Sumber: Way of Life Ministry, Friday Church News Notes
Penerjemah: Dr. Steven E. Liauw
Graphe International Theological Seminary
Untuk berlangganan, kirim email ke: gits_buletin-subscribe@yahoogroups.com
BAGAIMANA BUDAYA POP TELAH MEMBODOHKAN MASYARAKAT
Budaya pop rock & roll telah memperbodoh masyarakat sejak kelahirannya tahun 1950an. Gambaran budaya pop tentang "cool" adalah seseorang yang jago dalam kebodohan, orang-orang seperti Elvis Presley, James Deans, John Lennon, para playboy rock & roll, para bintang Hollywood. Film-film budaya pop yang berpengaruh, seperti "Blackboard Jungle," "Rebel without a Cause," dan "The Wild One" menekankan hidup tanpa tanggung jawab, insubordinasi, free sex, dan kemalasan belajar. "The Blackboard Jungle" menggunakan soundtrack dari Bill Haley untuk mengajak orang-orang muda melupakan pelajaran mereka dan "rock sepanjang hari." Dalam "Rebel without a Cause," James Dean menampilkan gaya yang adalah esensi dari "cool"-nya pop: sensualitas unisex, narsisme, dan pemberontakan terhadap otoritas. "The Wild One," yang dimainkan oleh Marlon Brando yang sangat "cool," mempermuliakan hidup berpusatkan diri sendiri dan menelantarkan pendidikan. Hitnya Chuck Berry, "School Days" mengajar orang-orang muda untuk menukarkan pelajaran mereka yang membosankan dengan keasyikan pesta pora rock & roll: "Hail, hail rock and roll/ Deliver me from the days of old/ Long live rock and roll/ The beat of the drums, loud and bold/ Rock, rock, rock and roll/ The feelin' is there, body and soul." Sampai dengan tahun 1960an, budaya remaja modern telah tercipta, yaitu dengan sikap "saya duluan," filosofi Dionisiannya, fashion-fashionnya yang sering sangat konyol (yaitu apa saja yang penting berbeda dengan orang-orang tua), dan terlebih lagi musiknya sendiri. Remaja modern telah selalu didorong oleh musik pop. Para bintang rocklah yang menentukan arah. Pendidikan yang serius diperkecil nilainya demi bersenang-senang (having fun). Saya juga dulu secara dramatis dipengaruhi oleh budaya pop semenjak saya masuk SMP pada tahun 1962. Walaupun saya memiliki kepintaran yang Allah berikan dan juga suka membaca, saya segera menyadari bahwa menjadi seorang murid yang rajin sama sekali tidak cool. Saya lalu terlalu sibuk berusaha menjadi seorang remaja budaya pop yang sejati untuk secara serius memperhatikan pelajaran-pelajaran saya dan sebagai hasilnya, saya adalah murid yang biasa atau bahkan payah. Tidak ada satu halpun yang berubah sejak tahun-tahun itu. Istilah "kutu buku" (nerd), muncul dari iklim "cool"nya para remaja. Kata ini mendefinisikan seorang muda yang serius tentang ilmu dan mungkin tidak begitu masuk dengan khalayak ramai yang konyol tetapi oh-begitu-cool. Saya diingatkan akan semua ini oleh sebuah laporan baru-baru ini dari Associated Press yang berjudul "I Love Nerds" tentang para kontestan Pertandingan Mengeja Nasional 2009. Telah diobservasi, bahwa para murid yang cemerlang, "terkesan agak bodoh pergaulan di tempat asal mereka." Jose Cabal dari Miami berkata," Sepertinya di tempat asal saya dianggap kutu buku (nerd). Di sini, semuanya adalah kutu buku." Para pengeja yang serius ini telah menghafalkan puluhan ribu kata dan telah mempertajam intelektual mereka dan menyempurnakan pemakaian bahasa Inggris mereka, tetapi mereka tidak cool. Seluruh konsep tentang "nerd" (kutu buku atau orang yang dianggap pintar tapi aneh), menyingkapkan kesia-siaan dan kebodohan budaya pop. Adalah para "nerd" (kutu buku) yang menggunakan hidup mereka dengan benar, sementara gerombolan cool itu berdedikasi kepada kesia-siaan. Budaya pop remaja biasanya membuat seorang muda bodoh dan terluka oleh dosa. Tetapi kuasa cool remaja sungguh besar dan rata-rata orang muda tidak cukup bijak untuk menolaknya. Banyak laporan yang telah ditulis mengenai penuruan pendidikan di Amerika. Tahun 1994, editor dari majalah Harpen menggambarkan hasil tes nasional sebagai "laporan otopsi.....[ yang] menunjukkan kebodohan yang mematikan." Tetapi kebanyakan penelitian tentang pendidikan di Amerika modern, tidak memperhatikan salah satu pengaruh yang paling kuat, yaitu budaya pop. Ketika grup Hermit-nya Herman menyanyi di tahun 1965: "Don't know much about history/ Don't know much biology/ Don't know much about a science book," mereka sedang menyatakan filosofi cool-nya para remaja.
PENGEBOMAN MEMBUNUH DUA ORANG DI GEREJA DI NEPAL
Sebuah organisasi Hindu mengaku bertanggungjawab atas sebuah pengeboman pada tanggal 23 Mei yang membunuh dua orang dan melukai 15 lainnya di sebuah misa Katolik di Kathmandu, Nepal. Seorang wanita yang tidak teridentifikasi memasuki gereja persis sebelum misa mulai dan meninggalkan bom tersebut dibalik sebuah tas. Bom yang kedua dijinakkan oleh polisi. Kelompok yang bernama Nepal Defense Army mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut. Kelompok ini adalah sebuah grup Hindu radikal dan kemungkinan berkaitan dengan para Hindu ekstrimis di India yang telah menganiaya orang Kristen dengan sangat kejam. Kelompok ini dibentuk tahun 2007 dengan tujuan membangun kembali sebuah negara Hindu di Nepal (hindujagruti. org, 13 Sept. 2007). Nepal Defense Army telah memaksa agar semua orang Kristen meninggalkan Nepal dan menyatakan maksud mereka untuk "berperang melawan penyerbu-penyerbu beragama asing" (telegraphnepal. com 30 Mei 2009). NDA telah membunuh seorang imam pada bulan Juli 2008. Mereka juga telah mengebom sebuah mesjid dan sebuah gereja lainnya. Polisi telah diam-diam mengunjungi gereja-gereja di Kathmandu dan memperingatkan mereka untuk berhati-hati terhadap paket-paket yang mencurigakan.
GEREJA SKOTLANDIA MENYETUJUI PENAHBISAN SEORANG GEMBALA SIDANG HOMOSEKSUAL
Tanggal 23 Mei 2009, Pertemuan Umum Gereja Skotlandia menyetujui penunjukan seorang gembala sidang homoseksual. Hasil votingnya adalah 326 yang setuju dan 267 yang menentang. Sang gembala sidang homoseksual, Scott Rennie, ditahbiskan menjadi gembala dari Gereja Queen's Cross di Aberdeen tahun 2008, tetapi penunjukannya diprotes dan diajukan ke hadapan dewan pengambil keputusan denominasi tersebut. Seperti Vickie Gene Robinson, yang juga ditahbiskan menjadi seorang uskup di gereja Episkopal di Amerika pada tahun 2003, Rennie menceraikan istrinya untuk hidup secara kedagingan dengan seorang laki-laki. Ini adalah dosa ganda. Pertama adalah dosa melanggar janji-janji pernikahannya yang diucapkan secara serius di hadapa Allah Mahakuasa. Kedua, ada dosa sodomi. Namun orang-orang ini sedemikian buta secara rohani sehingga mereka mengklaim bahwa mereka justru secara moral di posisi yang lebih tinggi! Setelah voting itu dilakukan, Desmond Tutu, Uskup Emeritus Anglikan dari Cape Town, Afrika Selatan, menyuarakan persetujuannya dengan mengatakan bahwa gereja tidak seharusnya mendiskusikan "siapa yang naik ranjang dengan siapa" ("Desmond Tutu Endorses Homosexual Ministers," LifeSiteNews. com, 29 Mei 2009). Komisi Kesamaan dan Hak Asasi Manusia Skotlandia, berkomentar bahwa Gereja Skotlandia telah membuktikan dirinya "sebuah gereja yang modern bagi Skotlandia yang modern" (OneNewsNow.com, 24 Mei 2009). Memang benar demikian, dan gereja itu juga telah membuktikan dirinya sebagai pelacur rohani sesat yang mencintai dunia yang sekarang ini lebih daripada Yesus Kristus.
MUSIK PENYEMBAHAN KONTEMPORER MEMPERLEMAH POSISI FUNDAMENTALIS SEBUAH GEREJA
Ketika Musik Penyembahan Kontemporer masuk ke sebuah gereja fundamentalis, ia akan memperlemah pendirian gereja itu dan menghasilkan penurunan standar moral dan doktrin yang gradual. Almarhum Gordon Sears, yang selama bertahun-tahun melayani di bidang musik bersama dengan Rudy Atwood, merasa sedih sebelum kematiannya karena perubahan drastis yang sedang terjadi di banyak gereja-gereja Baptis fundamental. Ia memperingatkan: "Ketika standar musik diturunukan, maka standar berpakaian juga diturunkan. Ketika standar berpakaian diturunkan, maka standar perilaku juga diturunkan. Ketika standar perilaku diturunkan, maka penghargaan akan kebenaran Allah juga akan diturunkan" (Sears, Songfest newsletter, April 2001). Dr. Franck Garlock dari Majesty Music memperingatkan, "Jika sebuah gereja mulai menggunakan CCM, ia pada akhirnya akan kehilangan semua standar lainnya" (Bob Jones University, chapel, 12 Maret 2001). Almarhum pemimpin fundamentalis, Dr. Ernest Pickering, juga memberikan peringatan yang serupa: "Barangkali tidak ada hal yang memicu kemerosotan menuju posisi Injili lebih dari memasukkan Contemporary Christian Music. Hal ini tidak dapat dihindari akan memimpin kepada kemerosotan secara gradual dalam area-area lain hingga seluruh gereja terinfiltrasi oleh ide-ide dan program-program yang asing bagi posisi awal gereja tersebut" (The Tragedy of Compromise: The Origin and Impact of the New Evangelicalism, Bob Jones University Press, 1994). Victor Sears menyebut CCW sebagai kuda troya dari gerakan ekumene. "Orang-orang Baptis fundamental dan lainnya yang menolak pengajaran kharismatik tentang bahasa lidah, tanda-tanda, mujizat-mujizat, dan seterusnya, kini malah menyanyikan musik mereka di gereja-gereja kita dan mempersiapkan umat kita bagi dunia, kedagingan dan Iblis. Ini adalah gerakan kuda Troya yang baru....untuk mengebalkan gereja-gereja kita terhadap kebenaran rohani" (Victor Sears, Baptist Bible Tribune, 1981). Ita dapat melihat hal ini terjadi di mana-mana hari ini, dan alasannya adalah karena begitu banyak gembala sidang dan pengatur musik gereja yang tidak memiliki pengenalan dan hikmat rohani dan rela untuk memberikan kepada umat apa yang merea ingini, bukan apa yang mereka butuhkan.
KELAHIRAN DI LUAR NIKAH MENCAPAI TINGKATAN REKOR DI AMERIKA
Pada tahun 2007, persentase kelahiran yang terjadi di luar nikah di Amerika mencapai 40%. Ini adalah dua kali lipat dibandingkan dengan 1980 dan delapan kali lipat dari 1950. Ini adalah cerminan penghancuran institusi pernikahan oleh sosialisme, hukum perceraian yang longgar, dan "moralitas baru" yang diusung oleh budaya pop. Amerika kini sudah mendekati teladan kacaunya Eropa. Di Islandia, 66% kelahiran terjadi pada wanita yang belum menikah; di Swedia, 55%; di Norwegia 54%; di Denmark 46%. Firman Allah memperingatkan: "Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa" (Amsal 14:34).
Penerjemah: Dr. Steven E. Liauw
Graphe International Theological Seminary
Untuk berlangganan, kirim email ke: gits_buletin-subscribe@yahoogroups.com
BAGAIMANA BUDAYA POP TELAH MEMBODOHKAN MASYARAKAT
Budaya pop rock & roll telah memperbodoh masyarakat sejak kelahirannya tahun 1950an. Gambaran budaya pop tentang "cool" adalah seseorang yang jago dalam kebodohan, orang-orang seperti Elvis Presley, James Deans, John Lennon, para playboy rock & roll, para bintang Hollywood. Film-film budaya pop yang berpengaruh, seperti "Blackboard Jungle," "Rebel without a Cause," dan "The Wild One" menekankan hidup tanpa tanggung jawab, insubordinasi, free sex, dan kemalasan belajar. "The Blackboard Jungle" menggunakan soundtrack dari Bill Haley untuk mengajak orang-orang muda melupakan pelajaran mereka dan "rock sepanjang hari." Dalam "Rebel without a Cause," James Dean menampilkan gaya yang adalah esensi dari "cool"-nya pop: sensualitas unisex, narsisme, dan pemberontakan terhadap otoritas. "The Wild One," yang dimainkan oleh Marlon Brando yang sangat "cool," mempermuliakan hidup berpusatkan diri sendiri dan menelantarkan pendidikan. Hitnya Chuck Berry, "School Days" mengajar orang-orang muda untuk menukarkan pelajaran mereka yang membosankan dengan keasyikan pesta pora rock & roll: "Hail, hail rock and roll/ Deliver me from the days of old/ Long live rock and roll/ The beat of the drums, loud and bold/ Rock, rock, rock and roll/ The feelin' is there, body and soul." Sampai dengan tahun 1960an, budaya remaja modern telah tercipta, yaitu dengan sikap "saya duluan," filosofi Dionisiannya, fashion-fashionnya yang sering sangat konyol (yaitu apa saja yang penting berbeda dengan orang-orang tua), dan terlebih lagi musiknya sendiri. Remaja modern telah selalu didorong oleh musik pop. Para bintang rocklah yang menentukan arah. Pendidikan yang serius diperkecil nilainya demi bersenang-senang (having fun). Saya juga dulu secara dramatis dipengaruhi oleh budaya pop semenjak saya masuk SMP pada tahun 1962. Walaupun saya memiliki kepintaran yang Allah berikan dan juga suka membaca, saya segera menyadari bahwa menjadi seorang murid yang rajin sama sekali tidak cool. Saya lalu terlalu sibuk berusaha menjadi seorang remaja budaya pop yang sejati untuk secara serius memperhatikan pelajaran-pelajaran saya dan sebagai hasilnya, saya adalah murid yang biasa atau bahkan payah. Tidak ada satu halpun yang berubah sejak tahun-tahun itu. Istilah "kutu buku" (nerd), muncul dari iklim "cool"nya para remaja. Kata ini mendefinisikan seorang muda yang serius tentang ilmu dan mungkin tidak begitu masuk dengan khalayak ramai yang konyol tetapi oh-begitu-cool. Saya diingatkan akan semua ini oleh sebuah laporan baru-baru ini dari Associated Press yang berjudul "I Love Nerds" tentang para kontestan Pertandingan Mengeja Nasional 2009. Telah diobservasi, bahwa para murid yang cemerlang, "terkesan agak bodoh pergaulan di tempat asal mereka." Jose Cabal dari Miami berkata," Sepertinya di tempat asal saya dianggap kutu buku (nerd). Di sini, semuanya adalah kutu buku." Para pengeja yang serius ini telah menghafalkan puluhan ribu kata dan telah mempertajam intelektual mereka dan menyempurnakan pemakaian bahasa Inggris mereka, tetapi mereka tidak cool. Seluruh konsep tentang "nerd" (kutu buku atau orang yang dianggap pintar tapi aneh), menyingkapkan kesia-siaan dan kebodohan budaya pop. Adalah para "nerd" (kutu buku) yang menggunakan hidup mereka dengan benar, sementara gerombolan cool itu berdedikasi kepada kesia-siaan. Budaya pop remaja biasanya membuat seorang muda bodoh dan terluka oleh dosa. Tetapi kuasa cool remaja sungguh besar dan rata-rata orang muda tidak cukup bijak untuk menolaknya. Banyak laporan yang telah ditulis mengenai penuruan pendidikan di Amerika. Tahun 1994, editor dari majalah Harpen menggambarkan hasil tes nasional sebagai "laporan otopsi.....[ yang] menunjukkan kebodohan yang mematikan." Tetapi kebanyakan penelitian tentang pendidikan di Amerika modern, tidak memperhatikan salah satu pengaruh yang paling kuat, yaitu budaya pop. Ketika grup Hermit-nya Herman menyanyi di tahun 1965: "Don't know much about history/ Don't know much biology/ Don't know much about a science book," mereka sedang menyatakan filosofi cool-nya para remaja.
PENGEBOMAN MEMBUNUH DUA ORANG DI GEREJA DI NEPAL
Sebuah organisasi Hindu mengaku bertanggungjawab atas sebuah pengeboman pada tanggal 23 Mei yang membunuh dua orang dan melukai 15 lainnya di sebuah misa Katolik di Kathmandu, Nepal. Seorang wanita yang tidak teridentifikasi memasuki gereja persis sebelum misa mulai dan meninggalkan bom tersebut dibalik sebuah tas. Bom yang kedua dijinakkan oleh polisi. Kelompok yang bernama Nepal Defense Army mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut. Kelompok ini adalah sebuah grup Hindu radikal dan kemungkinan berkaitan dengan para Hindu ekstrimis di India yang telah menganiaya orang Kristen dengan sangat kejam. Kelompok ini dibentuk tahun 2007 dengan tujuan membangun kembali sebuah negara Hindu di Nepal (hindujagruti. org, 13 Sept. 2007). Nepal Defense Army telah memaksa agar semua orang Kristen meninggalkan Nepal dan menyatakan maksud mereka untuk "berperang melawan penyerbu-penyerbu beragama asing" (telegraphnepal. com 30 Mei 2009). NDA telah membunuh seorang imam pada bulan Juli 2008. Mereka juga telah mengebom sebuah mesjid dan sebuah gereja lainnya. Polisi telah diam-diam mengunjungi gereja-gereja di Kathmandu dan memperingatkan mereka untuk berhati-hati terhadap paket-paket yang mencurigakan.
GEREJA SKOTLANDIA MENYETUJUI PENAHBISAN SEORANG GEMBALA SIDANG HOMOSEKSUAL
Tanggal 23 Mei 2009, Pertemuan Umum Gereja Skotlandia menyetujui penunjukan seorang gembala sidang homoseksual. Hasil votingnya adalah 326 yang setuju dan 267 yang menentang. Sang gembala sidang homoseksual, Scott Rennie, ditahbiskan menjadi gembala dari Gereja Queen's Cross di Aberdeen tahun 2008, tetapi penunjukannya diprotes dan diajukan ke hadapan dewan pengambil keputusan denominasi tersebut. Seperti Vickie Gene Robinson, yang juga ditahbiskan menjadi seorang uskup di gereja Episkopal di Amerika pada tahun 2003, Rennie menceraikan istrinya untuk hidup secara kedagingan dengan seorang laki-laki. Ini adalah dosa ganda. Pertama adalah dosa melanggar janji-janji pernikahannya yang diucapkan secara serius di hadapa Allah Mahakuasa. Kedua, ada dosa sodomi. Namun orang-orang ini sedemikian buta secara rohani sehingga mereka mengklaim bahwa mereka justru secara moral di posisi yang lebih tinggi! Setelah voting itu dilakukan, Desmond Tutu, Uskup Emeritus Anglikan dari Cape Town, Afrika Selatan, menyuarakan persetujuannya dengan mengatakan bahwa gereja tidak seharusnya mendiskusikan "siapa yang naik ranjang dengan siapa" ("Desmond Tutu Endorses Homosexual Ministers," LifeSiteNews. com, 29 Mei 2009). Komisi Kesamaan dan Hak Asasi Manusia Skotlandia, berkomentar bahwa Gereja Skotlandia telah membuktikan dirinya "sebuah gereja yang modern bagi Skotlandia yang modern" (OneNewsNow.com, 24 Mei 2009). Memang benar demikian, dan gereja itu juga telah membuktikan dirinya sebagai pelacur rohani sesat yang mencintai dunia yang sekarang ini lebih daripada Yesus Kristus.
MUSIK PENYEMBAHAN KONTEMPORER MEMPERLEMAH POSISI FUNDAMENTALIS SEBUAH GEREJA
Ketika Musik Penyembahan Kontemporer masuk ke sebuah gereja fundamentalis, ia akan memperlemah pendirian gereja itu dan menghasilkan penurunan standar moral dan doktrin yang gradual. Almarhum Gordon Sears, yang selama bertahun-tahun melayani di bidang musik bersama dengan Rudy Atwood, merasa sedih sebelum kematiannya karena perubahan drastis yang sedang terjadi di banyak gereja-gereja Baptis fundamental. Ia memperingatkan: "Ketika standar musik diturunukan, maka standar berpakaian juga diturunkan. Ketika standar berpakaian diturunkan, maka standar perilaku juga diturunkan. Ketika standar perilaku diturunkan, maka penghargaan akan kebenaran Allah juga akan diturunkan" (Sears, Songfest newsletter, April 2001). Dr. Franck Garlock dari Majesty Music memperingatkan, "Jika sebuah gereja mulai menggunakan CCM, ia pada akhirnya akan kehilangan semua standar lainnya" (Bob Jones University, chapel, 12 Maret 2001). Almarhum pemimpin fundamentalis, Dr. Ernest Pickering, juga memberikan peringatan yang serupa: "Barangkali tidak ada hal yang memicu kemerosotan menuju posisi Injili lebih dari memasukkan Contemporary Christian Music. Hal ini tidak dapat dihindari akan memimpin kepada kemerosotan secara gradual dalam area-area lain hingga seluruh gereja terinfiltrasi oleh ide-ide dan program-program yang asing bagi posisi awal gereja tersebut" (The Tragedy of Compromise: The Origin and Impact of the New Evangelicalism, Bob Jones University Press, 1994). Victor Sears menyebut CCW sebagai kuda troya dari gerakan ekumene. "Orang-orang Baptis fundamental dan lainnya yang menolak pengajaran kharismatik tentang bahasa lidah, tanda-tanda, mujizat-mujizat, dan seterusnya, kini malah menyanyikan musik mereka di gereja-gereja kita dan mempersiapkan umat kita bagi dunia, kedagingan dan Iblis. Ini adalah gerakan kuda Troya yang baru....untuk mengebalkan gereja-gereja kita terhadap kebenaran rohani" (Victor Sears, Baptist Bible Tribune, 1981). Ita dapat melihat hal ini terjadi di mana-mana hari ini, dan alasannya adalah karena begitu banyak gembala sidang dan pengatur musik gereja yang tidak memiliki pengenalan dan hikmat rohani dan rela untuk memberikan kepada umat apa yang merea ingini, bukan apa yang mereka butuhkan.
KELAHIRAN DI LUAR NIKAH MENCAPAI TINGKATAN REKOR DI AMERIKA
Pada tahun 2007, persentase kelahiran yang terjadi di luar nikah di Amerika mencapai 40%. Ini adalah dua kali lipat dibandingkan dengan 1980 dan delapan kali lipat dari 1950. Ini adalah cerminan penghancuran institusi pernikahan oleh sosialisme, hukum perceraian yang longgar, dan "moralitas baru" yang diusung oleh budaya pop. Amerika kini sudah mendekati teladan kacaunya Eropa. Di Islandia, 66% kelahiran terjadi pada wanita yang belum menikah; di Swedia, 55%; di Norwegia 54%; di Denmark 46%. Firman Allah memperingatkan: "Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa" (Amsal 14:34).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar