Surat Ibrani ditulis kepada orang-orang Ibrani (Yahudi) diaspora, yang dapat dipercayai bahwa penulisnya adalah Rasul Paulus. Pertama, penulis adalah orang dekat dengan Timotius sesuai dengan salam di akhir surat (13:23). Kedua, dalam lingkaran orang dekat Timotius tidak ada orang yang memiliki pemahaman lebih tentang kitab PL dan keyahudian selain Rasul Paulus. Ketiga, jemaat mula-mula tidak mungkin menerima sembarangan tulisan sebagai firman Tuhan. Sekurang-kurangnya tulisan tersebut diketahui oleh Rasul dan disetujui oleh Rasul.
Jangan Mengabaikan Keselamatan
Di pasal 1 surat Ibrani, Paulus menekankan bahwa Yesus Kristus adalah Mesias yang dinanti-nantikan oleh segenap bangsa Yahudi (1:8-9). Bahwa Yesus adalah Anak Allah. Di pasal 2 Paulus berkata bahwa keselamatan dari Allah itu sedemikian nyata, dan pertama-tama diberitakan oleh Tuhan sendiri (2:3) dan kemudian dilanjutkan oleh mereka yang pernah mendengarnya dengan cara yang dapat dipercaya. Tuhan meneguhkan pemberitaan mereka dengan mujizat dan berbagai pernyataan kekuasaan.
Bahkan di pasal 2 ini Paulus berkata bahwa Allah telah merendahkan Yesus Kristus hingga di bawah malaikat, dan kemudian setelah menyelesaikan tugasNya dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat (2:9). Dengan kematianNya ia telah memusnahkan iblis yang berkuasa atas maut. Semua ini dilakukan untuk memberikan kelepasan kepada setiap orang yang percaya kepadaNya. Pasal 3 Paulus memulai dengan, “Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi,” (Heb 3:1 ITB).
Paulus tahu audiansnya adalah orang-orang yang telah diselamatkan, oleh sebab itu ia menyapa mereka dengan saudara yang kudus, dan ditambah dengan yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi. Pada ayat 6 Paulus berkata bahwa “Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan” (Heb 3:6 ITB).
Perhatikan anak kalimat “jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang” yang sangat jelas bahwa orang yang telah percaya HARUS setia sampai akhir, dan berarti ada kemungkinan tidak setia sampai akhir. Di pasal 3 ini juga Paulus berkata, “Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula” (Heb 3:14 ITB). Kembali Paulus berbicara kepada orang yang telah diselamatkan yang telah beroleh bagian di dalam Kristus. Tetapi ada tambahan ASAL (μέχρι) adalah conjunction until yang biasanya diterjemahkan dengan as far as, sejauh, yaitu sejauh kamu teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman yang semula.
Harus Setia Sampai Akhir
Sampai pada pasal 3 sudah jelas Paulus berusaha mengingatkan kepada pembacanya bahwa mereka tidak boleh lengah, mereka harus bertekun di dalam iman, dan mereka harus setia sampai akhir. Pada pasal 4 Paulus berbicara tentang hari perhentian yang tergenapi di dalam Yesus Kristus. Dan di pasal 5 dan 7 dijelaskan bahwa Yesus Kristus sesungguhnya adalah imam besar, bukan menurut aturan Harun, karena Kristus bukan keturunan Harun, melainkan menurut aturan Melkisedek.
Pada pasal 6 Paulus sangat khusus menjelaskan tentang bahaya murtad. Ia menggambarkan 5 kondisi untuk
memastikan bahwa orang tersebut telah diselamatkan bahwa mereka telah “pernah diterangi hatinya, pernah
mengecap karunia sorgawi, dan pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang,” (Heb 6:4-5 ITB). Tetapi jika mereka MURTAD, maka tidak bisa dibaharui lagi karena itu sama dengan dosa menyalibkan Kristus kedua kali.
Paulus, yang saya yakini penulis surat Ibrani ini, ingin pesan intinya sampai kepada pembacanya, sehingga ia menyebut sampai 5 kondisi orang yang diperingatkannya agar tidak murtad. Dan jika orang tersebut murtad, maka Ἀδύνατον (adunaton) atau tidak mungkin (impossible) bisa diperbaharui lagi.
Orang yang lahir baru adalah orang yang telah mengakui Yesus tersalib karena dosanya, berarti dialah yang telah menyalibkan Kristus. Kalau dia murtad, dan kemudian mau balik lagi, itu berarti dia akan menyalibkan Kristus untuk kedua kalinya, ini tidak mungkin boleh terjadi. Jadi dosa murtad adalah dosa yang tak terampunkan.
Tetapi hanya Tuhan yang tahu siapa saja yang sudah lahir baru, dan dosa ini tidak terjadi oleh Kristen KTP karena yang KTP justru belum pernah menyalibkan Kristus satu kali. Pasal 8 dan 9 Paulus berbicara tentang
imam besar dan seputar tempat kudus sorgawi. Ini adalah tempat yang dijanjikan kepada orang-orang yang
berpegang teguh pada keyakinan imannya yang semula.
Pasal 10 kembali Paulus bicara tentang ketekunan, bahwa perlu sering berjemaat, karena ini merupakan faktor yang sangat menguatkan iman (10:25). Jangan sampai melakukan dosa yang tidak ada korban lagi untuk menghapusnya (ayat 26). Dosa apa ini yang begitu dahsyat? Sudah pasti bukan dosa perbuatan seperti bohong, berzinah dan lain-lain. Sebab jika orang yang sudah lahir baru berbohong tidak ada korban lagi untuk dosa itu, maka tidak ada satu orang pun akan masuk Sorga.
Dosa itu dijelaskan di ayat 29, “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia” (Heb 10:29 ITB). Ini adalah dosa doktrinal, yaitu menyangkali iman. Di ayat 35 diperjelas bahwa itu adalah sikap hati melepaskan kepercayaan, atau murtad, atau di ayat 38 disebut mengundurkan diri.
Kelompok pembela OSAS tanpa ayat dan argumentasi percaya kalau murtad itu artinya dari awal orang tersebut memang belum lahir baru. Pernyataan ini sama sekali tidak berdasarkan Alkitab melainkan berdasarkan asumsi saja.
Pasal 11 Paulus mendaftar pahlawan iman, maksudnya inilah orangorang yang bertahan sampai akhir tidak murtad. Mereka dengan gagah berani menanggung siksaan yang luar biasa dengan iman. Dunia ini tidak layak bagi mereka (11:38). Di pasal 12 kembali Paulus menasihatkan agar bertekun di dalam iman. pada ayat 15 Paulus berkata, jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, artinya jangan ada satu orang pun yang murtad. Di ayat 25 ditegaskan lagi, “Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman.
Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga? (Heb 12:25 ITB). Pasal 13 berisi nasihat dan doa. Siapapun yang tidak melihat surat Ibrani ditulis untuk memperingatkan orang agar tidak murtad, telah gagal mempelajari surat tersebut. Penulis memberi nasihat khusus kepada kaum Ibrani yang sudah diselamatkan agar setelah mereka diselamatkan, tidak sampai murtad, atau melepaskan iman mereka.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar