Saya berlari ke luar dan akhirnya nyata bagi saya ‘Norma,’ saya berkata kepada diri saya sendiri, ‘Mereka benar.’ …Seolah-olah ada penghalang yang lepas dari mata saya dan saya tiba-tiba saya mengerti kebenaran – itu adalah seorang bayi!” Sejauh ini masih sangat baik, tetapi masalahnya adalah, gerakan Right to Life yang sama yang membantu membuka mata McCorvey untuk melihat kesalahan aborsi, juga membuat dia berhubungan dekat dengan para penyesat dan dia akhirnya terjebak oleh roh yang menipu (2 Kor. 11:1-4, 12-15). Melalui Priests for Life, terutama “teman baik” McCorvey, Romo Edward Robinsin, dia bergabung dengan Gereja Roma Katolik pada tahun 1998. Dia mengumumkan, “Setelah banyak bulan berdoa dan banyak malam dalam kekhawatiran, saya hari ini membuat pengumuman penuh bahagia bahwa saya telah memutuskan untuk bergabung dengan gereja induk kekristenan – yang saya maksud tentunya adalah Gereja Roma Katolik.” Alkitab memperingatkan, “Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka!” (Roma 16:17) dan “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik” (1 Kor. 15:33). Mengabaikan peringatan Firman Tuhan demi suatu perkara yang baik sekalipun, adalah bodoh. Firman Allah adalah definisi yang berotoritas ilahi tentang apa itu benar dan salah, dan jika saya sedang tidak taat kepada Firman Allah maka saya tidak sedang melakukan yang benar di mata Allah, tidak peduli betapa benar rasanya atau betapa benar itu terlihat di mata manusia.
SETENGAH ORANG ISRAEL MENGINGINKAN BAIT SUCI DIBANGUN KEMBALI
Menurut sebuah jajak pendapat baru, setengah publik Israel menginginkan Bait Suci Keitga didirikan. Hanya 23% yang menentangnya. Jajak pendapat itu diambil menjelang Tisha B’av, yang adalah peringatan hancurnya Bait Pertama dan Kedua pada hari yang sama setiap tahunnya (Arutz Sheva, 18 Juli 2010). Statistik ini mengalami perubahan drastis dibandingkan dengan masa lampau, ketika hanya persentase kecil yang mendukung pembangunan kembali bait. Pada tahun 1986, David Shipler menulis dalam bukunya, Arab and Jew, “Selama lima tahun saya di Yerusalem (1978-84), ide pembangunan Bait Ketiga menggantikan Al-Aqsa dan Dome of the Rock berkembang dari suatu ide liar sekelompok militan pinggiran menjadi suatu tujuan yang diserap dan dilegitimasi oleh berbagai bagian sayap kanan.” Beberapa organisasi di Israel berdedikasi untuk mencapai tujuan ini. Temple Institute telah membuat kebanyakan perabot yang diperlukan untuk operasi Bait, termasuk sebuah menorah seharga $2 juta yang terbuat dari 95 pon emas. Saat ini benda itu berada di Plaza Tembok Barat, yaitu di seberang bukit Bait. Pembangunan kembali ini kemungkinan akan terjadi ketika Antikristus membuat suatu perjanjian damai dengan Israel. Setiap referensi Alkitab tentang Bait Ketiga selalu berhubungan dengan Antikristus (misal. Daniel 8:11-12; 9:27; Mat. 24:15; 2 Tes. 2:2).
WANITA-WANITA KRISTEN FEMINIS MENUNTUT PERMINTAAN MAAF ATAS “PENGAJARAN YANG MERENDAHKAN WANITA”
Sebuah kelompok yang menyebut dirinya Freedom for Christian Women Coalition (Koalisi untuk Kebebasan Wanita Kristen) telah mengeluarkan sebuah “Tuntutan Permintaan Maaf” dari mereka yang mengajarkan bahwa wanita harus tunduk kepada suami mereka dan bahwa mereka tidak boleh berkhotbah. Kelompok itu secara spesifik mengecam Council on Biblical Manhood and Womanhood (CBMW) karena pandangan CBMW yang “komplementer” yang menyatakan bahwa laki-laki dan wanita “sama dan seimbang diciptakan dalam rupa dan gambar Allah tetapi memberikan fungsi dan peran yang komplementer tetapi berbeda bagi mereka [laki dan perempuan].” Posisi ini menjadi bagian dari pernyataan Baptist Faith and Message denominasi Southern Baptist pada tahun 1998. Kata-katanya sebagian adalah bahwa “istri harus menundukkan diri dengan penuh keanggunan kepada kepemimpinan suaminya [kepemimpinan yang melayani] sebagaimana jemaat dengan sukarela menundukkan diri kepada Kristus sebagai kepala.” Pernyataan ini sangat membuat marah para feminis yang nyaring yang berasosiasi dengan Freedom for Christian Women Coalition. Dengan asumsi bahwa mereka memiliki prerogatif ilahi untuk mengetahui motivasi para lelaki, mereka mengklaim bahwa doktrin “komplementer” ini “lebih banyak mengenai kuasa dan kontrol daripada kasih atau menaati Firman Allah” (“Associated Baptist Press, 26 Juli 2010). Mereka menuntut bahwa kepercayaan- kepercayaan seperti ini ditolak dan “diakui sebagai dosa.” Mereka bahkan mengklaim bahwa pandangan “komplementer” [EDITOR: bahwa laki-laki dan perempuan, walaupun setara, memiliki tugas dan fungsi yang berbeda dan saling melengkapi] ini mendukung pelecehan. Cindy Kunsman, salah satu pembicara dalam konferensi Freedom for Christian Women Coalition di Orlando, mengatakan, “Banyak wanita menderita karena ‘theologi wanita jahat’ yang diteruskan oleh CBMW karena pandangan mereka yang sub-kristiani tentang sifat wanita menjadi wanita kambing hitam atas akar segala masalah baik itu dalam pernikahan ataupun keluarga.” Ini adalah pernyataan yang sangat konyol. Mematuhi pengajaran Alkitab tentang wanita sama sekali tidak ada hubungannya dengan mempersalahkan mereka sebagai akar segala masalah. Malahan, Alkitab menaruh kesalahan untuk kejatuhan umat manusia pada Adam, bukan Hawa (Roma 5:12). Mengenai keluarga dan rumah tangga, Allah menaruh tanggung jawab yang terbesar di bawah kaki sang suami dan ayah. Ia harus mengasihi istrinya sebagaimana Kristus mengasihi jemaat, yang adalah standar kasih tertinggi di mana pun (Efesus 5:25). Ia diperingatkan untuk tidak membangkitkan amarah dalam hati anak-anaknya, tetapi “didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Efesus 6:4). Mengasihi dan mendidik adalah lawan dari melecehkan dan menganiaya. Siapa pun yang menganiaya istri dan anak-anaknya melakukan itu dalam pemberontakan langsung terhadap Alkitab dan pengajaran “komplementer” yang didasarkan pada Alkitab.
KELUARGA PALAU TERUS MEMPROMOSIKAN EKUMENISME YANG RADIKAL DAN MEMBERONTAK
Penginjil Luis Palau dan anaknya Andrew terus mempromosikan ekumenisme yang radikal dan memberontak melalui “festival-festival” penginjilan mereka. Contoh yang paling terakhir adalah Yakima Valley CityFest di negara bagian Washington timur. Festival tersebut mengumpulkan lebih dari 100 gereja, termasuk Roma Katolik, untuk meng-entertain dan “menginjili” orang ramai. Gereja-gereja “bersatu dengan tujuan membagikan dalam perkataan maupun perbuatan pesan positif Yesus Kristus.” Apa yang salah dengan itu, anda bertanya? Yang salah dengan ini adalah ia dilakukan dalam ketidaktaatan yang sangat jelas kepada Firman Allah. Apakah kita sudah sedemikian tidak sensitif oleh karena kesesatan dan kompromi sehingga kita berpikir Allah akan menutup mata terhadap ketidaktaatan yang nyata hanya demi mengejar “kebaikan”? Ia tidak akan, dan orang-orang seperti Billy Graham dan Luis Palau di zaman ini (dan juga kita) akan mengetahuinya di dalam kekekalan. Bukankah Allah telah memerintahkan kita untuk menandai dan menghindari mereka yang mengajarkan doktrin palsu (Roma 16:17), untuk menjauhi mereka yang hanya secara lahiriah beribadah (2 Timotius 3:5), untuk tidak menjadi pasangan yang tidak seimbangan dengan orang-orang percaya (2 Korintus 6:14)? Bukankah Allah telah memperingatkan kita akan injil-injil palsu (2 Kor. 11:3-4; Gal. 1:6-8)? Bagaimanakah kamu bisa memberitakan Injil yang murni ketika kamu berpasangan dengan gereja-gereja yang mengajarkan injil yang palsu? Ini adalah kebingungan tingkat tinggi, dan hanyalah orang-orang yang mabuk oleh kesesatan akhir zaman yang berpura-pura bahwa ini bisa berhasil. John Ecker, uskup dari Katedral St. Paul di Yakima (Roma Katolik), dengan antusias mendorong umatnya untuk berpartisipasi, dan mengatakan: “Jangan lupa ‘CityFest’ kita akhir pekan ini 16-17 Juli di Fair Grounds, sebuah kesempatan untuk menggabungkan suara dan doa-doa kita dengan banyak gereja-gereja lain dari lembah dan kota kita ini dan untuk memperbaiki kota kita sebagai tempat tinggal bagi semua orang kita. Saya mendorong partisipasimu di sana bulan ini” (buletin St. Paul Cathedral, 24 Juni 2010). Apakah kamu benar-benar berpikir bahwa uskup tersebut akan melakukan hal ini jika ia berpikir bahwa orang-orangnya beserta teman-teman mereka akan mendengar peringatan yang membuat mereka meragukan Katolik? Ini adalah gereja yang “menghormati” Maria, percaya bahwa Maria adalah Ratu Surga yang tak bercacat; sebuah gereja yang memberitakan injil sakramen mengenai iman tambah perbuatan baik; sebuah gereja yang mendefinisikan lahir baru sebagai telah dibaptis. Sebagaimana Billy Graham sebelum dia, Luis Palau sangat nyaman di gereja-gereja seperti katedral St. Paul di dunia ini, dan dunia Injili pada umumnya diam saja menghadapi ketidaktaatan yang sangat parah ini, yang memperlihatkan kesesatan Injli yang tidak tanggung-tanggung lagi. Lebih lanjut lagi, festival-festival Palau 75% adalah entertainment duniawi. Yakima CityFest digambarkan sebagai “sebuah program non-stop musik, aksi olahraga, dan aktivitas keluarga yang menyenangkan. ” Festival itu adalah sebuah konser rock & roll; sebuah pesta yang duniawi. Tetapi ia bukanlah suatu penginjilan yang alkitabiah.
PENYINGKAPAN LAGI TENTANG IMAM-IMAM ROMA YANG HOMOSEKSUAL
Sebuah majalah Italia telah mempublikasikan sebuah artikel yang membongkar “kehidupan ganda para imam gay di Roma.” Majalah itu, Panorama, dimiliki oleh perdana menteri Italia, Silvio Berlusconi. Dengan memakai kamera tersembunyi, majalah tersebut menangkap para imam mengunjungi klub-klub dan bar-bar homoseksual. Seorang mantan polisi militer Italia berkata, “Jika semua gay di gereja Katolik pergi sekaligus… .mereka akan menimbulkan masalah operasional yang serius” (“Catholic Church Embarrassed by Gay Priests Revelations, ” The Guardian, 24 Juli 2010). Seorang “anggota keimamatan” dikutip mengatakan bahwa persentase imam yang homoseksual di Roma adalah “98%.” Sebuah laporan tahun 2002 di Amerika menyimpulkan bahwa antara 25% hingga 50% anggota seminari dan imam adalah homoseksual. “
ORANG-ORANG KRISTEN DITEMBAK MATI DI PAKISTAN
Berikut ini disadur dari “Pakistan City Tense after ‘Blaspheming’ Christians Shot,” BBC News, 20 Juli 2010: “Pasukan polisi tambahan telah dipanggil masuk ke kota Faisalabad di Pakistan satu hari setelah dua orang Kristen yang didakwa melakukan penghujatan ditembak mati di luar persidangan. Pertikaian terjadi di kota tersebut, yang memiliki komunitas Kristen yang besar, setelah dua bersaudara ditembak mati. Gembala sidang Rashid Emmanuel, 32 tahun, dan Sajid, 24 tahun, dituduh menulis sebuah brosur yang mengritik Nabi Muhammad; seorang aktivis hak asasi mengatakan bahwa mereka dijebak. Hukum penghujatan Pakistan yang kontroversial itu membawa hukuman mati. Seorang petugas polisi yang sedang mengawal kedua bersaudara tersebut dari pengadilan daerah terluka kritis ketika seorang bersenjata tak dikenal menembak lalu melarikan diri….Atif Jameel, juru bicara bagi Pakistan Minorities Democratic Foundation, memberitahu BBC: ‘Tidak ada seorang pun yang berakal sehat yang akan membuat sebuah brosur mengritik sang Nabi dan sekaligus mencantumkan nama dan alamatnya di situ. Ini sepertinya adalah konspirasi melawan perdamaian dan harmoni antar-agama di Faisalabad.’ ….Walaupun belum ada orang yang dihukum mati berkaitan dengan hukum penghujatan Pakistan, sekitar 10 orang yang didakwa telah dibunuh sebelum persidangan mereka selesai, menurut korespondensi Urdu BBC di Lahore. Lusinan lainnya hidup dalam pengasingan untuk menghindari hukuman karena undang-undang tersebut.”
KEBEBASAN BERAGAMA GAYA ISLAM
Berikut ini disadur dari “The New Inquisition, ” The Berean Call, April 1999: “Di Saudi Arabia, ada represi penuh terhadap apapun yang berhubungan dengan kekristenan: seseorang tidak bisa membawa sebuah Alkitab di jalan, atau mengadakan pembelajaran Alkitab di rumah pribadi sendiri. Bahkan di kedutaan [Amerika], yang mengibarkan bendera [Amerika], kebaktian gereja Kristiani dilarang. Secara resmi, jika seorang Muslim di Saudi Arabia, dan beberapa negara Muslim lainnya, pindah ke agama lain, maka hukumannya adalah mati (di beberapa tempat, hal ini dipraktekkan walaupun tidak resmi). Hanya orang Islam yang bisa menjadi warga negara Saudi Arabia. Bahkan di negara-negara Arab yang tidak menerapkan hukum syariah, pengaruh Islam menghalangi kebebasan berbicara, pers, agama, dan hati nurani. Di wilayah Palestina (PLO), orang-orang Arab Kristen, yang dulu memiliki kebebasan di bawah Israel, kini mengalami penganiayaan, pemenjaraan, dan kematian demi iman mereka. Namun demikian, dunia ataupun PBB kebanyakan diam saja melihat penganiayaan di balik tirai Islam. Orang-orang Muslim dengan bebas membangun mesjid dan sembahyang di Barat, tetapi di negara-negara mereka sendiri, mereka tidak memberikan kebebasan yang sama kepada orang lain. Bukannya melaporkan kemunafikan seperti ini, media dunia menutup-nutupinya.”
Sumber: Way of Life Ministry, Friday Church News Notes
Penerjemah: Dr. Steven E. Liauw
Graphe International Theological Seminary (www.graphe-ministry.org)
Untuk berlangganan, pilih opsi “Join Group” di: http://groups.yahoo.com/group/gits_buletin/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar