Definisi Berpacaran & Berkencan
Berpacaran dimulai ketika seorang pria lajang mendekati seorang wanita lajang dengan meminta izin dari ayah wanita tersebut, dan kemudian menjalin hubungan dengan wanita itu di bawah otoritas sang ayah, keluarganya, atau gerejanya, atau yang mana pun yang paling sesuai.
Berkencan merupakan pendekatan yang lebih modern, dimulai ketika baik si pria maupun si wanita berinisiatif menjalin satu hubungan yang lebih dari sekedar teman, dan kemudian mereka melakukan hubungan tersebut di luar pengawasan dan otoritas apa pun (Scott Croft, Sex dan Pria lajang).
Perbedaan Antara Berpacaran & Berkencan
1. Perbedaan dalam Motif.
Perbedaan pertama terletak pada motif si pria atau si wanita dalam mengejar hubungan tersebut. Pacaran alkitabiah mempunyai satu motif, yaitu mencari pasangan hidup. Seorang pria akan memacari seorang wanita tertentu sebab dia percaya bahwa dia mungkin menikahi wanita tersebut, dan pacaran merupakan proses melihat dengan jernih apakah kepercayaannya tersebut benar.
Sebaliknya, kencan modern sama sekali tidak membutuhkan pernikahan sebagai tujuan. Kencan bisa bersikap rekreasi. Bahkan ada yang menjadikan kencan sebagai ajang untuk “mencoba segala sesuatu”, sebelum menemukan orang yang benar-benar cocok untuk dia. Alkitab menentang cara seperti ini.
2. Perbedaan dalam kerangka Pikir.
Perbadaan kedua antara pacaran yang alkitabiah dan kencan modern adalah kerangka pikir yang dimiliki pasangan ketika saling berinteraksi. Kencan modern pada hakikatnya adalah usaha yang egois. Artinya, suatu hubungan yang berpusat pada diri sendiri yang tidak disadarinya dengan memperlakukan keseluruhan proses yang pada puncaknya untuk kenikmatan sendiri. Mereka yang berkencan sama sekali tidak bermaksud membuat suatu komitmen karena khawatir bahwa segera sesudah mereka berkomitmen, “ada seseorang yang lebih baik yang akan muncul dari balik tikungan.”
Pacaran yang alkitabiah mengakui panggilan umum untuk “tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia (Flp. 2:3; Ef. 5:25). Pacaran yang alkitabiah berarti bahwa seorang pria tidak mencari sebuah daftar ciri atau kriteria yang dia inginkan untuk wanita idamannya sehingga setiap keinginannya bisa dipenuhi, melainkan mencari wanita yang saleh seperti yang dijelaskan Alkitab, yakni wanita yang dia kasihi, menarik baginya, tetapi seorang wanita yang bisa dia layani dan kasihi sebagai suami yang saleh (Ravi Zacharias, I Isaac, take Thee Rebekah).
Dengan kata lain, kencan modern bertanya, “Bagaimanakah aku bisa menemukan pasangan yang cocok bagiku?” sedangkan pacaran yang alkitabiah bertanya, “bagaimanakah aku bisa menjadi pasangan yang cocok baginya?”
3. Perbedaan dalam Metode.
Ketiga, dan yang paling praktis, kencan modern dan pacaran yang alkitabiah berbada dalam hal metode. Dalam kencan modern, keintiman mendahului komitmen. Dalam pacaran yang alkitabiah, komitmen mendahului keintiman (Josua Harris, Boy Meets Gerl).
Filosofi berkencan adalah habiskan waktu berduaan sebanyak mungkin, jadilah masing-masing tempat mencurahkan hati, saling berbagilah rahasia dan hasrat terdalam, kenalilah orang tersebut sedalam-dalamnya, tumbuhkanlah keintiman dan intensitas fisik seiring keintiman emosional, jangan tunduk pada otoritas siapa pun dan bertanggung jawab pada siapa pun. Jika tida ada kecocokan dalam semua itu, masing-masing boleh mengambil jalan sendiri-sendiri, alias putus. Jelas ini bukan gambaran yang alkitabiah.
Dalam suatu hubungan yang alkitabiah, komitmen mendahului keintiman. Di dalam model ini, si pria harus mengikuti nasihat dalam 1 Timotius 5:1-2 untuk memperlakukan semua wanita muda yang tidak dia nikahi sebagai saudara-saudara perempuan, dengan kemurnian mutak. Pria harus menunjukkan kepemimpinan dan kerelaan menanggung resiko penolakan dengan menjelaskan sifat dan langkah dari hubungan dari hubungan tersebut. Dia harus berusaha menjamin bahwa sejumlah waktu yang banyak akan dihabiskan bersama dengan keluarga dan teman-teman daripada hanya berdua.
Tidak boleh ada keintiman fisik di luar konteks pernikahan, dan pasangan tersebut harus berusaha bertanggung jawab atas kesehatan dan kemajuan rohani dari hubungan tersebut, dan juga bertanggung jawab atas keintiman fisik dan emosional mereka. Di dalam model ini, kedua belah pihak harus berusaha mengetahui, dihadapan Allah, apakah sebaiknya mereka menikah, dan apakah mereka bisa melayani dan menghormati Allah dengan lebih baik secara bersama-sama atau terpisah. Jika ini dikerjakan dengan baik, wanita-wanita Kristen akan dihormati, dan Tuhan akan dimuliakan.
Cinta Sejati
Apakah cinta itu? Menurut dunia, cinta hanya mencari kesenangan diri semata; memuaskan hawa nafsu; gairah atau asmara. Betulkah? Berikut ini adalah hasil kajian oleh Dr. Les Parrott mengenai cinta (Les Parrott, Selamatkan pernikahan Anda sebelum pernikahan itu dimulai).
1. Definisi cinta.
Menurut Alkitab cinta adalah pengorbanan diri. “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu, Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri” (1 Kor.13:4-5). Alkitab selalu mendefinisikan cinta dengan menunjuk kepada pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib menggantikan kita dihukum. Ia menawarkan diriNya kepada kematian sehingga kita dapat memikili hidup yang kekal. Inilah cinta yang sejati itu.
2. Tiga bentuk cinta.
a. If Love (jika cinta). Ini adalah cinta yang kita berikan jika kita bertemu dengan sarat-syarat yang pasti. Saya akan mencintai kamu, jika kamu...
b. Because Love (cinta karena). Ada kualitas atau kondisi dalam diri seseorang yang membuat mereka dicintai. Saya mencintai kamu karena kamu…
c. In-spite-of Love (cinta yang walaupun). Cinta seperti ini hanya ada di dalam Kristus (kasih agape), yaitu cinta yang bersedia berkorban. Meskipun kamu….., aku tetap mencintaimu. Walaupun engkau…, cintaku tetap untukmu.
3. Komposisi cinta
a. Passion (keintiman). Gairah bersifat sensual dan seksual yang ditandai oleh rangsangan fisiologis dan suatu keinginan yang besar akan kasih sayang yang dinyatakan secara fisik. Kitab Kidung Agung banyak membicarakan hal ini.
b. Intimacy (keintiman). Ini adalah sisi emosional dari cinta. Keintiman memiliki kualitas sebagai teman baik atau teman hidup. Kita semua menginginkan ada seseorang yang mengenal kita lebih daripada orang lain – yang member perhatian lebih.
c. Commitment (komitmen). Unsur ini adalah yang paling penting dan besar yang membentuk cinta. Komitmen memandang jauh ke depan dan berjanji akan berada disana hingga akhir hayat. Komitmen menciptakan kepastian di tengah ketidakpastian. Keberhasilan menjalin cinta sangat tergantung pada kekuatan komitmen.
Tujuh Kebiasaan Berpacaran Yang Merusak.
Bepacaran dewasa ini cenderung merusak. Hal ini terjadi karena anak-anak muda masa kini telah kehilangan perpektif yang benar tentang berpacaran. Akibatnya, hubungan tersebut banyak negatifnya ketimbang positifnya. Berikut ini akibat-akibat negatif dari ketika kita menjalin suatu hubungan berpacaran yang salah (Josua Harris, I Kissed Dating Good Bye).
1. Berpacaran yang salah cenderung melewatkan tahap persahabatan dalam suatu hubungan.
Dalam persahabatan sejati, Anda tidak merasa tertekan dengan mengetahui bahwa Anda menyukai orang lain atau bahwa ia juga menyukai Anda. Anda bebas menjadi diri sendiri dan melakukan segala sesuatu bersama-sama tanpa menghabiskan waktu berjam-jam di depan cermin untuk memastikan bahwa Anda terlihat sempurna.
