Penginjilan adalah salah satu mandat agung yang Tuhan Yesus perintahkan sendiri (Mat. 28:19-20). Namun faktanya adalah kita sangat sulit memberitakan Injil khususnya kepada orang-orang di zaman sekarang yang mengilahkan subjektivisme ini. Oleh karena itu, cara penginjilan kepada orang-orang di zaman sekarang harus berbeda dengan cara penginjilan biasa (misalnya: membagikan traktat, dll). Kepada orang-orang di zaman sekarang, kita harus memilih cara penginjilan relasional. Artinya, sebelum memberitakan Injil, kita harus membangun sebuah relasi/hubungan dengan orang-orang yang akan kita injili, misalnya menanyakan kabar, dll, lalu dari situ kita baru masuk ke intinya yaitu imannya. Ini disebut sebagai pra-penginjilan. Bagaimana metode kita mengembangkan pra-penginjilan yang efektif sambil berapologetika kepada orang-orang di zaman ini?
Temukan jawabannya dalam:
Temukan jawabannya dalam:
Buku CONVERSATIONAL EVANGELISM
oleh:
Prof. Norman L. Geisler, Ph.D. dan
David N. Geisler, D.Min.
oleh:
Prof. Norman L. Geisler, Ph.D. dan
David N. Geisler, D.Min.
Penerjemah: C. Krismariana W. dan Elisabeth Chandra
Penerbit: Komunitas Katalis, Yayasan Gloria, Yogyakarta, 2010
Di dalam buku ini, Dr. Norman dan David Geisler mengemukakan bagaimana memberitakan Injil kepada orang-orang di zaman sekarang. Di bagian awal, mereka menjelaskan kondisi zaman sekarang yang harus kita mengerti sebagai dasar pikir model penginjilan baru. Kemudian, mereka menjelaskan definisi penginjilan secara percakapan (Conversational Evangelism). Setelah itu, mereka menjelaskan 4 tahap di dalam Conversational Evangelism dengan 4 analogi: pemusik, pelukis, arkeolog, dan ahli bangunan. Kemudian, mereka menjelaskan bagaimana orang Kristen menghadapi orang-orang dengan berbagai wawasan dunia. Tujuan dari semua “teknik” Conversational Evangelism ini adalah untuk membawa orang lain kepada Kristus. Sebagai kesimpulan, di bagian lampiran, mereka memaparkan bagaimana orang Kristen mempertanyakan orang-orang dari berbagai wawasan dunia, lalu membawanya kepada Kristus. Uniknya, di dalam bagian akhir setiap bab, mereka menyajikan perenungan dan penerapan setiap bab sebagai langkah komitmen bagi para pembaca.
Orang-orang belum percaya memiliki tingkat kesiapan yang berbeda-beda dalam menerima Injil. Melalui Conversational Evangelism, Norman dan Dave Geisler mendorong dan menolong setiap orang kristen untuk mengoptimalkan setiap interaksi yang kita miliki dengan orang-orang dan keluarga yang belum percaya agar dapat menjadi sarana untuk membawa orang selangkah lebih dekat kepada Kristus.
- Kebutuhan Pra-Penginjilan dalam Dunia Post-Modern
- Pengantar untuk Conversational Evangelism
- Mempelajari Peran Pemusik
- Mempelajari Peran Pelukis
- Mempelajari Peran Arkeologi
- Mempelajari Peran Ahli Bangunan
- Seni Mengajukan Pertanyaan Kepada Orang Dengan Pandangan-dunia yang Berbeda
- Seni Menjawab Keberatan-keberatan Sambil Tetap Maju
- Mengatasi Kesalahpahaman yang Dapat Mempengaruhi Penginjilan
- Kesimpulan
- Daftar Bahan untuk Penginjilan dan Apologetika
- Lampiran 1: Strategi Percakapan Pra-penginjilan
- Lampiran 2: Pelatihan Percakapan Pra-Penginjilan
- Lampiran 3: Mendengarkan Hal-hal yang Tidak Konsisten dalam Kepercayaan Orang
- Lampiran 4: Nada-nada Sumbang di Antara Kepercayaan Kristen
- Lampiran 5: Pertanyaan-pertanyaan Kunci untuk Ditanyakan Orang Belum Percaya Daftar Pustaka
Rekomendasi:
“Setiap gereja akan mendapatkan manfaat dengan mengintegrasikan konsep-konsep dari Conversational Evangelism ke dalam program penginjilan dan strategi mereka!”
Rev. Josh McDowell, M.Div., LL.D. (HC)
(Presiden dari Josh McDowell Ministry dan penulis buku terkenal “Evidence That Demands A Verdict”; Master of Divinity—M.Div. dari Talbot Theological Seminary, California, U.S.A. dan dianugerahi gelar Doctor of Laws—LL.D. dari Simon Greenleaf School of Law)
“Conversational Evangelism sungguh merupakan pemaparan yang menawan dan efektif tentang bagaimana orang-orang skeptis memandang Injil dan bagaimana kita sebagai orang percaya bisa membantu mereka menemukan sendiri kebenaran yang mengubahkan hidup. Tanpa mengabaikan peran penting yang tidak terpisahkan dari Roh Kudus dalam proses tersebut, David dan Norman memberikan banyak contoh bagaimana mengajukan pertanyaan-pertanyaan terarah yang tepat, serta menunjukkan apa yang tidak konsisten antara kepercayaan dan perilaku seseorang, dapat mempersiapkan tanah hati mereka, membantu menyingkirkan hal-hal yang telah lama merintangi mereka untuk menerima Injil. Dengan antusias saya merekomendasikan metodologi pra-penginjilan mereka.”
Ravi Zacharias, M.Div., D.D. (HC), LL.D. (HC)
(Presiden dari Ravi Zacharias International Ministries—RZIM dan Distinguished Visiting Professor of Religion and Culture di Southern Evangelical Seminary, U.S.A.; Bachelor of Arts—B.A. di University of New Delhi; Bachelor of Theology—B.Th. di Ontario Bible College; M.Div. di Trinity Evangelical Divinity School, Deerfield, Illinois, U.S.A.; Doctor of Divinity—D.D. baik dari Houghton College, NY, maupun dari Tyndale College and Seminary, Toronto; dan LL.D. dari Asbury College di Kentucky.)
“Conversational Evangelism tepat mengenai sasaran! Pendekatan ini mirip dengan yang kita lakukan ketika memimpin kelompok kecil dari orang-orang yang sedang mencari kebenaran rohani – yaitu dengan mengajukan pertanyaan yang relevan sehingga orang dapat menemukan sendiri kebenaran-kebenaran dalam Alkitab – dan ini merupakan salah satu cara yang paling efektif dan kuat untuk menjangkau dan menolong orang melintasi batas iman.”
Rev. Garry Poole
(Ketua Bidang Penginjilan di Willow Creek Community Church, U.S.A. dan penulis buku Seeker Small Groups)
“Conversational Evangelism menyegarkan dalam segi format maupun isinya. Saya belum pernah menemukan hal apa pun yang mirip dengan metode ini untuk menangani hal-hal yang sebenarnya menghalangi kebanyakan orang sebelum mereka mau terbuka untuk mendengarkan Injil.”
Rev. Erin Kerr
(Pendeta Bidang Penginjilan di Saddleback Church, U.S.A.)
“Conversational Evangelism adalah cara yang luar biasa untuk membawa bukti-bukti iman Kristen kepada teman-teman, rekan kerja, dan sesama kita yang belum percaya. Tanpa perlu bersusah payah, mereka yang hanya punya pengetahuan dasar mengenai apologetika, kini dapat menerapkan pengetahuan ini. Saya belum pernah melihat ada program yang seperti ini.”
Prof. Michael R. Licona, Ph.D.
(Direktur Apologetics and Interfaith Evangelism di North American Mission Board {Southern Baptist Convention}, Research Professor of New Testament at Southern Evangelical Seminary, U.S.A., dan anggota dari: the Evangelical Philosophical Society, the Institute for Biblical Research, and the Society of Biblical Literature; Master of Arts—M.A. dalam bidang Studi Agama di Liberty University dan Doctor of Philosophy—Ph.D. dalam bidang Studi Perjanjian Baru di University of Pretoria)
“Kebenaran paling baik disampaikan dalam wilayah hubungan antar pribadi. Dan sarana terbaik untuk membangun hubungan adalah seni membangun percakapan dari hati ke hati. Berkaitan dengan hal itu, Conversational Evangelism adalah sebuah sarana yang sangat diperlukan untuk menyampaikan Injil dengan awal yang bersahabat dan tidak membuat orang merasa diserang. Model pra-penginjilan yang baru ini peka terhadap orang-orang yang sedang mencari kebenaran, berpusat pada Firman, dan digerakkan oleh tujuan. Model ini dirancang untuk menarik orang agar mau mendengarkan, seperti yang Yesus lakukan ketika Dia memulai percakapan penginjilan dengan seorang perempuan Samaria di sumur Yakub (Yoh. 4).”
Rev. Edmund Chan, M.A.
(Pendeta Senior di Covenant Evangelical Free Church, Singapore dan penulis buku Built to Last dan Growing Deep in God; M.A. dalam bidang Misi dengan predikat summa cum laude di Trinity Evangelical Divinity School, U.S.A.)
“Sebagian besar kursus penginjilan mengajarkan kita bagaimana untuk menuai, sehingga menciptakan sebuah mentalitas yang sangat berpusat pada presentasi dan tantangan menerima Injil. Namun, dalam kehidupan nyata, pertobatan lebih merupakan sebuah proses yang memakan waktu. Conversational Evangelism membuka mata kita pada sejumlah usaha yang harus kita investasikan dalam memahami seseorang sebelum kita dapat memaparkan berita Injil. Kami sedang mengusahakan untuk menjadikan metode ini sebagai pelatihan dasar yang perlu diikuti seluruh anggota jemaat.”
Rev. Peter Lin
(Pendeta di Grace Baptist Church, Singapore)
“Salah satu beban dari para pendeta adalah bagaimana memotivasi jemaat untuk membagikan iman mereka. Norman dan David Geisler telah memberikan sebuah pendekatan yang benar-benar saya sarankan untuk melatih dan mendorong jemaat memenangkan orang-orang yang terhilang.”
“Setiap gereja akan mendapatkan manfaat dengan mengintegrasikan konsep-konsep dari Conversational Evangelism ke dalam program penginjilan dan strategi mereka!”
Rev. Josh McDowell, M.Div., LL.D. (HC)
(Presiden dari Josh McDowell Ministry dan penulis buku terkenal “Evidence That Demands A Verdict”; Master of Divinity—M.Div. dari Talbot Theological Seminary, California, U.S.A. dan dianugerahi gelar Doctor of Laws—LL.D. dari Simon Greenleaf School of Law)
“Conversational Evangelism sungguh merupakan pemaparan yang menawan dan efektif tentang bagaimana orang-orang skeptis memandang Injil dan bagaimana kita sebagai orang percaya bisa membantu mereka menemukan sendiri kebenaran yang mengubahkan hidup. Tanpa mengabaikan peran penting yang tidak terpisahkan dari Roh Kudus dalam proses tersebut, David dan Norman memberikan banyak contoh bagaimana mengajukan pertanyaan-pertanyaan terarah yang tepat, serta menunjukkan apa yang tidak konsisten antara kepercayaan dan perilaku seseorang, dapat mempersiapkan tanah hati mereka, membantu menyingkirkan hal-hal yang telah lama merintangi mereka untuk menerima Injil. Dengan antusias saya merekomendasikan metodologi pra-penginjilan mereka.”
Ravi Zacharias, M.Div., D.D. (HC), LL.D. (HC)
(Presiden dari Ravi Zacharias International Ministries—RZIM dan Distinguished Visiting Professor of Religion and Culture di Southern Evangelical Seminary, U.S.A.; Bachelor of Arts—B.A. di University of New Delhi; Bachelor of Theology—B.Th. di Ontario Bible College; M.Div. di Trinity Evangelical Divinity School, Deerfield, Illinois, U.S.A.; Doctor of Divinity—D.D. baik dari Houghton College, NY, maupun dari Tyndale College and Seminary, Toronto; dan LL.D. dari Asbury College di Kentucky.)
“Conversational Evangelism tepat mengenai sasaran! Pendekatan ini mirip dengan yang kita lakukan ketika memimpin kelompok kecil dari orang-orang yang sedang mencari kebenaran rohani – yaitu dengan mengajukan pertanyaan yang relevan sehingga orang dapat menemukan sendiri kebenaran-kebenaran dalam Alkitab – dan ini merupakan salah satu cara yang paling efektif dan kuat untuk menjangkau dan menolong orang melintasi batas iman.”
Rev. Garry Poole
(Ketua Bidang Penginjilan di Willow Creek Community Church, U.S.A. dan penulis buku Seeker Small Groups)
“Conversational Evangelism menyegarkan dalam segi format maupun isinya. Saya belum pernah menemukan hal apa pun yang mirip dengan metode ini untuk menangani hal-hal yang sebenarnya menghalangi kebanyakan orang sebelum mereka mau terbuka untuk mendengarkan Injil.”
Rev. Erin Kerr
(Pendeta Bidang Penginjilan di Saddleback Church, U.S.A.)
“Conversational Evangelism adalah cara yang luar biasa untuk membawa bukti-bukti iman Kristen kepada teman-teman, rekan kerja, dan sesama kita yang belum percaya. Tanpa perlu bersusah payah, mereka yang hanya punya pengetahuan dasar mengenai apologetika, kini dapat menerapkan pengetahuan ini. Saya belum pernah melihat ada program yang seperti ini.”
Prof. Michael R. Licona, Ph.D.
(Direktur Apologetics and Interfaith Evangelism di North American Mission Board {Southern Baptist Convention}, Research Professor of New Testament at Southern Evangelical Seminary, U.S.A., dan anggota dari: the Evangelical Philosophical Society, the Institute for Biblical Research, and the Society of Biblical Literature; Master of Arts—M.A. dalam bidang Studi Agama di Liberty University dan Doctor of Philosophy—Ph.D. dalam bidang Studi Perjanjian Baru di University of Pretoria)
“Kebenaran paling baik disampaikan dalam wilayah hubungan antar pribadi. Dan sarana terbaik untuk membangun hubungan adalah seni membangun percakapan dari hati ke hati. Berkaitan dengan hal itu, Conversational Evangelism adalah sebuah sarana yang sangat diperlukan untuk menyampaikan Injil dengan awal yang bersahabat dan tidak membuat orang merasa diserang. Model pra-penginjilan yang baru ini peka terhadap orang-orang yang sedang mencari kebenaran, berpusat pada Firman, dan digerakkan oleh tujuan. Model ini dirancang untuk menarik orang agar mau mendengarkan, seperti yang Yesus lakukan ketika Dia memulai percakapan penginjilan dengan seorang perempuan Samaria di sumur Yakub (Yoh. 4).”
Rev. Edmund Chan, M.A.
(Pendeta Senior di Covenant Evangelical Free Church, Singapore dan penulis buku Built to Last dan Growing Deep in God; M.A. dalam bidang Misi dengan predikat summa cum laude di Trinity Evangelical Divinity School, U.S.A.)
“Sebagian besar kursus penginjilan mengajarkan kita bagaimana untuk menuai, sehingga menciptakan sebuah mentalitas yang sangat berpusat pada presentasi dan tantangan menerima Injil. Namun, dalam kehidupan nyata, pertobatan lebih merupakan sebuah proses yang memakan waktu. Conversational Evangelism membuka mata kita pada sejumlah usaha yang harus kita investasikan dalam memahami seseorang sebelum kita dapat memaparkan berita Injil. Kami sedang mengusahakan untuk menjadikan metode ini sebagai pelatihan dasar yang perlu diikuti seluruh anggota jemaat.”
Rev. Peter Lin
(Pendeta di Grace Baptist Church, Singapore)
“Salah satu beban dari para pendeta adalah bagaimana memotivasi jemaat untuk membagikan iman mereka. Norman dan David Geisler telah memberikan sebuah pendekatan yang benar-benar saya sarankan untuk melatih dan mendorong jemaat memenangkan orang-orang yang terhilang.”
Rev. Daniel Foo
(Pendeta Senior di Bethesda Bedok-Tampines Church, Singapore)
“Ini adalah pertama kalinya saya melihat apologetika digunakan sebagai sebuah alat penting untuk penginjilan pribadi. Bahan ini juga mengubah pemahaman saya mengenai apologetika dan penginjilan. Saya dengan sepenuh hati menyarankan pelatihan ini kepada setiap orang Kristiani atau gereja yang berkomitmen untuk memenangkan jiwa-jiwa.”
Rev. Ng Koon Sheng
(Pendeta Anglikan di Saint Andrews Cathedral, Singapore)
Profil Dr. Norman Geisler dan Dr. David Geisler:
(Pendeta Senior di Bethesda Bedok-Tampines Church, Singapore)
“Ini adalah pertama kalinya saya melihat apologetika digunakan sebagai sebuah alat penting untuk penginjilan pribadi. Bahan ini juga mengubah pemahaman saya mengenai apologetika dan penginjilan. Saya dengan sepenuh hati menyarankan pelatihan ini kepada setiap orang Kristiani atau gereja yang berkomitmen untuk memenangkan jiwa-jiwa.”
Rev. Ng Koon Sheng
(Pendeta Anglikan di Saint Andrews Cathedral, Singapore)
Profil Dr. Norman Geisler dan Dr. David Geisler:
Norman adalah profesor apologetika di Canada yang telah mengajar hampir 50 tahun di 25 negara, menulis lebih dari 70 buku dan ratusan artikel. Prof. Norman L. Geisler, B.A., M.A., Th.B., Ph.D. adalah Presiden di Southern Evangelical Seminary, U.S.A. Beliau menyelesaikan studi Bachelor of Arts (B.A.) dan Master of Ars (M.A.) dari Wheaton College, U.S.A.; Bachelor of Theology (Th.B.) dari William Tyndale College; dan Doctor of Philosophy (Ph.D.) dalam bidang Filsafat di Loyola University. Beliau menulis banyak buku, di antaranya: General Introduction to the Bible, Introduction to Philosophy: A Christian Perspective, Biblical Errancy: Its Philosophical Roots, dll. Website beliau: www.normgeisler.com | ||
David sudah hampir 20 tahun terlibat dalam pelayanan gereja dan lembaga pelayanan mahasiswa, mendirikan pelayanan Meekness and Truth Ministries, dan kini menetap di Singapura. David Geisler, Th.M., M.A.B.S., D.Min. adalah Pendiri dan Presiden dari Meekness and Truth Ministries (www.meeknessandtruth.org) di Charlotte. Beliau menyelesaikan studi Master of Theology (Th.M.) dan Master of Arts in Biblical Studies (M.A.B.S.) di Dallas Theological Seminary, U.S.A. dan Doctor of Ministry (D.Min) dalam bidang Apologetika di Southern Evangelical Seminary, U.S.A. |
“Tuhan sering kali menggunakan dosa-dosa orang lain untuk menyingkapkan kelemahan kita sendiri.”
(Rev. Bob Kauflin, Worship Matters, hlm. 382) dari Denny Teguh Sutandio resensi
(Rev. Bob Kauflin, Worship Matters, hlm. 382) dari Denny Teguh Sutandio resensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar