contoh kejatuhan karena kompromi. Salomo seorang yang paling berhikmat, akhirnya tak berdaya ketika berhadapan dengan wanita-wanita di sekelilingnya. Dia tidak tegas ketika raja-raja yang mau bersahabat dengannya mungkin mengirim putrinya yang tercantik agar bisa menjadi mertuanya. Ketika terjadi kompromi sedikit, maka kompromi itu tidak bisa dihentikan, berkompromi itu mirip kondisinya dengan ketagihan narkoba.
Ternyata bukan dongeng bahwa orang yang posisinya setinggi Billy Graham bisa jatuh sebegitu dalam. Tetapi sesungguhnya Lucifer jauh lebih tinggi dari Billy Graham, dan ia sudah jatuh dan tentu lebih dalam lagi. Adam dan Hawa sedang berada di taman Eden yang tentu sangat indah, dan mereka jatuh karena tergoda iblis yang merangsangnya agar ingin menyamai Allah yang maha mulia dan maha kuasa.
Seandainya tanpa menyebut nama Billy Graham, jika kita tanya seseorang, apakah pendapat Anda tentang orang yang mengatakan bahwa umat agama lain semuanya akan samasama masuk Sorga? Apakah pernyataan ini adalah sebuah pernyataan seorang Kristen yang lahir baru? Saya yakin hampir semuanya akan berkata bahwa orang yang membuat pernyataan ini bukan seorang Kristen lahir baru atau orang yang sungguh-sungguh mengerti kebenaran.
Pada Pedang Roh Edisi 94, edisi yang lalu, saya membahas tentang OSAS (Once Saved Always Saved), bahwa itu adalah doktrin calvinistik yang disimpulkan secara salah. Mereka yang memegang teguh doktrin OSAS ngotot bahwa orang Kristen lahir baru tidak mungkin bisa murtad, tidak mungkin bisa berubah imannya. Tetapi beberapa pendukung OSAS dari kalangan Fundamentalis terdiam ketika disodorkan kasus Billy Graham, yang membuat pernyataan bahwa umat agama lain yang tidak mengenal Yesus adalah anggota tubuh Kristus dan mereka akan berada di Sorga bersama kita. Logika yang paling simple saja bisa menyimpulkan bahwa kalau umat semua agama akan masuk Sorga, lalu untuk apakah kita repot-repot mengirim misionari untuk menobatkan mereka?
Kita biarkan saja petapa di gunung Himalaya teruskan pertapaannya karena dia akan masuk Sorga. Demikian juga dengan penyembah berhala di Tibet dan Thailand yang menyembah patung, kita biarkan saja. Pendukung OSAS terdiam karena doktrin mereka bahwa orang yang sudah lahir baru tidak akan berubah dari percaya menjadi tidak percaya, saat dihadapkan dengan perubahan yang terjadi pada Billy Graham. Dia pasti masih tetap percaya bahwa Yesus Kristus adalah juruselamat sesuai dengan khotbahnya yang bertahun-tahun. Tetapi melalui pernyataannya menunjukkan bahwa dia juga percaya orang yang tidak percaya Yesus tetap akan masuk Sorga.
Setidaknya Billy percaya bahwa untuk masuk Sorga tidak harus bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus. Seberapa dalam Billy Graham jatuh? Dalam wawancara TV di Robert Shuller Show, Billy ditanya bagaimana dengan nasib orang-orang yang di luar Yesus? Billy menjawab bahwa dia percaya mereka sesungguh mencari Tuhan dan mereka berpaling kepada terang yang ada pada mereka. Mereka semua akan bersama kita di Sorga. Setelah tua ternyata Billy Graham berubah dari yang tadinya yakin masuk Sorga hanya melalui Yesus Kristus, menjadi di luar Yesus Kristus pun ada keselamatan. Ini bukan hal yang untuk ditertawakan melainkan menjadi peringatan bagi setiap orang Kristen, terutama pengkhotbah. Tuhan berkata
bahwa kita harus terpisah dari dunia, dan jangan kita menjadi serupa dengan dunia ini.
Ada slogan yang sering diucapkan orang, kasih memeluk doktrin memisahkan. Seharusnya kedua hal tersebut tidak membingungkan anak-anak Tuhan. Kita mengasihi seseorang, dan kita tahu persis dari Doktrin Keselamatan Alkitabiah bahwa tanpa bertobat kepada Yesus Kristus orang yang kita kasihi itu akan binasa, maka pertunjukan kasih yang paling besar kepadanya bukan membelikannya rumah atau mobil, melainkan memberitakan Jalan Keselamatan Alkitabiah.
Jika kita turunkan standar Alkitab yang keselamatan hanya di dalam Yesus Kristus menjadi tanpa Yesus manusia bisa masuk Sorga, dan akhirnya orang-orang tidak merasa perlu bertobat dan percaya Yesus, maka sesungguhnya kita tidak mengasihi mereka, karena akhirnya mereka tetap masuk Neraka dan mereka hanya dihiburkan atau lebih tepat ditipu dengan dusta bahwa mereka baik-baik saja dan akan masuk Sorga. Kasih yang sesungguhnya ialah mengingatkan dengan kebenaran sekalipun kebenaran itu sangat pahit bahkan sangat menyakitkan.
Tragedi Billy Graham sesungguhnya harus menjadi peringatan bagi setiap anak Tuhan, apalagi pengkhotbah. Pentahbisan sesungguhnya adalah momen sumpah setia, yaitu setia kepada Tuhan, dan kepada kebenaran. Terlebih ketika kedatangan Tuhan mendekat, iblis bekerja lebih dahsyat, maka anak-anak Tuhan harus serius mempertahankan kebenaran, terlebih seorang pengkhotbah. Kita harus berani berdoa, Tuhan jika Tuhan tahu saya akan berubah setia sepuluh tahun ke depan, lebih baik untuk menghindari itu melalui ambil saya sekarang. Untuk apa hidup sampai umur 90-an tahun jika akhirnya berubah setia kepada kebenaran.**
Sumber: Dr. Suhento Liauw, Th.D dalam Buletin PEDANG ROH Edisi 95
Tidak ada komentar:
Posting Komentar