Dalam berpacaran, daya tarik romantis sering kali merupakan landasan hubungan. Dasar pemikiran dari berpacaran adalah “Saya tertarik kepadamu; oleh sebab itu, mari kita lebih saling mengenal. Sebaliknya, dasar pemikiran persahabatan adalah, “kita memiliki minat yang sama; jadi marilah kita menikmati kesamaan minat kita bersama-sama. Intinya kepentingan yang sama membuat mereka bersama-sama.
Keintiman tanpa komitmen adalah memperdayakan. Keintiman tanpa persahabatan adalah sesuatu yang dangkal. Suatu hubungan yang hanya didasarkan pada daya tarik fisik dan perasaan romantis hanya akan bertahan selama perasaan itu ada.
2. Berpacaran yang salah sering kali menyamakan cinta dengan hubungan fisik.
Hubungan fisik tidak sama dengan cinta. Sering kali orang berpacaran bukanlah untuk mengejar suatu komitmen, tetapi keintiman. Banyak sekali hubungan berpacaran dimulai dengan daya tarik hubungan fisik. Sikap yang mendasarinya adalah bahwa nilai utama seseorang berasal dari penampilannya. Ingat! Memfokuskan diri pada fisik adalah dosa. Allah menuntut kesucian seksual. Dan Ia melakukan hal itu karena Ia suci. Ia juga menuntut hal itu untuk kebaikan kita.
3. Berpacaran yang salah sering kali mengisolasi pasangan dari hubungan penting lainnya.
Berpacaran adalah dua orang yang saling memfokuskan diri satu dengan yang lain. Sayangnya, dalam banyak kasus, orang-orang lain di dalam dunia hanya dijadikan ban serep. Untuk membuat pilihan bijaksana untuk menikahi seseorang, penting memfokuskan diri untuk mengenal orang itu dengan baik.
Tetapi sangat tidak bijaksana apabila Anda mengisolasi diri dari orang-orang lain. Jika Anda mengisolasi diri, maka Anda menempatkan diri Anda pada posisi yang berbahaya. Sering kali ketika hubungan berpacaran berakhir, mereka mendapati bahwa hubungan mereka dengan sahabat-sahabat lainnya telah dikorbankan.
4. Berpacaran yang salah dapat menghilangkan perhatian kaum muda dari tanggung jawab utama mereka untuk mempersiapkan masa depan mereka.
Salah satuh kecenderungan yang paling menyedihkan dari berkencan adalah mengalihkan perhatian kaum muda dari mengembangkan kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan mereka yang telah diberikan oleh Tuhan. Mereka dihabisi oleh kebutuhan-kebutuhan saat ini yang ditekankan oleh kencan.
5. Berpacaran yang salah dapat menyebabkan perasaan tidak puas terhadap karunia Allah mengenai keadaan melajang.
Sebuah hubungan percintaan yang tidak dilandasi oleh komitmen bukanlah karunia Allah. Tuhan memberikan kepada kita masa lajang - suatu masa yang tak tertandingi di dalam kehidupan kita dalam hal banyaknya kesempatan untuk bertumbuh, belajar dan melayani - dan kita memandangnya sebagai suatu kesempatan untuk berhenti dan menemukan atau memelihara hubungan dengan pacar-pacar kita.
Tetapi keindahan yang sesungguhnya dari masa lajang itu tidak kita dapatkan dengan cara mengejar kisah cinta dengan sebanyak mungkin orang yang kita inginkan. Kita akan menemuklan keindahan yang sesungguhnya dengan cara menggunakan kebebasan kita untuk melayani Tuhan dengan bebas. Pacaran tidak akan menyebabkan orang-orang menikmati masa lajang yang unik, melaikan justru menyebabkan orang-orang memfokuskan diri pada apa yang tidak mereka miliki.
6. Berpacaran dengan cara yang salah dapat menciptakan suatu lingkungan yang palsu untuk mengevaluasi karakter orang lain.
Berpacaran menciptakan suatu lingkungan tiruan bagi dua orang untuk saling berinteraksi. Akibatnya masing-masing orang dapat dengan mudah memberikan suatu gambaran tiruan yang sama. Berpacaran menciptakan suatu lingkungan palsu yang membuat seseorang tidak perlu menggambarkan secara akurat sifat-sifat positif dan negatif dari kekasihnya.
Bersenang-senang saat kencan tidak akan menunjukan kepada siapapun tentang karakter atau kemampuan seseorang untuk menjadi seorang suami atau istri yang baik. Mengapa berpacaran itu menyenangkan? Karena memberikan kepada kita istirahat dari kehidupan nyata.
7. Berpacaran sering kali hanya menjadi tujuan akhir.
Pacaran seharusnya menjadi jembatan antara persahabatan dengan pernikahan, bukannya menjadi tujuan akhir. Artinya, hubungan berpacaran yang mereka bangun tanpa tujuan, tidak maju dan tidak mundur. Mereka yang terbiasa berpacaran dengan cara tersebut merasa sulit untuk melepaskan diri. Mengapa? Karena sangat menyenangkan. Mereka merampok banyak hak istimewa dari hubungan pernikahan, baik secara emosional maupun fisik.
Bagaimana orang percaya menghindari hubungan percintaan yang merusak?
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengubah perspektif dan sikap Anda terhadap suatu hubungan. Iman kita di dalam Kristus telah menjadikan kita manusia baru yang dapat meninggalkan cara-cara hidup kita yang lama (Efesus 4:22-24). Jika kita sungguh-sungguh percaya kepada Yesus Kristus, kita mati bagi cara hidup kita yang lama. Dan kita tidak lagi hidup bagi diri kita sendiri – sekarang kita hidup bagi Allah (2 Korintus 5:14-15).
Berikut ini ada lima sikap baru yang akan membantu kita melepaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan negatif yang merusak dalam berpacaran.
1. Setiap Hubungan Adalah Kesempatan Untuk Meneladani Kasih Kristus.
Dunia akan tahu bahwa kita pengikut Kristus dengan cara kita mengasihi orang lain. Karena itulah, kita harus mempraktekan kasih sebagaiman yang didefinisikan oleh Allah – kasih yang sungguh-sungguh, tidak mementingkan diri sendiri dan memiliki hati seorang hamba – bukan kasih dunia yang mementingkan diri sendiri dan sensual yang didasarkan pada apa yang dirasa baik.
2. Masa Lajang Saya Adalah Karunia Allah.
Sebelum Anda menyedari akan karunia Allah mengenai masa lajang Anda, mungkin Anda akan kehilangan kesempatan-kesempatan luar biasa yang ada di dalamnya. Bahkan mungkin saat ini Anda dapat berpikir tentang sebuah kesempatan yang dapat Anda raih jika Anda melepaskan pola pikir tentang pacaran.
Sebagai seorang lajang, saat ini Anda memiliki kebebasan untuk bereksplorasi, belajar dan menghadapi dunia. Tidak ada waktu lain di dalam kehidupan Anda yang akan menawarkan kesempatan-kesempatan tersebut.
3. Saya tidak berlu mengejar hubungan percintaan sebelum saya siap untuk menikah.
Manusia yang lama akan mengatakan bahwa hubungan intim terasa enak, jadi nikmatilah sekarang. Tetapi sikap manusia baru dengan sikap baru mengakui bahwa jika dua orang tidak saling membuat komitmen, mereka tidak perlu mengejar percintaan. Sebab sukacita keintiman adalah upah dari komitmen.
Jika Anda tidak siap untuk memikirkan tentang pernikahan, atau Anda tidak benar-benar berminat menikahi orang tertentu, adalah egois dan membahayakan apabila Anda membuat orang itu merasa membutuhkan Anda dan memintanya menyenangkan Anda, baik secara emosional maupun secara fisik.
4. Saya tidak dapat memiliki seseorang di luar pernikahan.
Sebelum kita mengikat diri kita dalam pernikahan, kita tidak memiliki hak untuk memperlakukan siapa pun seolah-olah orang itu adalah milik kita.
5. Saya akan menghindari situasi-situasi yang dapat membuat saya berkompromi mengenai kesucian tubuh atau pikiran saya.
Di mana, kapan, dan dengan siapa Anda memilih untuk menghabiskan waktu Anda akan mengungkapkan komitmen sejati Anda terhadap kesucian. Anda harus memastikan bahwa Anda tidak menempatkan diri Anda dalam situasi-situasi yang memberi keuntungan pada godaan.
Lima Langkah Membangun Gaya Hidup Pria dan Wanita lajang yang Berkenan Kepada Tuhan
1. Memulai dengan sebuah daftar yang bersih.
Kita harus bertobat dari sikap-sikap dan perbuatan-perbuatan berdosa di dalam hubungan-hubungan kita. Bertobat beraarti berpaling dari apa yang salah dan mengejar apa yang benar. Suatu perubahan arah yang didasarkan pada perubahan hati.
Ingat! Meneruskan suatu hubungan yang salah hanya akan menambah rasa sakit ketika akhirnya hubungan itu berakhir. Milikilah kebranian untuk taat saat ini. Ketaatan hari ini akan meluputkan anda dari banyak kesedihan dan penyesalan di hari esok.
2. Jadikan orang tua Anda sebagai teman satu tim.
Anda memerlukan dua hal ketika anda menjalani suatu sikap baru terhadap hubungan dengan sesame: hikmat dan rasa tanggung jawab. Idealnya keduanya berasal dari orang tua anda. Dengan menyembunyikan kehidupan percintaan saya dengan orang tua saya, saya memutuskan diri saya dari sumber hikmat yang diberikan oleh Allah yang dapat mencegah saya dari membuat begitu banyak kesalahan.
3. Menetapkan rambu-rambu yang jelas.
Perhatikan siapa atau apa yang mempengaruhi Anda. Siapa dan apa yang Anda dengarkan, Anda baca dan Anda perhatikan akan mendukung atau menentang komitmen Anda untuk mengejar yang terbaik yang disediakan Allah dalam hubungan dengan lawan jenis.
4. Padukan keyakinan Anda dengan kerendahan hati.
Bagaimana Anda menolak kencan apabila seorang mengajak Anda keluar? Diperlukan hikmat dan kerendahan hati untuk menjawab dengan tepat pada situasi yang berbeda. Kita harus menjelaskan secara terperinci keyakinan-keyakinan dan alasan-alasan mengapa kita menolak berkencan. Komunikasikan dengan penuh kerendahan hati apa yang Anda rasakan telah ditunjukan Tuhan kepada Anda, untuk mendorong teman-teman Anda, dan untuk memberikan kontribusi bagi pertumbuhan mereka.
Membangun Persahabatan
Sebelum Anda siap untuk menikah dan menemukan gadis yang tepat, sebaiknya Anda bersahabat dengan lawan jenis Anda. Rasul Paulus memerintahkan kepada anak rohaninya, Timotius, untuk memperlakukan perempuan-perempuan muda sebagai “adik” dengan penuh kemurnian (1 Tim 5:2). Tuhan sejak awal telah membentuk hubungan antara saudara-saudari seiman. Dan dalam hubungan yang telah terbentuk ini, kita perlu memperjuangkan dua hal, yaitu kemurnian total dan persahabatan sejati.
1. Hubungan persahabatan. Seperti apakah hubungan saudara-saudari? Hubungan saudara-saudari seiman ditandai dengan….
a. Persekutuan yang alkitabiah. Persekutuan itu mendiskusikan dan membagikan apa yang sudah diajarkan dan dilakukan oleh Tuhan di dalam kehidupan kita.
b. Kasih sayang. Roma 12:10, “Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.”
c. Perhatian yang tulus iklas. Lebih dari lima puluh kali di dalam perjanjian baru frasa “saling” atau “seorang akan yang lain” digunakan. Saudara dan saudari diperintahkan untuk mengasihi seorang akan yang lain, saling mendoakan, saling menguatkan, saling menasehati, memberi salam seorang kepada yang lain, mengajar seorang akan yang lain, saling menerima, saling hormat, bertolong-tolongan menanggung beban, saling mengampuni, rendahkan diri seorang kepada yang lain.
2. Empat langkah penting mempertahankan persahabatan yang sehat dengan lawan jenis.
a. Memahami perbedaan antara persahabatan dengan keintiman.
Alasan mengapa banyak persahabatan pria dan wanita masuk ke dalam hubungan cinta adalah karena orang-orang yang terlibat tidak mengerti perbedaan antara persahabatan dan keintiman. Keintiman adalah bersikap rentan, terbuka, dan saling tergantung. Keintiman adalah memberi dan menerima dari orang lain, bagian terdalam dari seluruh keberadaan kita, harapan, ketakutan, rahasia, dan kasih kita.
b. Jadilah Inklusif, bukan Eksklusif.
Libatkan orang lain dalam kegiatan-kegiatan, dan bukan mengisolasi diri kita dengan satu orang saja. Kita dapat menghindari kemungkinan-kemungkinan buruk terjadi dengan melibatkan teman-teman dan keluarga di dalam kehidupan kita. Kita harus memulai dengan sebuah sasaran akhir di dalam pikiran, seperti persekutuan, kebaktian, atau pemahaman Alkitab.
c. Jadikan persahabatan sesama jenis sebagai prioritas.
Jangan pernah lupakan pentingnya persahabatan yang erat dengan sesama jenis. Dengan tidak mengembangkan dan memelihara persahabatan sesama jenis, pikiran kita akan menjadi sempit. Akibatnya ketika kita menikah, kita tidak memiliki teman sesama jenis yang dapat menjadi sumber dukungan, nasihat, cara pandang, dan rasa tanggung jawab yang penting.
d. Mencari kesempatan untuk melayani, bukan dilayani.
Sebuah persahabatan adalah kesempatan kita untuk melayani satu dengan yang lain. Dan sebuah persahabatan yang didasarkan pada pola pikir untuk melayani diri kita sendiri dan mencari kesenangin diri kita sendiri dapat dengan mudah beralih menjadi suatu hubungan percintaan yang melayani diri sendiri, untuk memenuhi hubungan sesaat.
Dalam melayani kita dapat menemukan persahabatan sejati. Dalam melayani kita bisa mengenal sahabat-sahabat kita lebih mendalam daripada sebelumnya. Kita harus menghancurkan pola pikir dilayani dan mulai melayani orang lain. Hal itu bukan hanya akan menyenangkan Tuhan, tetapi kita juga akan menerima berkat-berkat rohani dari Tuhan.
Sekedar berteman dengan lawan jenis bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Kita harus mengusahakan dan menjaga persahabatan kita. Apakah inti hubungan kita dengan orang lain? Kita adalah saudara-saudara dan saudari-saudari di dalam Kristus. Bagaimana kita memperlakukan orang lain? Dengan hormat. Dan apakah rahasia semangat kita? Melayani secara berdampingan bagi kemuliaan Allah. Semua itu dituntun oleh sikap ini, “sekedar menjadi teman”.
Lima Tingkatan-Tingkatan Hubungan
1. Persahabatan biasa
2. Persahabatan lebih mendalam
3. Berpacaran
4. Pertungangan
5. Pernikahan
Panduan Untuk Sebuah Hubungan Berpacaran yang Alkitabiah
1. Tuhan harus menjadi cinta pertamamu dan yang utama dalam hidupmu
2. Berikan hidup cintamu kepada Tuhan. Ingat, yang utama adalah kamu mencari kehendak Tuhan di dalam hidupmu.
3. Pelajarilah orang seperti apakah yang akan berhubungan sangat baik dengan kamu. Satu hal yang sangat penting adalah bahwa kamu harus menikah dengan orang Kristen yang bertumbuh. 2 Kor 6:14a. ‘Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya.
4. Undanglah petunjuk dan Feedback dari luar untuk hubunganmu. Ada empat kelompok orang yang dapat memberimu pandangan dan petunjuk yang bernilai.
- Orang Tua. Tergantung seberapa sehat hubunganmu dengan orang tuamu, orang tuamu mungkin adalah sumber kebijaksanaan yang sangat membantu.
- Kakak atau adikmu. Saudara-saudaramu,baik yang perempuan maupun yang laki-laki mengenalmu sama seperti orangtuamu,atau bahkan lebih baik.
- Gembala jemaat. Orang yang berpacaran dan orang yang telah menikah, butuh bantuan dari komunitas iman.
- Teman-temanmu. Tanyakan kepada temanmu, apakah hubungan cintamu adalah baik untukmu?Apakah itu yang terbaik untukmu? Teman-temanmu mengetahui sisi lain dari dirimu.
5. Pastikan bahwa kamu mengenal pasanganmu sangat baik sebelum bertunangan.
6. Berkomitmen pada diri sendiri untuk kesucian seksual. Buatlah batasan-batasan yang jelas.
7. Berdoalah. Sediakan waktu setiap hari untuk meminta Tuhan memimpin hubunganmu. Minta Tuhan memberikan lampu hijau jika pasanganmu adalah memang orang itu, dan lampu merah jika ternyata bukan (Mindy Meier, Sex & Dating).
By. Alki F. Tombuku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar