Penerjemah: Dr. Steven E. Liauw
Graphe International Theological Seminary (GITS) Jak-Ut
HOMOSEKSUAL NGAMUK
Setelah diluluskannya undang-undang Proposition 8 di Kalifornia, yang
melarang pernikahan homoseksual, para homoseks mempertunjukkan semangat anti-Kristen mereka yang tidak toleran. Pada tanggal 16 November, ada demonstrasi di 300 kota di seluruh Amerika. Dengan memfitnah keyakinan
Kristiani melawan homoseksual sebagai “kebencian,” para pemrotes membawa
berbagai papan yang bertuliskan “Don’t Spread H8.” Para pemrotes terkadang
menggunakan kekerasan dan menargetkan orang-orang Mormon, Gereja Katolik, Injili, Pantekosta, dan yang lainnya yang mendukung pelarangan itu. Para homoseks mengklaim bahwa kasus mereka adalah kasus hak asasi, dengan slogan-slogan seperti “Gay adalah kulit hitam yang baru,” walaupun
sebagian besar orang kulit hitam dan Hispanik mendukung larangan
Kalifornia atas “pernikahan” sama jenis. Beratus-ratus aktivis homoseksual
yang ganas menargetkan gereja Rick Warren Saddleback Church pada tanggal 9
November, walaupun dia dan istrinya telah sengaja menyatakan “toleransi”
mereka akan kerusakan moral para homoseks dan juga menyatakan sedia untuk bekerja dengan mereka untuk membangun “kerajaan Allah.” Cindy Gorman,
seorang resepsionis gereja tersebut mengatakan bahwa ia menerima lusinan
telpon yang marah-marah dan yang mengancam. Mereka mengatakan, “Kalian
dalam bahaya” (”Homosexuals Protest Warren’s Church,” CNSNews.com, 14 Nov. 2008). Dalam sebuah protes di Palm Springs, California, seorang wanita 69
tahun yang memikul sailb Styrofoam diludahi dan dipukul kepalanya. Salib
itu dirobek dari tangannya dan diinjak-injak hingga hancur. Insiden ini
tertangkap oleh video dari KPSP-TV-Chanel 2, yaitu afiliasi CBS di Palm
Springs, dan dimasukkan dalam YouTube (Ibid., CNSNews.com) . Wanita itu
memberitahu koran Desert Sun bahwa “mereka seperti kumpulan anjing.”
Tanggal 14 November, beratus-ratus homoseksual menyerang sebuah grup
Kristen di Distrik Castro, San Francisco, sambil menyerukan kata-kata
kotor, menyiram mereka dengan kopi panas, memukul salah satu dari mereka
di kepala dengan Alkitab, menendang mereka, dan mengancam akan membunuh mereka (”Sparks Fly as `Gay’ Activist Mob Swarms Christians,”
WorldNetDaily, 17 Nov. 2008). Para Kristen itu bahkan bukan sedang
berkhotbah, melainkan hanya berdoa dan menyanyikan himne. Pada tanggal 9
November, para pemrotes homoseksual yang berafiliasi dengan Bash Back,
mengganggu jalannya sebuah kebaktian di Mount Hope Church di Lansing,
Michigan, yang masuk denominasi Sidang Jemaat Allah. Para aktivis
(homoseks) tersebut membunyikan alarm kebakaran, menggantung banner dari
balkon, melempar selebaran dan kondom dan confetti, sambil meneriaki para
anggota jemaat, menampilkan sebuah salib merah muda yang terbalik, dan
menggunakan sebuah megafon untuk menyerukan slogan-slogan seperti “Yesus homo” (”Gay Rights Protesters Disrupt Sunday Service,” Lansing State
Journal, 12 Nov. 2008; “Gay Anarchist `Action’ Hits Church,” Lansing City
Pulse, 11 Nov. 2008). Dua orang lesbian berdiri di mimbar dan berciuman.
Para pemrotes lainnya, yang menyebut diri mereka sendiri sebagai “fags,”
lari bolak-balik di lorong gereja. Selebaran-selebaran yang mereka
lemparkan menyatakan, “Kami spesialis dalam mengkonfrontasi homofobia,
transfobia, dan sebuah bentuk opresi lainnya.” Departemen sheriff
berespons, tetapi seolah-olah tidak serius, sebagaimana tipikal dalam
kekacauan yang disebabkan oleh homoseksual; mereka tidak menahan
siapa-siapa atau mengajukan tuntutan. Jika orang Kristen yang melakukan
semua itu dalam sebuah rally homoseksual, maka anda bisa pasti mereka akan
ditangkap dan dituntut undang-undang “kebencian,” and media akan menyoroti kelakuan seperti itu di depan publik 24 jam sehari. Pada tahun 2004,
sebelas orang Kristen dalam organisasi Repent America ditangkap dan
dituntut dengan berbagai kejahatan, hanya karena mereka melakukan protes
terhadap sebuah “Outfest” (semacam festival) homoseksual di Philadelphia.
OBAMA MENOLAK DOKTRIN ALKITAB TENTANG NERAKA
Dalam sebuah wawancara dengan Cathleen Falsani dari Chicago Sun Times,
Barack Obama dengan jujur mengatakan bahwa ia tidak membaca Alkitab
ataupun berdoa secara reguler. Ia curiga terhadap dogma dan kepastian, dan
merasa bahwa “agama paling baiknya harus disertai dosis keraguan yang
besar” (”Obama’s Fascinating Interview with Cathleen Falsani,” BeliefNet,
11 Nov., 2008). Ia percaya bahwa Yesus adalah seorang guru yang hebat,
bahwa dosa adalah “keluar dari jalur nilai-nilai pribadi saya,” dan bahwa
surga bisa saja “sekarang ini atau nanti.” Ia tidak “berani berasumsi tahu
apa yang akan terjadi setelah saya mati.” Walaupun ia mengklaim menolak
dogmatisme agama, tetapi ia secara dogmatis menolak doktrin tentang
neraka. Ia menolak “kepercayaan bahwa orang yang tidak menerima Yesus
Kristus sebagai juruselamat pribadi mereka akan pergi ke neraka.” Ia
mengatakan, “Saya sulit untuk percaya bahwa Allah saya akan memasukkan
empat per lima dunia ini ke dalam neraka. Saya tidak dapat membayangkan
Allah saya akan membiarkan seorang anak kecil Hindu di India yang tidak
pernah berinteraksi dengan iman Kristen untuk dibakar selamanya. Itu
bukanlah bagian dari kepercayaan agama saya.” Obama meninggekan pemimpin agama Hindu, Gandhi, sebagai “contoh hebat akan seorang rohaniwan yang
mendalam” dan mengatakan bahwa FoxNews dan acara bincang-bincang radio
“kadang-kadang berbahayan.” Barack Obama adalah presiden Amerika pertama
yang beraliran New Age. Oleh sebab itulah ia didukung oleh Oprah Winfrey
dan dalam pidato penerimaannya ia berbicara penuh dengan filosofi New Age.
Tak diragukan lagi, ia akan membawa kemajuan bagi segala gerakan
anti-Kristen, termasuk homoseksualitas, environmentalism, feminisme,
aborsi, globalisme, sosialisme, dan Islam. “Toleransi” yang dia bawakan
merangkul semua pihak kecuali orang-orang percaya Alkitabiah, dan
ketidaksukaannya akan dogmatisme ternyata tidak berlaku bagi dogmatisme
menolak pengajaran-pengajar an Alkitab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar