ALMARHUM PAUS MENCAMBUK DIRINYA SENDIRI
Dalam usaha yang sungguh menyedihkan untuk mendekat kepada Allah dan menyempurnakan keselamatannya dengan cara meniru penderitaan Kristus, almarhum Paus Yohanes Paulus II mencambuk dirinya sendiri. Ini adalah salah satu peninggalan "kerohanian biara" milik Roma. Para "santo-santa" nya telah menciptakan banyak sekali praktek-praktek kontemplatif sebagai jalan kepada keselamatan dan kerohanian. Hal-hal ini dibangkitkan lagi orang gerakan emerging church hari ini. Pencambukan sang paus (atau yang disebut juga proses mortification) disingkapkan oleh sebuah buku baru yang berjudul "Why a Saint?" oleh Monsignor Slawomir Oder, kardinal yang bertanggung jawab atas proses kanonisasi sang paus. Paus mencambut dirinya sendiri sejak ia tinggal di Polandia sebelum ia pindah ke Vatikan, tetapi sama sekali tidak ada dasar untuk tindakan pencambukan diri ini dalam Alkitab. Hal ini adalah bagian dari pencarian Roma yang tak berpengharapan akan kerohanian di luar dari keselamatan yang pasti dan kerja Roh Kudus sebagaimana dalam Firman Tuhan. Almarhumah ibu Teresa juga mengejar jalur asketikisme mirip dengan yang dilakukan oleh Yohanes Paulus II, dan ia menyebut dirinya sendiri "santa kegelapan" karena hidup kerohaniannya begitu kosong. Puji Tuhan, satu-satunya pencambukan yang perlu dipahami oleh orang percaya hari ini adalah yang terjadi di Yerusalem 2000 tahun yang lalu.
DIALOG INJILI
Dialog dengan bidat dan agama-agama lain adalah fenomena yang sedang berjamuran di kalangan "injili." Ada laporan mengenai hal ini di Christianity Today belakangan. Di tahun 2004 kita menyaksikan pemandangan yang tidak menyenangkan akan orang-orang injili yang menyatukan tangan dengan Mormon di Tabernacle di Salt Lake City. Akhir pekan yang lalu, Northwood Church di Keller, Texas, ikut serta dalam sebuah forum penyembahan antar-agama bergilir dengan orang-orang Yahudi dan Muslim setempat. Mereka bertemu di sinagog Yahudi pada hari Jumat, 22 Januari, lalu di Islamic Center pada hari Sabtu, dan di gereja pada hari Minggu. Gembala sidang senior, Bob Roberts, mengatakan bahwa tujuannya adalah untuk mengenal satu sama lain dan mengerti pengajaran satu sama lain tanpa "mengecilkan perbedaan-perbedaan yang ada" atau berkompromi.
Kita bertanya-tanya, apanya tentang Yudaisme dan Islam dan penolakan mereka yang terang-terangan terhadap Yesus Kristus yang kurang dimengerti oleh gembala Roberts. Dalam khotbahnya kepada jemaat antar-agama tersebut, Roberts mengatakan, "Saya ingin mengenal kalian. Mengapa? Karena kalian mencari Allah." Alkitab, di pihak lain, mengatakan bahwa "tidak ada seorangpun yang mencari Allah" (Roma 3:11). Sambil menyatakan simpati dan pengertian yang besar terhadap para penolak Kristus tersebut, Roberts justru menyerang orang-orang Kristen fundamental, menyamakan mereka dengan "fundamentalis Muslim" sebagai musuh besar umat manusia. Ia mengatakan, "Konflik terbesar di dunia hari ini adalah antara fundamentalis Kristen dengan fundamentalis Muslim. Harus ada platform yang baru. Jika kita semua harus ditobatkan masuk satu agama kita tidak mungkin akan bersahabat di dunia ini" ("Christians, Muslims, Jews Worship at Evangelical Megachurch," Christian Post, 25 Jan. 2010). Rata-rata "injili" hari ini berpikir bahwa ia bisa berasosiasi dengan kesesatan dan penyembahan berhala tanpa merusak imannya, tetapi Alkitab berkata, "Janganlah kamu sesat: pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik" (1 Korintus 15:33). Saya tidak tahu teks Alkitab mana yang dipilih oleh Roberts untuk khotbahnya Minggu tersebut untuk jemaat antar-agama tersebut, tetapi saya yakin BUKAN 2 Korintus 5:14-18. "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: "Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa." Rasul Paulus memberitakan Kristus di sinagog-sinagog, tetapi ia memberitakan Kristus dengan sedemikian dogmatisnya dan sedemikian beraninya, ia ditendang keluar dan dianiaya. Sepertinya Paulus tidak ikut rencana agung menuju keharmonisan antar-agama. Rupanya Bob Roberts dan teman-temannya telah belajar "memberitakan Injil" dengan begitu tidak menyinggung orang sehingga ia bisa pada saat yang sama menjadi sahabat dunia yang menyalibkan Kristus.
Kita bertanya-tanya, apanya tentang Yudaisme dan Islam dan penolakan mereka yang terang-terangan terhadap Yesus Kristus yang kurang dimengerti oleh gembala Roberts. Dalam khotbahnya kepada jemaat antar-agama tersebut, Roberts mengatakan, "Saya ingin mengenal kalian. Mengapa? Karena kalian mencari Allah." Alkitab, di pihak lain, mengatakan bahwa "tidak ada seorangpun yang mencari Allah" (Roma 3:11). Sambil menyatakan simpati dan pengertian yang besar terhadap para penolak Kristus tersebut, Roberts justru menyerang orang-orang Kristen fundamental, menyamakan mereka dengan "fundamentalis Muslim" sebagai musuh besar umat manusia. Ia mengatakan, "Konflik terbesar di dunia hari ini adalah antara fundamentalis Kristen dengan fundamentalis Muslim. Harus ada platform yang baru. Jika kita semua harus ditobatkan masuk satu agama kita tidak mungkin akan bersahabat di dunia ini" ("Christians, Muslims, Jews Worship at Evangelical Megachurch," Christian Post, 25 Jan. 2010). Rata-rata "injili" hari ini berpikir bahwa ia bisa berasosiasi dengan kesesatan dan penyembahan berhala tanpa merusak imannya, tetapi Alkitab berkata, "Janganlah kamu sesat: pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik" (1 Korintus 15:33). Saya tidak tahu teks Alkitab mana yang dipilih oleh Roberts untuk khotbahnya Minggu tersebut untuk jemaat antar-agama tersebut, tetapi saya yakin BUKAN 2 Korintus 5:14-18. "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: "Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa." Rasul Paulus memberitakan Kristus di sinagog-sinagog, tetapi ia memberitakan Kristus dengan sedemikian dogmatisnya dan sedemikian beraninya, ia ditendang keluar dan dianiaya. Sepertinya Paulus tidak ikut rencana agung menuju keharmonisan antar-agama. Rupanya Bob Roberts dan teman-temannya telah belajar "memberitakan Injil" dengan begitu tidak menyinggung orang sehingga ia bisa pada saat yang sama menjadi sahabat dunia yang menyalibkan Kristus.
SATU LAGI GEREJA BAPTIS INDEPENDEN YANG MENYERAH KEPADA FILOSOFI KONTEMPORER
Musik Contemporary Christian Worship menjalar ke seluruh denominasi, dan ketika ia masuk ke sebuah gereja, ia bukan hanya sekedar mengubah musik. Ia membawa sebuah filosofi kekristenan yang duniawi dan penurunan standar moral dan doktrin yang perlahan dan bertahap. Almarhum Gordon Sears, yang melayani di bidang musik rohani selama bertahun-tahun bersama dengan Rudy Atwood, merasa sedih sebelum kematiannya oleh karena perubahan dramatis yang terjadi di banyak gereja-gereja Baptis fundamental. Ia memperingatkan, "Ketika standar musik diturunkan, maka standar pakaian juga diturunkan. Ketika standar pakaian diturunkan, maka standar perilaku juga diturunkan. Ketika standar perilaku diturunkan, maka rasa menghargai terhadap kebenaran Allah juga diturunkan." Kita dapat melihat penggenapan akan peringatan ini di setiap contoh. Perhatikanlah Gereja Baptis Perjanjian Baru di Miami, Florida. Tadinya ia adalah sebuah gereja Baptis fundamental. Gembala sidang Dino Pedrone adalah seorang pembicara rutin di Tennessee Temple Baptist College di Chattanooga waktu saya masih mahasiswa di sana tahun 1970an. Ia adalah seorang separatis, menggunakan hanya Alkitab King James dan musik rohani, memiliki standar pakaian, dan berkhotbah melawan rock & roll. Tetapi semua itu sudah lenyap. Gereja itu kini bernama The Gathering Place. Hari ini gereja tersebut mempromosikan menonton film-film dengan rating-R, merekomendasikan buku-buku yang ditulis oleh para pemimpin emerging church yang menolak ketiadasalahan Alkitab, seperti Chris Seay, dan menyuapi para remajanya dengan diet hiburan rock & roll. Program anak muda gereja tersebut, yang bernama YouthForce Dade, digambarkan di website gereja tersebut sebagai berikut: "Rock the Universe, All-Niters, Ski Trips, Summer Camps, Chubby Bunny, Water Balloons, Break dancing, WWE Wrestling, The Book Of Ross, Worship, Bible Study, Community, Little Debbie Snack Cakes, Madden, X-Box 360, LEE ADMIRAL MAJORS!, Eating Dog Food, Samurai Swords, Paintball, Skillet, Shipwrecked, Videos, Ultimate Frisbee, Man Hunt, And Much More!" Perhatikan bahwa mereka bahkan masih memiliki sedikit pengajaran Alkitab di tengah-tengah semua hiburan kedagingan mereka. Jeff Royal, yang tinggal di Florida, mengatakan, "Gereja Baptis Perjanjian Baru dulunya adalah sebuah gereja fundamental, tetapi jelas sekali itu telah berubah. Dalam pandangan saya perubahan itu terjadi sepuluh tahun lalu dengan cara membiarkan CCM masuk ke dalam kebaktian. Saya telah memperhatikan hal ini bertahun-tahun. Ini sangat menyedihkan karena ini sudah dua gereja yang saya kenal secara pribadi yang telah mengikuti jalur yang berbahaya ini" (e-mail 19 Januari 2010).
DUA SPESIES BARU MANUSIA DITEMUKAN
Dua spesies baru manusia telah ditemukan, dan dengan senang hati saya akan secara tentatif memberikan nama Homo sapiens shortisis dan Homo sapiens tallisis kepada mereka. Saya dapat melakukan hal ini karena saya telah mempelajari dengan seksama metode para paleoanthropologis, yang sering menamai spesies baru berdasarkan perbedaan kecil dalam bentuk tengkorak, gigi, dan postur. Biasanya kita harus puas hanya dengan gambaran penuh imajinasi seorang artis tentang bagaimana bentuk spesies manusia ini, tetapi dalam kasus ini kita sangat diuntungkan memiliki sebuah foto keduanya sedang berdiri berdampingan dalam sebuah acara foto bersama yang diorganisir oleh Guinness World Record di Istanbul. Bukti hidup ini seharusnya mendatangkan keuntungan besar bagi ilmu pengetahuan yang selama ini harus bergantung pada catatan fosil. Bahkan, kita tahu nama wakil perorangan dari spesies-spesies ini. Homo sapiens tallisis diwakilkan oleh Sultan Kosen dari Turki, dan Homo sapiens shortisis oleh He Pingping dari Cina. Kosen dan Pingping jauh lebih berbeda satu sama lainnya dibandingkan kita dengan sepupu kita yang kasihan dan bodoh, si Homo sapiens neanderthalensis. Homo sapiens tallisis memiliki tinggi lebih dari 2,5 meter, sementara shortisis hanyalah sedikit di atas 60 cm. (Sebenarnya, ada seorang perwakilan shortisis lainnya di Nepal yang 60 cm, yang bahkan lebih pendek daripada anak-anak saat lahir). EDITOR: Tulisan di atas, dengan sedikit humor sarkasme, menyentil para evolusionis yang senang sekali mengumumkan "penemuan spesies manusia baru," hanya karena mereka melihat adanya perbedaan kecil antara tulang yang mereka temukan dengan manusia pada umumnya. Contoh belakangan ini di Indonesia sempat santer terdengar berita tentang penemuan manusia florensis. Padahal, banyak manusia yang sedang hidup sekarang ini saja, jika diperiksa tulangnya, akan menunjukkan variasi-variasi yang jauh lebih besar ketimbang perbedaan minor yang ditemukan para evolusionis tersebut. Fosil-fosil aneh yang sering ditemukan oleh para paleoanthropologis bisa saja merupakan manusia tulen yang sakit atau mengalami deformitas. Alkitab mengatakan Adam adalah manusia pertama (1 Kor. 15:45) yang persis sama seperti kita hari ini, dan tidak ada "manusia purba" sebelum Adam.
Penerjemah: Dr. Steven E. Liauw
Untuk berlangganan, kirim email ke: gits_buletin-subscribe@yahoogroups.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar