Misionari dan penjelajah Kristen yang terkenal, David Livingstone telah menghilang tanpa jejak dalam suatu perjalanan ke daerah-daerah pedalaman Afrika Tengah. Berita terakhir yang dapat dipercaya mengenai ekspedisinya mengabarkan bahwa Livingstone menderita sakit, tidak mempunyai persediaan bahan-bahan keperluan sehari-hari, dan telah ditinggalkan oleh para penunjuk jalannya. Setelah lebih dari satu tahun berlalu tanpa kabar dari Afrika, banyak orang Eropa beranggapan bahwa ia telah hilang selamanya. Akan tetapi, satu kelompok kecil pendukungnya di London merasa yakin bahwa mereka patut mengirim suatu misi penolong untuk menyelamatkan putra Skotlandia terbaik itu. Grup ini menyediakan perlengkapan bagi Henry M. Stanley, seorang penjelajah yang ulung, untuk mengadakan suatu ekspedisi untuk mencari dan menemukan Livingstone.
Stanley berangkat dan menempuh suatu perjalanan yang sulit melintasi hutan belukar dan sungai-sungai benua Afrika yang asing baginya untuk mengetahui dimana David Livingstone berada. Pada awal perjalanannya, Stanley membawa banyak koper besar, beberapa di antaranya berisi 73 buku favoritnya. Buku-buku yang dijilid dengan karton tebal tersebut beratnya 180 pon. Ketika ia dan orang-orang Afrika yang memikul barangnya mulai diliputi keletihan setelah melakukan perjalanan yang sulit melintasi hutan belukar sepanjang 300 mil, Stanley mulai meninggalkan atau membakar buku-buku berharganya untuk menyalakan api setiap malam (walaupun sebenarnya ia segan melakukannya). Seraya mereka terus melintasi hutan, jumlah buku perpustakaan Stanley menyusut sampai akhirnya tinggal satu buku saja, yakni Alkitabnya yang berharga. Dengan pertolongan supernatural dari Allah, Stanley akhirnya menemukan pelayan Allah yang mulia itu dan menyapanya dengan kata-kata yang sudah tidak asing lagi, ”Kalau saya tidak salah, Bapak adalah Dr. Livingstone?” Kedua penjelajah itu berbincang-bincang mengenai iman pribadi mereka yang kokoh dalam Yesus Kristus. Livingstone menceritakan kepada Stanley bagaimana banyak suku telah bertobat dan menerima iman dalam Kristus walaupun sebelum itu mereka telah terlibat dalam kanibalisme. Ketika kembali dari perjalanannya yang amat mengesankan, Stanley melaporkan bahwa ia telah membaca Alkitab kesayangannya dari Kejadian sampai Wahyu sebanyak 3 kali selama perjalanan yang panjang itu.
Seraya Anda membaca buku Tanda Tangan Allah ini dan menemukan pelbagai hal yang menakjubkan, saya harap Anda juga merasakan getaran sukacita yang saya alami ketika Tuhan memimpin saya untuk meneliti tanda-tanda yang merupakan bukti luar biasa tentang inspirasi Kitab Suci yang saya bagi kepada Anda dalam buku ini. Saya harap buku ini dapat menjadi sumber yang memberikan manfaat besar bagi para gembala jemaat maupun keluarga-keluarga yang membutuhkan bantuan dalam menyediakan hasil-hasil penelitian terbaru yang membuktikan otoritas firman Allah bagi mereka yang sedang mencari kebenaran Allah. Doa saya adalah informasi yang saya bagikan dalam buku ini akan memampukan banyak pembaca untuk memulihkan keyakinan mereka pada Alkitab sebagai Firman yang diilhamkan Allah. Dengan demikian, mereka kemudian dengan penuh kepercayaan dapat mempelajari Kitab Suci, dalam pengetahuan bahwa Allah telah menyediakan bukti bahwa Alkitab adalah benar-benar firman Allah karena tanda tangan-Nya tampak di seluruh halamannya. Rasul Paulus menulis kepada semua orang Kristen sebagai berikut, ”Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2 Timotius 3:16)
Dikutip dari buku Tanda Tangan Allah, hal 20-21, Grant R, Jeffrey, YPI Imanuel, Cetakan I, 1999. Buku yang sangat bagus berisi bukti-bukti penelitian arkeologi dan penelitian Kitab Suci mengenai Kebenaran-Kebenaran Alkitab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar